Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Rencana Oskandor
“Aku mengetahuinya dari Guild Evil, kamu tahu bukan?” Bisik Oskandor dengan wajah berbinar.
“Tentu saja, bagaimana bisa Kakak berhubungan dengan mereka? Bukankah bayaran mereka cukup tinggi?” Tanya Krisan, dia tahu betul bila Guild Evil tak akan menerima uang sebagai bayaran atas informasi. Melainkan Informasi serupa yang memiliki nilai yang sepadan, hingga membuat kesepakatan di antara keduanya.
“Aku tak akan kalah dalam urusan ini, kau diam dan baik-baiklah dengan perutmu. Suatu hari, dia pasti akan menjadi Kaisar.” Ucap Oskandor dengan wajah sumringah, seolah dia sudah mendapatkan segalanya dalam genggaman tangan.
“Baik Kak,” Jawab Krisan yang tak kalah girangnya, kini misi mereka berdua hanya tinggal menyingkirkan Glory. Lalu menyingkirkan Kaisar, setelahnya anak satu-satunya yang ada di perut Krisan akan menjadi Kaisar.
.
.
Takutnya ada pembaca baru, aku kasih Spil dari saat Cai'er masuk ke tubuh Glory.
.
.
.
Langit senja sore itu nampak begitu indah, siluet jingga nampak merona seolah mengucapkan selamat tinggal pada matahari yang akan tenggelam. (Aku ngeri buat kata puitis gini, tapi yalah kalian bayangin aja gitu) Seorang gadis penuh luka nampak menangis di atap sebuah gedung yang menjulang tinggi.
Sebuah apartemen sederhana yang dibangun oleh pemerintah untuk orang miskin di wilayah tersebut, gadis itu menutup matanya perlahan merasakan hembusan angin yang menerpa kulitnya yang penuh lebam.
“Hiks, hiks, tuhan aku gak sanggup!” Lirihnya, dia merasakan air matanya mengalir dari sudut matanya, air garam itu membasuh luka yang menganga di tangannya.
“Sst, tuhan apa kau sudah tidak melihat aku lagi?” Lirihnya lagi dengan Isak yang masih sangat menyakitkan
Dia bernama Cai'er seorang gadis yang tumbuh di daerah kumuh, dia tak tahu apa itu kemewahan dan kasih sayang. Setiap pagi sarapannya hanya caci maki dan ungkapan kebencian yang diberikan oleh keluarganya
Sang Ayah adalah pemabuk berat, sedangkan sang Ibu telah pergi dari tempat itu karena tidak tahan dengan perlakuan sang suami, dia meninggalkan Cai'er yang masih kecil. Sedangkan sang Kakak yang merupakan seorang berandalan tak hentinya terus memukuli dirinya saat Cai’er melakukan kesalahan, atau mungkin hanya sekedar sang Kakak tengah marah saja tanpa alasan yang jelas.
Kehidupannya amat hancur dan berantakan, tak ada mimpi yang dia miliki sejak dia mengetahui bertapa tingginya langit yang bahkan tak akan pernah dia gapai.
“Aku tak sanggup!” Lirihnya lagi dengan isaknya yang terus menerus, hingga suara gebrakan pintu terdengar.
Brak!
“Oh, kau sembunyi di sini ya!” Teriak seorang pria yang tak lain adalah Kakak Cai'er.
“Tolong hiks, hiks, berhenti Kak, ampun!” Tangisnya menjerit ketakutan, dia merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat saat hendak berlari menjauh.
“Kau sudah besar, masih saja menangis!” Teriaknya dengan amarah, dia melepaskan ikat pinggangnya dan siap mencambuk Cai’er.
Saat itu usia Cai'er 17 tahun, masa paling indah bagi para gadis seumurannya. Namun tidak bagi Cai'er dunianya sangat berbeda dengan dunia yang orang lain miliki.
“Tidak!” Teriak Chai’er berontak saat rambutnya dijambak, Cai'er mendorong sang Kakak hingga dirinya terjatuh dan terpeleset.
Haaah…
Helaan nafas terdengar lega ataupun berat, saat tubuhnya melayang dari atap apartemen itu. Air matanya menetes dan matanya tertutup.
“Hiks, anakku yang manis.” Tangis terdengar lirih dan menyentuh, tangis haru yang tak pernah didengar Cai'er sebelumnya.
Perlahan Cai'er mengerjakan matanya dan terbelalak, sosok wanita cantik dengan rambut merah dan mata biru itu nampak menangis dan mengecup kening Cai’er.
“Putriku yang cantik,” Ucap lagi seorang pria di sebelah wanita itu yang nampak tengah menggendong seorang bayi, dia tersenyum dan mengecup pipi Chai’er.
‘Siapa kalian?’ Cai'er berusaha bersuara, namun ternyata hal itu sia-sia. Bibirnya tak dapat dibuka dengan mudah, dia menatap sekeliling dan mendapati banyak orang disana.
“Selamat datang di dunia ini Mattias Glory Lattish, dan Mattias Mythic Lattish.” Ucap pria itu lagi dengan senyumannya yang mengembang.
‘Apa ini maksudnya? Kenapa begini?’ Gumam Cai'er yang kini resmi berubah namanya menjadi Glory.
Glory tak bisa bersuara, namun tangis haru dan penyambutan yang meriah itu sangat asing bagi Glory. Dan dia tak bisa menerimanya dengan mudah begitu saja, pakaian orang-orang itu tampak aneh dan kecantikan serta ketampanan mereka juga terkesan berlebihan.
Malam itu berbagai perasaan muncul dalam hati Glory, hingga kini dia dapat menyimpulkan bila dirinya telah bereinkarnasi ke tubuh seorang bayi yang baru saja lahir bernama Glory.
Pagi tiba dan Glory ternyata menetap di tubuh itu, dia tak bisa bergerak leluasa. Dia pup di kasur, pipis di kasur bahkan banyak hal memalukan yang kini tengah dia alami di pagi hari.
“Ya ampun Mattias, lihatlah Glory menatap ku?” Ucap seorang wanita yang merupakan ibu Glory, dia adalah Alena.
“Hahah, dia sangat cerdas sayangku. Pasti dia lapar, itulah mengapa dia menatapmu seperti itu.” Ucap Mattias terkekeh lembut.
‘Aku tidak lapar tau, aku hanya takjub melihat Ibu baruku yang cantik.’ Ucap Glory dalam hati, namun sang Ibu nampak mengangkat Glory dan membuka baju atasannya.
‘Apa aku harus melakukan ini, ah aku tak sanggup!’ Teriak Glory dalam hati, dia tak ingin minum Asi sang ibu.
“Eh kok dia gak mau ya sayang?” Tanya Alena pada Mattias, Mattias juga kebingungan dan memanggil seorang dokter.
“Ini adalah hal yang aneh, jarang sekali bayi yang enggan minum Asi ibunya sendiri. Bagaimana bila kita coba memberi Tuan Putri susu sapi yang sudah di sterilisasi?” Tanya sang Dokter bingung, Alena dan Mattias saling bersitatap.
“Selain karena faktor Pangeran dan Putri lahir bersamaan, Permaisuri juga tak mungkin mengenyangkan mereka berdua secara sekaligus. Ini adalah jalan alternatif yang banyak diambil para Bangsawan yang memiliki anak kembar Baginda Kaisar.” Ucap dokter itu nampak ketakutan namun juga berharap Kaisarnya mengerti akan kondisi mendesak itu.
“Oh ada cara seperti itu ya? Apa bisa bila keduanya mengkonsumsi susu sapi saja?” Tanya Mattias dengan bodohnya, Dokter itu terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
“Hal itu akan mengganggu kesehatan Permaisuri, namun karena Putri tak ingin minum Asi maka tak ada jalan lain lagi Baginda.” Ucapnya, Mattias nampak mengangguk setuju.
“Baiklah, siapkan saja.” Ucap Mattias memberi perintah, Dokter itu akhirnya mengangguk dan pamit undur diri.
“Padahal bila keduanya bisa minum susu sapi, aku tak perlu berbagi lagi buah kesukaan ku ini.” Celoteh Mattias menggoda Alena, Glory yang mendengarnya melotot tak percaya.
‘Astaga, ayah baruku sangat mengerikan.’ Ucap Glory dalam hati, namun dia juga bersyukur karena kedepannya Glory akan dapat minum susu sapi saja.
Kini Glory juga sudah menyimpulkan sesuatu tentang tempat tinggal barunya, sang Ibu adalah Permaisuri sebuah Kekuasaan bernama Lattish sedangkan sang Ayah adalah Kaisarnya. Namun selain itu, kini dia juga lahir bersama sang Kakak yang merupakan calon Pangeran Mahkota dan dirinya kini menjadi Putri sebuah Kekaisaran.
Glory merasa sangat terbebani dengan gelar barunya, namun dia sangat tak menyangka bila hidupnya akan berubah sedrastis itu. Ingatkan tentang masa lalunya yang mengerikan sering kali membuatnya takut saat berdekatan dengan Alena dan Mattias.
Setiap tangan mereka menyentuh Glory, Glory selalu menutup matanya karena dia takut dipukul. Dia sangat takut hingga Glory sendiri jarang menangis dan membuat mereka kerepotan.
Beberapa kali Alena bahkan konsultasi pada Dokter tentang kondisi Glory yang jarang menangis dan lebih sering tidur, namun Dokter selalu mengatakan bila Glory baik-baik saja.
Perasaan asing seperti diperhatikan, dan mendapatkan kasih sayang adalah sesuatu yang sangat asing bagi Glory. Dia masih belum bisa menerima kenyataan itu, bahkan sempat Glory berpikir bila apa yang kini menimpanya hanyalah sebuah mimpi belaka. Dia trauma dengan segala hal yang pernah menimpanya, dia masih belum dapat menerima kenyataan itu dengan baik.
Maaf semuanya, saat ini Bang Zo lagi sakit.
Sesak nafas, karena baru saja mengalami tragedi. Mohon do'a dan maklumatnya dari kalian ya.
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat