Arrkkhhh sakit! Tuan tolong lepaskan aku, aku mohon. Delisa Jenifer
Diam! Kau sekarang adalah istriku, dan aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Bahkan sampai melenyapkan mu pun aku sanggup. Albert Halston Xanders
Delisa gadis cantik yang tiba-tiba di culik dan dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
Menjalani pernikahan dengan Tuan Muda yang kejam, membuat hari-hari Delisa seperti di neraka.
Mampukah Delisa bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampukah Delisa mengubah sosok Tuan Muda yang kejam menjadi pria yang baik?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terluka
"Apa kau mencintainya?" tanya Dokter Hans yang sudah berada di depan pintu kamar hendak pergi.
"Tidak!" jawab Albert singkat.
"Tapi, kenapa kau begitu panik melihatnya seperti itu?" Dokter Hans memicingkan matanya menatap Albert dengan tatapan penuh selidik.
"Itu bukan urusanmu! Lebih baik kau pulang karena tugasmu sudah selesai," usir Albert, kedua matanya memerah memancarkan sebuah amarah di dalam sana.
"Baiklah aku pulang. Jaga baik-baik gadis ini, jangan terlalu kasar kepadanya. Dan satu hal lagi, jangan lupa untuk mengingatkannya meminum obat," pesan Dokter Hans pada Albert yang dia yakin pasti sahabatnya telah memperlakukan wanita di hadapannya dengan kasar. Mengingat Albert yang berubah menjadi sosok pria dingin dan kejam, setelah kematian kedua orang tuanya.
Dokter Hans pun berjalan keluar meninggalkan Albert yang masih bergeming di depan pintu kamar Delisa. Tampak pria kejam itu seakan memikirkan ucapan sahabatnya barusan. Tak ingin larut lebih dalam lagi, Albert melangkahkan kaki menuju kamarnya.
🌷🌷🌷
"Tuhan, sebenarnya apa salahku? Kenapa dia kejam kepadaku?" gumam Delisa sembari menatap langit-langit kamarnya.
Pikirannya terus saja berputar dan mengingat akan kesalahan apa yang telah dia perbuat di masa lalu, sehingga ada seorang pria yang menikahinya hanya untuk menyiksanya.
"Non Delisa, di minum dulu obatnya Non," ucap Bi Mimi membuat Delisa tersadar dari lamunannya kala Bibi datang membawa obat dan segelas air.
"Terimakasih Bi." Delisa mengambil alih obat dan gelas tersebut, lalu meminumnya.
"Bi, apa Bibi punya foto Tuan Albert masih berusia belasan tahun?" tanya Delisa berharap Bi Mimi memiliki foto yang dia inginkan.
"Untuk apa Non?" Bi Mimi mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan istri dari Tuan Mudanya. Terlebih Delisa bertanya perihal foto Albert.
"T-tidak apa-apa Bi. Aku hanya ingin memastikan saja," ucap Delisa terbata.
"Maaf Non, Bibi tidak punya."
"Baiklah Bi." Delisa tersenyum, kini dia berjalan ke arah balkon duduk di kursi gantung tepat favoritnya selama dia di kurung di tempat itu.
Disana dia bisa melihat pemandangan mansion Albert yang terlihat sangat megah. Seperti saat ini dia menatap ke bawah mansion, dimana dia melihat sosok Albert yang sedang berjalan dengan asisten pribadinya.
Tanpa sengaja kedua mata mereka saling bersitatap satu sama lain kala Albert menoleh ke atas, ke arah kamar Delisa. Seakan keduanya berbicara lewat pandangan tersebut.
Namun, beberapa saat kemudian Delisa sadar lalu beranjak dari tempatnya dan masuk ke kamarnya.
"Charly, apa kau sudah tahu dimana keberadaan gadis yang selama ini ku cari?" tanya Albert yang sudah tidak sabar mengetahui keberadaan gadis tersebut.
"Maaf Tuan Muda, saya belum bisa menemukannya," jawab Charly pelan.
"Apa tidak ada lagi tanda Tuan selain kalung yang anda berikan kepada gadis kecil itu?" sambung Charly memberanikan diri bertanya akan tanda lain untuk mengenali gadis tersebut.
Albert menghela nafas berat lalu menghembuskan nya secara kasar. "Tidak ada. Aku hanya memiliki kalung itu sebagai tanda untuk mengenalinya." Albert menggelengkan kepala lalu mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Dengar Charly kau harus segera menemukan gadis itu. Dan aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mulutmu!" titah Albert tegas dengan suara yang melengking di indra pendengarnya.
"Baik Tuan Muda," ucap Charly menunduk menatap lekat lantai. Dia bergidik ngeri mendengar suara yang memekikkan telinganya.
🌷🌷🌷
Pagi pun tiba, kini Delisa tengah duduk di tepi ranjang. Kondisi Delisa pun sudah mulai membaik karena setelah kejadian dimana dirinya yang mencoba bunuh diri, Albert sudah tidak menemuinya lagi. Dan itu artinya Delisa tidak mendapatkan siksaan dari pria kejam itu.
Namun, Albert tetap memerintahkan Bi Mimi yang terus mengawasi Delisa. Bahkan dia menyuruh Bi Mimi untuk membuang segala benda tajam di kamar wanita itu. Albert tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi karena Albert ingin membunuh Delisa dengan tangannya sendiri.
Akan tetapi, sebelum dia membunuh wanita itu, Albert ingin menyiksa Delisa terlebih dulu. Albert ingin Delisa bisa merasakan seperti apa yang telah dia rasakan selama ini.
Bi Mimi berjalan masuk ke dalam kamar Delisa dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan segelas air. "Makan dulu, Non." ucap Bi Mimi sembari menyodorkan semangkuk bubur pada Delisa.
"Terimakasih Bi." Delisa mengambil alih mangkuk tersebut dan langsung memakannya.
Pada saat Delisa menikmati makanannya, tiba-tiba terdengar bunyi pintu di buka dengan keras yang memekikkan telinga. Sontak Delisa terkejut melihat sosok Albert yang sudah berdiri tepat di ambang pintu.
Tubuhnya gemetar, keringat dingin menjalar di tubuhnya, bahkan piring yang dia pegang pun nyaris jatuh kalau dia tidak memegang kuat.
Seketika Delisa menepis semua rasa itu, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria kejam itu. Meskipun dalam hati dia merasa kalut tapi, tak sedikitpun membuatnya gentar di hadapan Albert. Justru Delisa menunjukkan sikapnya yang melawan pada Albert.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Delisa ketus.
Albert berjalan menghampiri Delisa dengan sorot tajam menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Beraninya kau bersuara tinggi kepadaku hah?" bentak Albert mencengkeram kuat pipi Delisa.
"Aku sudah pernah bilang bukan kalau aku sama sekali tidak takut padamu!" ucap Delisa kembali dengan nada tinggi.
"Rasakan ini bodoh." Albert kembali menekan kuat pipi Delisa.
"Arrkkhhh ...." Delisa meringis kesakitan menahan rasa sakit akibat perbuatan Albert.
"Bagaimana, apa kau masih tidak takut padaku?"
"Aku sama sekali tidak takut padamu!" tegas Delisa.
'Shit! Baru kali ini aku melihat wanita yang tidak takut padaku, apa aku kurang kejam kepadanya.' Albert
"Kau ...!" geram Albert dan melepas cengkeramannya, lalu menarik tangan Delisa dengan sangat kuat. Menuruni anak tangga tanpa memperhatikan Delisa yang terseok-seok sangat susah mengikuti langkah kaki Albert.
"Tuan, lepaskan aku!" ucap Delisa tegas.
Delisa terus memberontak berusaha lepas dari cengkeraman tangan kekar Albert. Sayangnya dia kalah besar dengan tangan Albert yang saat ini mencengkeram kuat pergelangan tangannya.
Namun, hal itu tak membuat Delisa menyerah. Delisa terus berteriak akan tetapi, Albert seakan tuli, pria itu sama sekali tidak mengindahkan ucapan Delisa. Albert terus menyeret tubuh Delisa, dan mungkin saja tangan wanita itu sudah membiru akibat cengkeraman kuat tangan kekar albert.
"Lepaskan aku brengsek!" teriak Delisa yang sudah tersulut emosi.
BUGH!
Tubuh Delisa jatuh menatap lantai kala Albert menghempaskannya dengan sangat kasar di pinggiran kolam.
Saat ini tubuh Delisa terasa remuk semua setelah apa yang telah di perbuat Albert kepadanya.
"Dengarkan aku baik-baik jangan pernah coba untuk melawanku! Atau kalau tidak ...." ucap Albert mencengkeram kembali pipi mulus Delisa.
Albert yang belum selesai bicara tiba-tiba Delisa memotong ucapan Albert. "Kalau tidak apa hah?" tantang Delisa.
"Aku tidak akan segan-segan melenyapkan mu, camkan itu!" balas Albert memperingati Delisa.
Delisa malah tersenyum menyeringai. "Mulutmu berkata seperti itu, tapi tidak dengan hatimu."
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Delisa.
"Lancang sekali mulutmu bicara seperti itu! Apa orang tuamu tidak pernah mendidik mu sehingga kau tidak tahu sopan santun," geram Albert sembari menjambak kuat rambut Delisa.
Delisa yang sudah kenyang dengan pukulan yang diberikan Albert padanya, membuat wanita itu tak sedikit pun merasa sakit. Bahkan air matanya pun kini sudah mengering, tak seperti dulu yang setiap harinya mengalir deras membasahi wajahnya.
"Jangan sekali-kali kau membawa kedua orang tuaku dalam masalah ini," kata Delisa tegas memperingati Albert.
Byuuurrrhhh ....
Tubuh Delisa terhempas di dalam kolam renang kala Albert mendorongnya sangat kuat.
"Tolong ...."
"Tolong ...."
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Selalu kesel setiap baca ceritanya, karena kekejaman yang dilakukan Tuan muda Albert kepada Delisa.
Namun meski begitu, aku juga suka karakter Delisa nggak yang pasrah aja diperlakukan kejam, dan balik membalas/CoolGuy/
Berharap kelak Albert dapet balasannya karena menyia-nyiakan Delisa.
Nggak berharap mereka bersatu karena saking keselnya😭😭😭
Tapi kalau pun bersatu, perjuangan Albert bener-bener harus menemui banyak kesulitan seperti dia yang selalu menyulitkan Delisa🤭✌️❤️
Semangat terus untuk Kakak. Semangat nulisnya💪💪💪🥰🥰❤️❤️
Berharap bahwa Delisa dan Albert nggak bersatu.
Pun kalau bersatu, Albert harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan Delisa kembali🤭🤭
Tapi sebelum itu, balik lagi Albert harus bener-bener menyesal dan sampai nagis darah👍😁😂