Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Halo, Alvin" sapa Rony setelah teleponnya diangkat oleh orang yang dicari. Dini menggigit ujung jarinya, rasa was-was sedang menimpanya.
"Semoga ga bisa, semoga ga bisa!" doa Dini didalam hati.
"Gue sedang nongkrong neh di mall. Ada Gina samaa Dini. Lo mau ikut nimbrung gak?" tanya Rony sambil melirik kedua wanita didepannya.
"Ada Dini? Heum, boleh lah. Kebetulan gue lagi santai"
"Oke, gue tunggu di restoran ya"
"Oke, 15 menit gue nyampai"
Rony mengangguk tanda setuju padahal Alvin tak melihatnya tapi Rony tahu kalau Alvin mengerti.
"Bisa, guys" cengir Rony setelah menutup panggilannya.
"Pas sudah kita genap" Sambung Gina. Mereka ga ada yang tahu kalau Dini menjaga jarak ke Alvin, meski Alvin belum menyatakan cintanya tapi melihat gerak-gerik Alvin tehadap Dini membuat Wanita 22 tahun itu mengerti kalau Alvin sedang pedekate.
Beda Mall, beda juga dengan dirumah Dimas. Dimas mondar-mandir didalam rumah.
"Apa aku susul aja ya Dini? Tapi gimana kalau Dini tidak suka? Ah, kenapa jadi galau begini" perang batin memang menyiksa.
"Hai" sapa Alvin setelah sampai dimeja yang sudah ada dua wanita dan satu laki-laki.
"Hai, Vin. Ayo duduk" Rony menarik kursi disampingnya.
Alvin segera duduk dan dia duduk berhadap-hadapan dengan Alvin. Alvin tersenyum sedangkan Dini hanya tersenyum kaku membalasnya.
"Mau pesan apa, Vin?" tanya Gina.
"Gue minum es lemon tea aja"
"Ga makan?"
"Ga usah, sebelum kesini gue dah makan" tolak Alvin sambil menolak dengan tangan.
Mendengar penjelasan Alvin, Gina tidak bertanya atau memaksa Alvin. Gina langsung mengangkat tangannya dan memesan minuman ke waitress yang menghampirinya.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka ngobrol santai. Tidak dapat dipungkiri kalau Alvin sering mencuri pandang ke arah Dini.
"Habis ini nonton yuk" ajak Gina.
"Ha?" Dini kaget dan langsung menoleh ke arah Gina.
"Kok Ha, Din? Lo ga bete nih dirumah terus? Kita habis ujian enaknya itu refreshing otak. Ayolah sekali-sekali. Rony sama Alvin gimana? Mau ya? Orang tua Lo juga ga bakal marah pasti ngerti kok" tanya Gina sedikit memaksa.
"Bukan orang tua gue yang marah tapi .."hampir saja Dini keceplosan kalau dia tidak ingat.
"Tapi apa, Din? Lo dah punya pacar?" Alvin langsung bertanya.
"Mampus dah gue, gimana ini masa gue bilang Pak Dimas ya meskipun gue ga tau dia peduli tidak gue main begini" batin Dini.
"Ahh bukan siapa-siapa kok. Itu gue ehmm gue lagi melihara kucing dirumah" ucap Dini dengan kaku.
"Kucing apa kucing? Lo mencurigakan" tatap Gina dengan mata yang memicing ke arah Dini.
"Ih, Lo ga percaya seh jadi sahabat. Beneran kucing, ayo kapan-kapan main kerumahku biar kukenalin" ajak Dini menambah kebohongannya.
Jawaban Dini sebenarnya kurang meyakinkan ketiga temannya tapi untuk menjaga kekompakan mereka tidak ada lagi yang membahas. Dan untuk mencegah kekepoan mereka, Dini akhirya ikut nonton.
"Sudah jam berapa ini kenapa belum pulang?" gumam Dimas diruang tamu sambil melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Sudah hampir hampir 6 jam, Dini meminta izin keluar rumah.
Dimas bimbang ingin menanyakan kabar tapi takut Dini akan kepedean dan menggoda kalau Dimas menyukainya tapi ga ditanyain membuat resah hati. Rasa gengsi benar-benar besar. Sedangkan Dini yang berulang kali mengecek hpnya tapi tidak ada satupun sms dari Dimas merasa kecewa ternyata kehadiran Dini biasa saja buat Dimas.