Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 4" Bising
Tubuhku masih lemas, aku terbangun dari tidur nyenyak ku, mendengar suara bising di luar. Suara itu berasal dari kamar mamah.dengan pelan aku keluar melangkah mendekati pintu kamar mamah.
Di dalam kamar mamah. Mamah dan papah sedang ribut, aku menempelkan telinga di pintu kamar, aku ingin tau soal apa yg tengah di ributkan oleh mamah dan papah.
" Kenapa sih Ebby nggak boleh tau tentang alasan mu?!!" papah kesal sambil duduk di kasur menatap ke arah mamah.
" Aku nggak akan bilang alesan nya!!" mamah mengangkat bahunya lalu berdiri tepat di depan papah. Sambil menyilangkan tangan .
" Apa yg membuat mu jadi berubah terhadap darah daging mu sendiri? Apakah karna kematian Zahran kamu jadi menyalahkan Ebby? Padahal Zahran meninggal memang sudah takdir. Lihat lah wajah putra mu , dia nggak salah apa - apa tapi kamu selalu bersikap kasar pada nya!!" papah mengangkat bahunya sambil berjalan mendekati mamah.
" Aku muak, aku muak mas , aku muak melihat semua itu, aku belum ikhlas merelakan kepergian mas Zahran, bagiku dia segala nya, karna anak itu mengubah semua nya jadi seperti ini!!" Tangis mamah pecah tubuh nya tersungkur sambil mengacak rambut nya.
Papah yg melihat itu langsung mendekati mamah , papah memeluk erat tubuh mamah, rasa miris pun kini menguasai nya, bagaimana tidak mamah sangat sedih ketika mengingat kejadian di masa lalu ,yg entah apa itu, aku pun tidak tau. Papah Nazar ingin tau alasan itu kini sudah mengetahuinya.
" Hiks...Hiks.... Aku muak mas, anak itu membuat ku jadi kek gini, aku sebener nya sayang sama dia, tapi aku nggak bisa membohongi diri kalau aku belum mampu untuk melupakan semua nya!" Air mata mamah tumpah ingus nya keluar masuk memeluk tubuh papah.
" Maaf.... Maafkan , aku hanya ingin Ebby bahagia mendapatkan kasih sayang dari ibu kandung nya , walau aku bukan ayah kandung nya tapi aku sangat menyayanginya ,aku ingin dia bahagia" Papah mengelus punggung mamah di susul air mata nya juga ikut jatuh tanpa permisi.
" Aku tau hiks...... Aku tau mas, tapi nggak aku nggak sanggup untuk berpura - pura seperti ini!" Mamah mengusap air matanya.
" Udah, sekarang kita makan yuk!" papah membangunkan tubuh mamah sambil tersenyum . Bukan maksud untuk membuat mamah menangis tapi nyata nya memang begitu papah tidak bisa melihat ku yg terus tersiksa.
Aku langsung kembali masuk ke kamar, ternyata mamah seperti itu padaku karna belum bisa mengikhlaskan kepergian papah Zahran, tapi mengapa dengan aku? Apa yg aku lakukan pada papah Zahran? Tanda tanya itu belum terpecahkan jawaban nya, pertanyaan itu masih mengusik benak ku.
Mamah menyeka air mata nya, berjalan menuju meja makan . Papah merangkul nya , di sana sudah ada, nenek, kak Adi dan kak Ryan.
" Mamah kenapa nangis? Kak Ryan penasaran sambil menaruh sejenak makanan nya. Mengusap sisa air mata mamah.
" Nggak kok, mamah kelelahan aja, sakit semua badan nya" mamah berpura membohongi sambil duduk menatap ke arah wajah kak Ryan.
" Oh, kirain kenapa" Kak Ryan percaya begitu saja lalu melanjutkan lagi makan nya.
" Mat pagi semua nya" sapa aku sambil tersenyum tipis tubuh ku masih lemas aku sudah mandi dan rapih , tapi aku berusaha kuat untuk bekerja lagi .
" Sini makan!" papah menarik kursi di samping nya untuk ku duduk tapi aku melihat wajah mamah , ku urungkan niat untuk bergabung makan bersama mereka.
" Makasih pah, aku mau langsung berangkat aja ke rumah sakit, aku makan di sana aja , ada urusan" tolak ku sambil mencium tangan nya lalu aku mencium tangan nenek. Aku juga pengen mencium tangan mamah tapi aku tidak bisa karna takut mamah marah.
" Tunggu! Kamu kan masih sakit by. Nanti kalo kenapa - kenapa bagaimana? " nenek memberikan aku 3 lembar uang merah, plus satu plastik makanan.
" Makasih nek , aku kuat kok, udah mendingan juga" aku tersenyum berpura kuat. Lalu berlalu meninggalkan mereka. Jujur hatiku sangat sedih tapi aku berusaha kuat.
" Oke , hati - hati" nenek melambaikan tangan nya nenek sangat khawatir , tapi tak bisa menahan ku.
Aku hanya tersenyum, sebenarnya kaki ku masih lemas tapi lebih baik aku bekerja dari pada di rumah hanya jadi sumber yg memicu keributan terus.
Aku mulai mengayuh sepeda ku dengan pelan , keluar gerbang rumah. Hati ini terus menangis mengingat semua obrolan tadi .