Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sejak percakapan malam itu, hubungan antara Elena dan Luca tetap tegang. Namun, Luca tampaknya memilih untuk mengalihkan fokusnya kembali ke pekerjaan. Ia sering terlihat di ruang kerjanya, berbicara dengan bawahannya atau memeriksa dokumen.
“Daddy sibuk lagi,” keluh Sophia sambil memeluk boneka beruangnya.
Elena mengusap kepala putrinya dengan lembut. “Ya, Sayang. Daddymu sedang bekerja. Tapi jangan khawatir, Mommy selalu ada di sini.”
Namun, di dalam hatinya, Elena tahu bahwa ia tidak bisa tinggal diam. Sebagai seorang agen, ia merasa harus melaporkan situasinya kepada atasannya di FBI.
Malam itu, setelah memastikan Sophia tertidur, Elena masuk ke perpustakaan mansion. Ia membawa beberapa alat kecil yang ia temukan di ruang penyimpanan.
“Baik,” gumamnya sambil mengeluarkan obeng kecil dari saku. “Jika aku bisa merakit ini dengan benar, aku mungkin bisa mengirim pesan ke markas.”
Elena bekerja dengan tenang, merangkai kabel dan chip kecil ke dalam casing jam tangan tua. Ia memanfaatkan pelatihan teknis yang ia pelajari di akademi FBI.
Beberapa jam berlalu, dan akhirnya ia menyelesaikan alat tersebut. Jam tangan itu sekarang memiliki pemancar gelombang pendek yang bisa digunakan untuk mengirim pesan singkat.
Elena tersenyum kecil, merasa puas dengan hasilnya. “Sekarang tinggal mencari waktu yang tepat untuk menggunakannya.”
Namun, saat ia sedang menyimpan alat itu ke dalam saku, suara berat mengejutkannya.
“Apa yang kamu lakukan?”
Elena membeku. Ia berbalik perlahan dan menemukan Luca berdiri di pintu, menatapnya dengan mata menyipit.
“Tidak ada,” jawab Elena cepat, mencoba menyembunyikan alat di balik punggungnya.
Luca mendekat, tatapannya penuh curiga. “Aku tahu kamu tidak hanya membaca buku di sini. Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Elena?”
Elena mencoba tetap tenang. “Aku hanya... mencari sesuatu untuk mengisi waktuku.”
Luca mendekat lebih jauh, dan untuk sesaat, Elena merasa ia akan mengetahui rahasianya. Namun, Luca hanya mendesah panjang.
“Kamu tahu, jika kamu mencoba sesuatu yang bodoh, itu tidak akan berakhir baik,” katanya sebelum berbalik dan keluar dari ruangan.
Elena menghela napas lega, tetapi ia tahu bahwa ia harus lebih berhati-hati.
ΩΩΩ
Keesokan harinya, Luca pergi ke pertemuan bisnis di luar mansion. Itu adalah kesempatan yang Elena tunggu-tunggu.
Setelah memastikan para penjaga tidak memperhatikannya, Elena pergi ke taman belakang dan mengaktifkan alat komunikasinya. Ia mengatur frekuensi ke saluran khusus FBI dan mengetik pesan singkat.
“Ini Lumina. Aman untuk berbicara?”
Beberapa detik kemudian, balasan muncul.
“Lumina, kamu baik-baik saja? Sudah lama kami kehilangan kontak.”
Elena menghela napas lega. “Ya, aku baik-baik saja. Tapi aku terjebak di sini. Aku membutuhkan rencana untuk keluar.”
Balasan datang dengan cepat. “Kami akan mengatur sesuatu. Beri kami waktu untuk merencanakan.”
Elena menutup komunikatornya dan menyembunyikannya kembali ke dalam saku. Namun, ia tahu bahwa bermain di dua sisi ini akan semakin berbahaya jika Luca mengetahuinya.
ΩΩΩ
Ketika Luca kembali malam itu, ia tampak lelah, tetapi tetap waspada seperti biasa.
“Elena,” panggilnya sambil masuk ke ruang tamu.
“Ada apa?” tanya Elena, mencoba menyembunyikan kecemasannya.
“Kita perlu bicara.”
Elena merasa jantungnya berdegup kencang. “Tentang apa?”
Luca menatapnya dengan serius. “Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh Sophia. Aku tahu kamu mungkin masih berpikir untuk kabur, tapi aku sudah memastikan bahwa tidak ada jalan keluar dari tempat ini.”
Elena mencoba tersenyum tenang. “Aku tidak mencoba kabur, Luca.”
“Bagus,” jawab Luca sambil berjalan pergi.
Namun, di dalam hatinya, Elena tahu bahwa ia tidak bisa mempercayai Luca, sama seperti Luca yang tidak mempercayainya.