"Tidak perlu Lautan dalam upaya menenggelamkanku. Cukup matamu."
-
Alice, gadis cantik dari keluarga kaya. Hidup dibawah bayang-bayang kakaknya. Tinggal di mansion mewah yang lebih terasa seperti sangkar emas.
Ia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang benar-benar diinginkannya.
Bertanya-tanya kapankah kehidupan sesungguhnya dimulai?
Kehidupannya mulai berubah saat ia diam-diam menggantikan kakaknya disebuah kencan buta.
Ayo baca "Mind-blowing" by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Kencan Buta
Mengetahui hal itu, aku hanya terdiam, sementara Cindy tak mau memperpanjang lagi, segera menyela untuk mengakhiri diskusi. “Daddy, Mommy, terima kasih atas perhatian kalian, tapi aku mohon, beri aku sedikit waktu. Aku akan bicara lagi dengan kalian nanti.”
Tanpa menunggu jawaban, Tanpa berniat melirik ke arah tab, Cindy meninggalkan ruang kerja dengan langkah cepat, menarikku untuk mengikutinya.
*
Di kamarnya, Cindy langsung duduk di tempat tidur, wajahnya penuh frustrasi.
“Al, aku benar-benar tidak bisa. Bagaimana mungkin aku pergi ke kencan buta sementara aku sudah punya Kevin? Aku bahkan tidak mau membayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tahu.”
Aku mencoba menenangkannya. “Kita akan cari jalan keluar, Cindy. Daddy dan Mommy mungkin keras, tapi mereka tidak pernah benar-benar memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan.”
Cindy menghela napas panjang. “Kau tahu, Al, kadang aku berharap kita tidak kembali ke mansion ini. Hidup di sini terasa seperti kembali menjadi anak kecil lagi, terjebak dalam aturan mereka.”
Aku hanya bisa tersenyum kecil, mencoba menguatkan Cindy. Aku tahu, meskipun dia terlihat kuat dan berani, ada saat-saat di mana dia merasa lelah menghadapi semua ini.
“Kalau begitu, kita cari cara,” kataku akhirnya. “Tapi apa pun yang terjadi, aku akan mendukungmu.”
Cindy tersenyum kecil padaku, dan aku tahu meskipun sulit, kami akan melewati ini bersama-sama.
*
*
Daddy membaca koran, Mommy meminum teh sambil memberi arahan pada kami, "Ingat sayang, kau harus tampil memukau besok malam di kencanmu. Alice, temani kakakmu, Pilihlah gaun dan perhiasan yang indah nanti. Mommy tidak bisa menemani kalian berbelanja. Pelayan akan ikut dengan kalian."
Ya, itu adalah kencan buta tak terelakkan. Semua kalimat yang sudah mereka rangkai dan semua alasan yang kami buat tidak berhasil sama sekali. Cindy akan tetap datang, Daddy dan mommy tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun.
-
Cindy duduk di tepi tempat tidurnya, mengacak-acak rambut dengan frustrasi. Alice duduk di sofa yang berada di seberang, memperhatikan kakaknya dengan ragu.
Cindy menghela napas panjang, “Aku tidak akan pergi ke kencan itu, Al. Tidak akan. Seriously, that's crazy! Daddy sudah keterlaluan.”
"Tapi bukankah mommy bilang ini hanyalah kencan biasa? Maksudnya bukan kencan serius, hanya sebuah pertemuan makan malam saja. Berarti tidak masalah bukan?" tanya Alice dengan hati-hati.
"Tetap saja tidak bisa begitu, Al. Aku tidak ingin terus diatur seperti ini. Aku tau niat mereka pasti akan menjadikan kencan ini lebih serius jika mungkin aku tertarik dengan pria itu saat kencan nanti. Mereka pikir aku tidak bisa mencari pasangan sendiri?" Cindy menjawab dengan kesal.
"Mommy and Daddy pikir pilihan mereka paling baik. Ck, mereka bahkan tidak tau kalau sebenarnya aku sudah memiliki kekasih." Cindy menyunggingkan bibirnya, bangga dengan hubungan yang sengaja ia rahasiakan dari orang tuanya.
Alice bermain dengan ujung rambutnya, mencoba meredakan ketegangan, "Cindy, aku tau. Tapi sebenarnya... Daddy dan Mommy hanya ingin kau bahagia. Mereka tidak bermaksud buruk." Dengan suara pelan Alice mencoba berpikir positif.
Cindy menoleh tajam, matanya menyipit. “Bahagia? Kau yakin ini soal kebahagiaan kita? Atau tentang apa yang mereka pikir itu harus membuat kita bahagia?”
Alice terdiam sejenak, mengangkat bahu, sebenarnya ia juga bingung.
Cindy mengangguk kecil, "Iya... kau benar, Al." Nada suaranya menjadi dingin, Alice tersenyum kaku mendengarnya.
“Mereka ingin kita bahagia. Karena itu aku harus meninggalkan kekasihku demi pria matang yang sudah dipilihkan Mommy dan Daddy. Mungkin setelah itu giliranmu, Al. Lalu kita berdua akan hidup dalam kebahagiaan mereka. Di penjara masing-masing selamanya, sampai mati.”
Alice terdiam mendengar ucapan kakaknya, sementara Cindy kembali menggelengkan kepala, "Hanya Pria Kuno yang masih mau menjalani perjodohan konyol seperti ini!"
Cindy berdiri, berteriak mengumpat, mencoba mengeluarkan kekesalan, Arghh! Dasar Kencan Si alan!
“Cindy!” Alice terperanjat, memegang dadanya seolah ia sangat terkejut dengan kata-kata itu. “Kita sudah tidak tinggal di asrama lagi. Kau tidak bisa berkata seperti itu! Bagaimana kalau Mommy dan Daddy mendengarnya?”
Cindy mendengus, “Memangnya mereka ada di dalam kamar ini sekarang?”
ig : lavenderoof