Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Apa hidupku terlihat hampa?" Tanya Sabrina mengubah posisi tubuhnya menghadap Reyhan.
"Tidak, jika aku mengenalmu hanya sebatas atasan dan bawahan, namun kedekatan kita akhir akhir ini membuatku bisa melihat seperti apa dirimu yang sesungguhnya, kegalakan dan kejudesanmu sebagai alasan selama ini hanya untuk membentengi diri, entah luka apa yang pernah kau terima hingga kau tak membiarkan siapapun memandang rendah dirimu, semua harus segan terhadapmu" ucap Reyhan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah Sabrina.
Mendengar itu Sabrina tersentak dan tak bisa mengucapkan apa apa untuk menyanggah ucapan Reyhan.
"Tak apa, semua orang mempunyai cara masing masing untuk melindungi diri, jangan merasa bersalah, kamu sudah di jalan yang benar" lanjut Reyhan dengan senyum tipisnya.
"Tidurlah, aku sudah mulai mengantuk" ucap Reyhan menarik Sabrina kedalam dekapannya. Reyhan menyunggingkan senyum saat merasa sesuatu yang berbeda saat mengusap punggung Sabrina, pantas saja saat kekuar dari kamar mandi Rania menyilangkan tanganya di depan dada, ternyata wanita itu melepas bra nya.
Tubuh Sabrina yang tadinya tegang berubah rileks saat Reyhan mengusap usap punggungnya, lama kelamaan iapun merasa nyaman dan matanya mulai terpejam.
Pagi itu, Reyhan bangun dengan perasaan lebih baik daripada hari sebelumnya. Tubuhnya terasa enteng dan segar, mungkin efek obat yang telah ia minum semalam, namun ia terkejut ketika melihat kamar mereka kosong tanpa kehadiran Sabrina. "Apakah Sabrina sudah pergi?" gumam Reyhan dalam hati.
Bergegas Reyhan mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Setelah berpakaian rapi, ia melangkah keluar kamar dengan rasa penasaran dan kekhawatiran yang menyelimuti pikirannya. Namun, saat melangkah ke dapur, Reyhan terkejut melihat Sabrina yang tengah sibuk memasak sambil mengenakan kaos kebesaran miliknya.
Sabrina tampak begitu fokus dengan pekerjaannya, sehingga tidak menyadari kehadiran Reyhan di belakangnya. Ia mengaduk panci yang berisi makanan, memeriksa aroma masakannya, dan menyesapkan senyum kecil yang menunjukkan kepuasan atas hasil masakannya.
Reyhan tersenyum kecil, melihat Sabrina yang terlihat begitu menggemaskan dalam kaos besar itu. Ia mendekati Sabrina dengan langkah pelan, lalu secara tiba-tiba memeluknya dari belakang. Sabrina yang terkejut langsung menegang, merasakan tubuh Reyhan yang menyentuhnya.
"Good morning, Sabrina. Aku pikir kau sudah pergi," bisik Reyhan di telinga Sabrina, merasakan nafasnya yang hangat membuat Sabrina merinding. Sabrina berusaha melepaskan diri dari pelukan Reyhan, namun lengan pria itu terasa begitu kuat dan kokoh, membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Lepaskan .!!! Reyhan. Aku hanya ingin membuat sarapan untukmu," jawab Sabrina.
"mengapa tubuhmu selalu tegang saat bersentuhan denganku, aku menjadi curiga bahwa kau tidak menyukaiku" ucap Reyhan membuat Sabrina tersentak, bodoh dirinya melupakan perkataan Amanda yang menyuruhnya untuk sedikit murahan di hadapan Reyhan agar pria itu tertarik padanya.
"bukan begitu, aku hanya belum terbiasa" ucap Sabrina.
"begitukah??" Tanya Reyhan meletakan dagunya pada pundak Sabrina, semakin membuat jantung Sabrina berdebar.
"Reyhan stop, lepaskan tanganmu, aku masih belum terbiasa dengan sentuhanmu yang tiba tiba" ucap Sabrina beralibi.
"Bukan belum terbiasa, tapi kau takut"
"Aku tidak takut!!!" Ucap Sabrina berbalik badan menghadap Reyhan menatap tajam Reyhan, bukanya takut, Reyhan di buat gemas oleh Sabrina, wanita itu bersikap galak seperti di kantor.
"Yakin??" Tanya Reyhan tanganya bergerak melepas tangan Sabrina yang menyilang di depan dada wanita tersebut, membuat Sabrina menahan untuk tidak panik.
Reyhan tersenyum menyerigai melihat kepanikan yang sedang disembunyikan Sabrina. Wajahnya ia dekatkan lagi hingga keduanya dapat merasakan hembusan nafas masing masing, jantung Sabrina berdebar kencang dengan apa yang akan di lakukan Reyhan terhadapnya.
Kedua wajah mereka sudah sangat dekat, Sabrina memejamkan mata saat Reyhan memiringkan wajahnya.
Ting,.,.
Sebuah bunyi bel membuat keduanya terkejut, Sabrina langsung mendorong Reyhan dengan wajah yang memerah padam.
"Itu pasti supirku, aku akan kesana untuk mengambil baju gantiku" ucap Sabrina dengan tergagap.
"Stop, biarkan aku saja" ucap Reyhan mencekal tangan Sabrina, bagaimana mungkin Sabrina membuka pintu dengan tampilan yang sangat menggoda itu.
Sementara Reyhan pergi, Sabrina mengantur nafas dan jantungnya yang tak berhenti berdebar.
"Tidak," jawab Reyhan dengan nada menggoda, matanya berbinar nakal.
. "Kasih balik, Reyhan!" Ia mencoba merebut baju dari tangan Reyhan yang licik.
Reyhan malah tertawa, mengibaskan baju itu menjauh dari Sabrina. "Coba deh tangkap dulu, Sabrina!" Ucap Reyhan berlari.
"Reyhan, kembalikan bajuku, sekarang juga!" Teriak Sabrina mengejar Reyhan.
"Reyhan please aku ada meeting pagi ini" ucap Sabrina memohon.
"Baiklah ku mau morning kiss dulu."
Sabrina membelalakkan matanya, tak percaya dengan permintaan Reyhan.
"Aku tidak punya waktu untuk itu, Reyhan! Aku tidak ingin terlambat kerja!" ujarnya dengan nada memohon, namun Reyhan tetap tidak bergeming.
"See kau menghindar" ejek Reyhan.
"Cepatlah, beri aku morning kiss," desak Reyhan, wajahnya mendekat ke wajah Sabrina.
"Kalau tidak, aku tidak akan mengembalikan bajumu."
Sabrina menatap Reyhan dengan kesal, namun akhirnya menyerah pada permintaan pria itu. Dengan berat hati, ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Reyhan dengan cepat. Namun,
Reyhan tidak puas dengan ciuman singkat itu dan langsung menyambar bibir Sabrina dengan ciuman panas yang lebih lama.
Reyhan terus mencium bibir Sabrina dengan penuh nafsu dan menggairahkan. Tangannya memeluk pinggang Sabrina dengan posesif, seolah tak ingin melepaskan gadis itu dari pelukannya. Sementara itu, tangan satunya bergerak lincah mengusap paha Sabrina yang mulus, terus merambat naik dan membuat Sabrina mengerang pelan. Ini adalah kali kedua mereka berciuman, dan Reyhan ternyata sangat ahli dalam hal ini.
Tangan Reyhan yang lincah itu terus bergerak naik, menyusup ke dalam kaos yang dikenakan Sabrina. Usapan hangat dan menggairahkan itu membuat Sabrina semakin tak berdaya. Reyhan terus menggoda Sabrina dengan ciuman dan sentuhan-sentuhan mesranya. Hati Sabrina berdebar kencang, merasakan sensasi yang tak pernah ia alami sebelumnya.
Wajah mereka semakin dekat, nafas mereka tercampur dalam ciuman yang semakin dalam. Sabrina menyerah pada godaan Reyhan, merasakan tubuhnya semakin panas dan bergairah. Meski ia tahu bahwa ini mungkin bukanlah hal yang benar, namun perasaan tak terkendali yang melanda dirinya membuatnya semakin tenggelam dalam gairah bersama Reyhan.
Tangan Reyhan bergerak nakal, menemukan apa yang ia cari sejak tadi, Reyhan meremasnya dengan lembut, membuat Sabrina mendesah, melihat leher mulus Sabrina yang menganggur, bibir panas Reyhan menyapu leher itu memberikan hisapan dan lumatan basah, meninggalkan beberapa tanda merah pekat pada leher mulus Sabrina.
"Reyhan.,., sshhhh" tangan Sabrina meremas rambut Reyhan, tempat pelampiasan kenikmatan yang sedang ia rasakan, kakinya terasa seperti jelly, beruntunglah Reyhan memeluknya dengan sangat posesif sehingga ia tidak jatuh.
Bibir Reyhan kembali merambat naik dan melumat bibir Sabrina, ia tidak mampu melepaskan diri dari Reyhan. Setelah beberapa detik, Reyhan melepaskan ciumannya dan tersenyum lebar.
"Baiklah, ini bajumu," ucap Reyhan sambil menyerahkan baju ganti Sabrina. Sabrina mengambilnya dengan cepat, berusaha menutupi rasa malunya dan segera bergegas menuju kamar mandi untuk berganti. Reyhan tertawa puas melihat kepanikan Sabrina, merasa berhasil menggoda Sabrina pagi ini.
Sabrina menahan rasa malu yang menggelayuti hatinya. dia mencoba sebisa mungkin untuk menutupi lehernya yang dipenuhi dengan tanda merah. Sementara itu, di sisi lain, Reyhan tampak santai dan bahkan tersenyum lebar, seolah tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
"Semoga tidak ada yang ngeh, jangan sampai orang lain melihat ini. Aku ada meeting penting nanti," ucap Sabrina dengan nada kesal sambil menutupi lehernya dengan rambut yang di letakan di depan.
"Santai, Sabrina. Nanti minta saja Amanda untuk membantumu menutupinya," sahut Reyhan dengan nada ringan, seakan menikmati reaksi malu dan marah Sabrina.