Max Stewart, yang merupakan ketua mafia tidak menyangka, jika niatnya bersembunyi dari kejaran musuh justru membuatnya dipaksa menikah dengan wanita asing malam itu juga.
"Saya cuma punya ini," kata Max, seraya melepaskan cincin dari jarinya yang besar. Kedua mata Arumi terbelalak ketika tau jenis perhiasan yang di jadikan mahar untuknya.
Akankah, Max meninggalkan dunia gelapnya setelah jatuh cinta pada Arumi yang selalu ia sebut wanita ninja itu?
Akankah, Arumi mempertahankan rumah tangganya setelah tau identitas, Max yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mafia 28
Bruakkk!!
Keempat manusia tak bermoral ini, terkejut bukan kepalang dan langsung belingsatan karena malu. menarik apapun untuk menutupi tubuh mereka yang terpampang dengan jelas.
"Shitt!" Evander yang sedang asik pun kaget ketika ruangannya di serbu. Putra dari Oliver ini mengeratkan rahangnya karena sadar dirinya saat ini telah masuk kedalam jebakan. Di belakang Dave, muncullah belasan anggota dengan perlengkapan senjata lengkap.
Tiga wanita yang menemaninya lari tunggang-langgang. Mereka menarik kain apa saja untuk menutupi tubuh polos tanpa sehelai benang itu. Dave membiarkan para wanita itu lari karena saaran mereka yang sebenernya adalah, Evander. Si Cassanova maniak.
Akan tetapi, Zed berpikir lain. Hingga ...
Drep! Drep! Drep!
Dengan tiga kali tembakan dari revolver miliknya, tiga wanita itu tumbang tak bernyawa.
Dave melirik sinis dengan ekor matanya ke arah Zed. Di tempat itu, Evander juga menyebar beberapa anak buah yang memang berjaga-jaga. Namun, tetap saja Evander tidak menyangka jika akan mendapatkan serbuan yang begitu terorganisir seperti ini. Evander yakin, pasti anak buahnya telah di habisi lebih dulu.
"Go to hell!" Dave menekan pelatuk pada senjata kedap suaranya, dan mengarahkannya ke depan Evander.
Depp! Depp!
Dua peluru langsung bersarang di dada dan kepala, Evander. Pria itu tumbang dalam keadaan tanpa busana.
Setelah menghabisi Evander, Dave kembali untuk melapor pada, Max. Sementara itu, sang ketua tengah memantau pergerakan bisnis yang akan di lakukan oleh Oliver. Mr O, atau ketua dari kelompok mafia WolfGang itu, adalah pesaingnya yang selalu berambisi agar menjadi penguasa nomer Wahid dalam dunia narkotika.
Max, dengan kecanggihan alat yang dia punya telah menyadap jalur komunikasi Oliver dan kliennya.
Max, langsung berangkat malam itu juga. Tak ada ampun bagi siapapun yang berani bermain-main dengannya. WolfGang bukan satu-satunya musuh yang hampir melenyapkan nyawanya.
"Halo, Tuan. Anda sudah di perjalanan," tanya Dave memastikan keberadaan, Max.
'Kirimkan titik koordinatmu sekarang!' titah Max tegas, melalui earphonenya..
"Baik." Dave pun mengirimkan apa yang Max minta.
Perjalanan tersebut cukup memakan jarak tempuh dan waktu. Namun, kesabaran dari Max membuahkan hasil.
Max dan beberapa anak buah lainnya menepikan kendaraannya di pinggir hutan yang lebat. Merangsek masuk tanpa rasa ragu. Hingga mereka tiba di sebidang tanah luas yang di tumbuhi oleh aset kekayaan Oliver selama ini. Harta karun yang ia sembunyikan di tengah hutan belantara. Tersembunyi dengan rapi dan apik di antara tanaman perdu lainnya.
"Anda sudah datang, Ketua," sambut Zed. Pria itu membungkukkan tubuhnya.
"Jadi ini lokasi mereka?" tanya Max seraya melirik Dave yang kini berada tepat di sebelahnya.
"Menurut informan kepercayaan saya memang benar, Ketua. Disini adalah dimana lahan ganja milik Oliver yang berhektar-hektar itu. Di sini rencananya mereka akan mengadakan transaksi," jawab Dave dengan pandangan tetap menatap lurus dan fokus ke depan.
Max berulang kali menaikkan tangan ke depan wajahnya demi melihat waktu di arlojinya. Membenarkan earphone yang terpasang pada telinganya. Hingga salah satu dari sudut bibirnya tertarik ke atas, setelah mendapat laporan dari anak buahnya.
"Pasukan telah tiba semua beberapa menit lebih cepat. Selanjutnya, Kita akan memberikan kejutan pada Oliver dan kliennya itu sekaligus. Habisi mereka semua tanpa sisa!" titah Max di balik earphonenya. Hingga semua anak buah yang telah bersedia mengangguk samar bersamaan.
"Bagus sekali, Dave, Zed." Max kembali beralih pada dua anak buah utama di sebelahnya ini. "Kita biarkan mereka bertransaksi dulu. Tunggu sampai dia menghubungi, sekutunya. Aku tidak mau kerja dua kali," tegas Max, memberi perintah dengan kedua rahangnya yang mengeras.
Sementara itu, Oliver di hampiri oleh anak buahnya dan pria itu berbisik padanya. "Apa yang terjadi? Kabar ini harus penting atau kepalamu taruhannya!"ancamnya pada sang anak buah yang datang dengan gemetar.
"Tuan muda Evander dan juga orang-orang kita sudah terbunuh, Tuan," jawab anak buah Oliver itu dengan suara bergetar. Dave memang sengaja menyisakannya sebagai pembawa berita duka bagi Mr O.
"Apa!" Oliver, langsung terhuyung lantaran kaget bukan kepalang. Sepertinya dia tau siapa yang hendak mengajaknya perang saat ini.
Oliver tidak tau saja, kalau Max dan pasukannya tengah mengawasi dari jauh.
lu SETANN...