Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 5" Tumbang
Aku sedang merapihkan isi gudang, kardus bekas wadah obat - obatan berserakan , tidak rapih, membuat pemandangan di gudang layak nya tempat sampah.
Dengan berusaha kuat aku membersihkan nya, jujur aku masih lemas, sebetul nya aku masih ingin istirahat. Tapi aku tak mau jadi bahan keributan terus bila aku ada di rumah.
Kepala ku pusing, pandangan ku gelap, tubuhku oleng ke tumpukan kardus , tak lama pun kedua mata ku tertutup. Sebelum aku pingsan samar - samar aku mendengar langkah kaki seseorang.
" By bangun!"Gilang sahabat ku mengoyangkan tubuh ku, lalu tanpa banyak bicara lagi, dia menghubungi suster dan aku pun segera di bawa ke IGD.
Gilang menghubungi mamah , tapi tidak ada jawaban. Lalu tanpa banyak ambil pusing dia menghubungi papah.
" Hallo, Om Ebby pingsan" Gilang memulai sambil bergetar karna panik, dia duduk di kursi tunggu. Sambil mengoyangkan kaki nya.
" Apa......, tunggu ya nak!" Papah langsung tancap gas ,kebetulan beliau tidak jauh dari rumah sakit. Hingga tidak butuh lama.
" Nak gimana kondisi Ebby?" Papah berlari menghampiri Gilang, wajah nya begitu panik.karna baginya aku segala nya.
" Dokter Rudy nya belum keluar om, tunggu aja, oh iya om, tadi aku sempet menghubungi tante Rossa tapi nggak di jawab " Gilang tersenyum sambil merapihkan rambut nya .
" Iya, tante Rossa lagi sibuk, jadi nggak sempet buka handphone" Papah mengingat kejadian kemarin sambil tersenyum . Bibir nya basah , kedua tangan nya saling menempel.
Dokter Rudy membuka pintu dan keluar sambil melepaskan masker nya, Dokter Rudy itu kepercayaan nya Nenek. Beliau sudah hampir 5 tahun menjadi dokter umum di rumah sakit peninggalan papah Zahran .
" Dok gimana kondisi Ebby?" Gilang ingin tau, sambil berdiri merapihkan ujung baju seragam nya. dia sangat cemas karna aku sahabat terbaik nya.
" Kondisi Ebby lemah, ini karna dia terlalu capek, tapi udah dalam reaksi obat, tunggal tunggu aja perkembangan selanjut nya." jawab ramah dokter Rudy.
" Oke , thank ya dok" Gilang tersenyum , lalu dokter Rudy melangkah sambil tersenyum. Di balik wajah nya yg banyak jerawat nya beliau tetap percaya diri .
Papah dan Gilang masuk di temani rasa cemas dan panik.
Papah menghubungi mamah sambil duduk menghadap ke arah ku yg masih terpejam rapat.
Panggilan itu terhubung , mamah sedang duduk santai di kursi panjang dekat kolam ikan sambil memakai kuku palsu.
" Hallo , ada apa sih mas?" mamah memulai , sebetul nya malas untuk berdebat lagi soal aku. Kaki nya di luruskan .
" Ebby di rawat, tadi dia pingsan , semua ini karna kamu!!" Papah kesal sambil melihat ke arah wajah ku. Kesedihan nya tak lagi dapat di tutupi karna memang papah begitu takut akan kehilangan ku.
" Anak itu emang lemah, aku udah tau kok kalo dia bakal pingsan , dia itu sok kuat!!" mamah kesal sambil mengambil kipas angin yg ukuran nya kecil , rasa gerah menghampiri nya ketika membahas ku.
" Kamu bener - bener keterlaluan , aku pusing debat terus sama kamu!!" papah mematikan panggilan itu sambil menghela nafas . Kekesalan menumpuk di dada nya membuat nya semakin sesak.
" Udah pah, aku nggak papa kok" aku membuka suara ku , aku mendengarkan semua nya, papah begitu baik hingga rela berdebat tiap hari hanya karna aku.
" Tapi papah sedih kamu nggak bahagia sayang!" papah membelai rambut ku, sambil menunduk lemas. Membuat ku semakin sayang pada nya.
" Udah pah, aku bahagia kok, aku juga seneng karna papah sayang ama aku" Aku mengusap pipi nya senyum yg aku berikan mampu membuat nya terhibur.
Papah hanya tersenyum, beliau bangga mempunyai anak tiri seperti aku, karna anak kandung nya sangat egois .
Gilang menikmati obrolan kami, dia bahagia karna aku di sayangi oleh papah Nazar. Meski dia tau mamah tak peduli pada ku.