Enam tahun lalu, Arissa pernah menyelamatkan Damian, dan juga keduanya sudah menikah selama tiga tahun, tapi sedikitpun Damian tidak pernah melirik Arissa.
Meskipun sebenarnya, Arissa sudah bertahun-tahun menyukai Damian, dan jatuh cinta pada pria itu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya Arissa merasa lelah.
Dia lelah terus berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa dijangkau, meskipun sesuatu itu tepat di depannya.
bagaimana kelanjutan kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 9
"Apa yang anda lakukan?!" Mata Arissa terbelalak saat Damian mencegatnya saat dia kembali dari toilet. Untungnya saat itu tak ada yang melihatnya.
"Akhirnya bisa tertangkap olehku kan? Kamu kira, kamu terus berada di sebelah Brian, aku jadi tidak ada cara untuk mendapatkan mu, hm?" Damian memandang Arissa dengan senyum mengambang penuh muslihat.
Di tatap oleh Damian membuat jantung Arissa berdegup kencang.
Sial! Kenapa perasaannya jadi kacau! Entah kenapa, malam ini, hatinya tak bisa di ajak kompromi.
Arissa mencoba sekuatnya untuk kembali sadar.
"Bisa anda lepaskan saya? Saya harus segera kembali ke dalam." Arissa Mengatupkan bibirnya menatap tak senang pada Damian.
"Sepertinya aku tidak bisa lakukan itu." Tatapan Damian terlihat begitu panas pada Arissa. Dia tidak bisa menahan dirinya. Perempuan yang ada di depannya itu bagaikan magnet yang terus menariknya untuk mendekat.
Apalagi malam ini Arissa begitu menggoda, dia seakan tidak rela jika mata pria lain selain dirinya ikut menikmati memandang Arissa.
"Apa sebenarnya yang anda inginkan?!" Tanya Arissa frustasi, dia ingin segera pergi dari depan Damian.
"Kamu tahu apa yang aku ingin. Kamu tahu jelas, karena yang aku inginkan adalah kamu Arissa." Ujar Damian.
Kedua bola mata Arissa menatap taj Damian, dia sungguh ingin tahu, kalau apakah Damian akan bersikap seperti ini, jika Damian tahu, jika dia adalah istrinya yang 3 tahun ini di sia-siakannya.
Akan seperti apa responnya? Apakah masih sama seperti saat ini? Ataukah, dia berubah seperti harimau yang akan merajam menerkam?
"Dan, anda pasti juga sudah tahu apa jawaban saya, jadi, tolong lepaskan saya, saya tidak bisa berlama-lama di luar. Direktur Brian pasti mencari saya." Tatap Arissa dengan tajam.
"Sayangnya, aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Karena kamu sangat menggoda Arissa, seperti seekor rubah kecil yang menawan." Ujar Damian dengan senyum liciknya.
"Kenapa anda begitu ingin mempersulit saya?! Tolong biarkan saja pergi," Arissa seperti putus asa.
"Jangan membuat wajah seperti itu, karena itu membuatku semakin ingin mendekap mu." Damian dengan pelan menghirup leher jenjang putih Arissa.
Alika bisa merasakan hawa panas nafas Damian di sepanjang lehernya.
Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup kencang seperti Boomerang yang akan meledakkan hatinya.
"Bukankah sudah aku katakan, aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja dari hadapanku." Bisik Damian tepat di telinga Arissa. Membuat daun telinga Arissa merona.
"Aku sangat tertarik padamu Arissa. Berhentilah dari perusahaan Brian, lalu jadilah wanitaku, aku akan memberikanmu semua yang kamu inginkan dan kamu butuhkan tanpa terkecuali." Ujar Damian. Dia berharap kali ini Arissa akan luluh padanya.
"Maaf direktur Damian, aku sama sekali tidak tertarik, kamu bisa mencari wanita lain yang lebih menginginkan penawaran mu itu!" Arissa langsung menolaknya.
Arissa sama sekali tidak tertarik dengan iming-iming harta dari Damian.
Toh, selama ini juga, dia mencintai Damian dengan tulus, dia tidak pernah peduli dengan harta yang di miliki oleh Damian. Tapi, sayang, cinta tulusnya di sia-siakan oleh Damian.
"Hah, sungguh rubah kecil yang keras kepala, di dunia ini tidak ada wanita yang tidak bisa aku taklukan, lihatlah cepat atau lambat kamu akan menangis dan memohon padaku untuk menjadi wanitaku." Ekspresi wajah Damian berubah.
"Tidak akan, saya jamin itu tidak akan terjadi lagi!" Ucap Arissa dengan tajam, dia tidak akan membiarkan hal itu kembali terjadi lagi.
Dia tidak akan membiarkan dirinya kembali takluk pada pria yang tidak pernah menghargai dirinya.
"Kenapa kamu bisa yakin begitu? Hah!" Tanya Damian, bagaimana perempuan di hadapannya itu bisa begitu yakin tidak akan takluk darinya.
"Karena aku tidak menyu...." Belum sempat Arissa menyelesaikan ucapannya, Damian sudah membekap bibir tipis Arissa dengan bibirnya membuat Arissa membatu.
Otak Arissa menjadi tak bisa lagi sinkron dengan hatinya. Bahkan, jantungnya kita seakan berhenti berdetak. Pandangannya menjadi berkunang-kunang.
Arissa memejamkan matanya untuk mengambil kembali kesadarannya yang di rampas Damian dengan ciumannya.
Arissa kembali membuka matanya, dan mencoba melawan, melepaskan ciuman itu.
Arissa berontak, memaksa untuk melepaskan dirinya. Namun, semakin kuat Arissa melawan untuk meloloskan diri, semakin kuat pula Damian memaksa membuka bibir Arissa dengan sikap diktakturnya menjelajahi bagian dalam mulut Arissa dengan lidanya.
Kemampuan mencium Damian yang begitu rakus membuat Arissa kesulitan untuk melepaskan diri.
Tubuh Arissa melemah, dia tak lagi bisa melawan, tenaganya serasa habis. Setelah Arissa tak lagi berontak, Damian mengubah ciuman kasar itu menjadi lembut. Bahkan sangat lembut dan lihai.
Untuk sedikit kemudian Arissa tidak bisa menolaknya, ciuman Damian kini membuat Arissa seperti tersengat listrik.
Tidak...
Ini tidak benar...
Aku tidak bisa seperti ini. Kami mungkin sudah bercerai!
Ini salah.....
Dia juga sudah bersumpah tidak akan mau berhubungan lagi dengan Damian, dan tidak akan lagi jatuh kedalam jurang yang sama.
Arissa yang seketika mendapatkan kesadarannya, langsung menggigit lidah Damian dengan kuat.
"Arrrh!!!" Damian meringis kesakitan, dan langsung melepaskan Arissa.
"Arissa! Apa kamu mau aku mengunakan cara yang lebih kasar lagi!" Matanya menatap tajam.
"Saya tidak bermaksud pak Damian. Saya..." Arissa menjadi gugup melihat kemarahan Damian.
"Dari awal aku sudah sangat baik padamu, tapi sepertinya kamu tidak ingin menerima niat baikku. Maka, semua ini karena ulah mu sendiri!" Melihat wajah ketakutan Arissa membuat Damian tertarik untuk menggodanya.
Melihat wajah ketakutan Arissa membuat Damian merasa wajah cantik Arissa begitu lucu dan itu membuatnya merasa gemes.
Damian akui, dia memang bukan pria yang baik, tapi dia bukanlah pria yang akan memaksa seorang wanita dengan kejam.
"Tolong direktur Damian lepaskan saya, pak Brian pasti sedang mencari saya." Arissa memasang wajah memelas kasihan.
Dan tepat di saat itu, ada suara yang terdengar mendekat.
"Ayolah cepat, aku sudah tidak tahan." Suara itu semakin terdengar dekat sekali.
"Ini juga sudah cepat."
Mendengar ada orang yang datang, Arissa sangat merasa bersyukur.
Arissa tahu, pasti Damian akan melepaskannya, karena Damian juga pasti tidak ingin ada yang melihat mereka.
Cepat-cepat Arissa melepaskan dirinya, yang dia tahu saat ini adalah lekas lepas dari dekapan Damian.
Damian tidak lagi mengejarnya.
Arissa yang semakin jauh menghela nafas lega. Akhirnya, dia bisa lepas dari pria kejam tak punya perasaan dan belas kasihan itu.
"Kamu darimana?" Brian yang memang sedari tadi mencari keberadaan Arissa menghampiri Arissa.
"Perutku tiba-tiba sakit, jadi aku ke toilet." Bohong Arissa.
"Bagaimana? Apa masih sakit?" Bria terlihat khawatir.
"Tidak, sudah lebih baik." Sahut Arissa.
Damian yang juga sudah masuk ke dalam tempat acara. Menatap Arissa dengan senyum, lalu menyentuh bibirnya.
Rasa manis bibir Arissa masih melekat di bibirnya, membuat Damian tersenyum mengingat kejadian manis itu.
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya, dan tolong berikan bintang 5. Terima kasih semuanya.
kapan Damain tahu
tentang istrinya
sekalian aja thor nanti klo mau end di kasih tau nya