Kehilangan mengajarkan mereka apa arti cinta yang sesungguhnya.
Ketika kehilangan datang menghampiri, mereka menyadari bahwa cinta yang sesungguhnya bukan hanya tentang memiliki, melainkan tentang pengorbanan, keikhlasan, dan bertahan di tengah luka yang mendalam. Akankah takdir memberikan mereka kesempatan kedua, atau justru memisahkan mereka untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabrakan Takdir
Langit kota Seoul mulai memancarkan warna lembayung senja yang mulai memudar. Mengiringi konvoi mobil mewah yang melintasi sibuknya jalanan di ibu kota. Senja, fenomena alam yang sangat indah. Seindah namanya. Qian Kun tersenyum kecil, ia menatap kearah belakang, melihat Senja yang mengarahkan pandangan nya kearah jendela.
Alreisha yang melihatnya berbisik pelan. "Senja sedang melihat senja", ucap Alreisha sambil tersenyum. Kun yang melihatnya tertawa pelan. Nama anak perempuan nya ini memang terbilang cukup unik. Senja, sama seperti nama mentari di sore hari.
"Senja cantik ya, seperti bunda nya", ucap Kun sambil menatap wajah istri nya. Alreisha yang mendengarnya tertawa pelan. "Masih cantikan Senja, cantik nya aku sudah diambil olehnya."
Qian Kun yang mendengarnya menggeleng pelan. Tanda bahwa ia tidak setuju dengan pernyataan istrinya barusan. "No, istri saya tetap cantik", ucap Kun sambil menggenggam tangan istrinya.
"Padahal sudah bertahun-tahun, kamu kenapa masih suka gombalin aku sih?", ucap Alreisha sambil menahan senyumnya. Pipinya mulai merona merah. Qian Kun, pria ini masih sama saja seperti dulu, tidak berubah.
Kun yang mendengarnya tertawa geli. "Mana ada saya gombal. Istrinya saya memang cantik. Bukan hanya cantik wajahnya, tapi juga cantik hati nya. Dan itu fakta, tidak bisa diganggu gugat", ucap Kun dengan tatapan memuja menatap istrinya.
Alreisha yang mendengarnya sedikit tergelak. Sedikit berlebihan sebenarnya. Ia hanya bisa merespon dengan gelengan kepala nya. Jika terus dilanjutkan tidak akan baik untuk kesehatan jantung nya. Suaminya selain pandai dalam bekerja, juga pandai membuat jantung nya tidak aman.
"Bagaimana rasanya sekarang?", ucap Kun sambil mengusap lembut perut Alreisha yang mulai terlihat membuncit. Istrinya sedang hamil, Qian Kun harus lebih perhatian sekarang. Ia tidak mau harus merasakan yang namanya kehilangan lagi.
"Sedikit mual, tapi tidak masalah", jawab Alreisha diiringi dengan senyuman kecil. Wajahnya terlihat lelah sekarang. Terlihat jelas dari adanya keringat kecil di dahinya. Akhir-akhir ini tubuhnya mulai merasakan lebih lelah dari biasanya. Padahal kegiatan yang dia lakukan tidak terlalu banyak, tapi lelahnya luar biasa. Semenjak kehamilan nya yang sekarang, Alreisha memutuskan untuk cuti dari pekerjaan nya. Ia masih trauma akan kehilangan anaknya yang sebelumnya.
Dari kursi belakang, suara riang ketiga anak-anak nya mulai terdengar, kecuali si bungsu Senja. Anak itu masih tetap diam pada posisinya. Duduk dengan tenang sambil menatap kearah jendela. Atlas seperti biasa, jika dirinya tidak digubris oleh Senja, anak itu akan beralih ke kembaran nya. Untung nya kembaran nya itu cukup sabar dalam meladeni dirinya. Untung nya.
"Ayah, kapan kita akan sampai? Aku ingin melihat helikopter lagi", ucap Atlas dengan wajah riangnya. Anak itu benar-benar suka jika diajak dalam perjalanan bisnis sang ayah. Bisa terbilang cukup jarang mereka ikut dalam perjalanan bisnis ayahnya, karena yang ikut hanyalah sang bunda. Membuat dirinya harus bisa bersabar karena pekerjaan ayahnya tidak main-main.
Kun yang mendengarnya tersenyum lembut, ia menolehkan kepalanya ke belakang menatap Atlas. "Sebentar lagi kita akan sampai. Kita naik helikopter seperti maunya Atlas ya?", ucap Kun sambil menatap ketiga anak nya. Atlas yang mendengarnya berhore ria. Wajahnya senang sekarang. Ini yang dirinya suka. Naik helikopter melihat pemandangan dari atas. Sungguh menyenangkan.
Namun, kehangatan itu tidak bertahan lama. Sebuah truk besar muncul dari arah berlawanan dengan kecepatan yang begitu tinggi. Liu Yang Yang dari mobil pengawal berteriak melalui radio. "Atur posisi! Kendaraan tak dikenal mendekat dengan cepat!"
Truk itu melesat tak terkendali, menghantam keras salah satu mobil pengawal hingga terpental ke pinggir jalan. Dalam hitungan detik, truk itu menghantam langsung mobil yang dinaiki Kun dan keluarga nya.
Dentuman keras mulai terdengar saat mobil terdengar beberapa kali terguling sebelum akhirnya berhenti di sisi jalan. Asap mulai mengepul dari kendaraan yang rusak. Di dalam mobil, terdengar beberapa ringisan dan isak tangis dari orang didalamnya.
"Qian...", ucap Alreisha dengan suaranya yang begitu lemah. Suara nya bahkan nyaris hilang saking pelannya. Ia menyentuh perutnya dengan tangan gemetar. Rasa sakit mulai menjalar dari kepalanya.
Kun yang masih menjaga kesadarannya mendengar panggilan dari istrinya. Ia mengabaikan rasa sakit di kepala dan lengan nya. Pria itu berusaha untuk menoleh kearah istri dan anak-anaknya dengan susah payah. Guna memastikan istri dan anak-anaknya terlihat baik-baik saja.
"Leon... Atlas... Senja...", panggil Kun dengan suaranya yang terdengar serak. Terdengar suara Leon dan Atlas menangis ketakutan dari arah belakang. Namun, si bungsu Senja tetap diam di kursinya. Wajahnya terlihat begitu pucat. Terlihat jelas dari ekspresi nya bahwa anak itu sedang ketakutan sekarang.
Tatapan Kun beralih ke arah istri nya, rasa takut mulai menjalar di hati nya. Ia melihat darah segar yang mulai mengalir dari paha istrinya. Alreisha menggigit bibirnya dengan kuat untuk menahan rasa sakit di perut nya.
"Qian... Bayi kita", ucap Alreisha pelan. Air mata mulai mengalir di pipinya.
Kun yang melihatnya langsung panik. Bayi itu, harapan baru yang sudah mereka nantikan setelah kehilangan sebelumnya. Ingatan dua tahun lalu mulai berputar di kepala Qian Kun. Alreisha yang kehilangan bayi nya karena kecelakaan tabrak lari, mereka yang hampir kehilangan semangat hidup nya.
Ketegangan semakin terasa ketika para pengawal mencoba membuka pintu mobil yang ringsek. Ambulans juga telah tiba di lokasi. Tim medis mulai mengeluarkan keluarga Qian Kun dari dalam mobil. Perhatian Qian Kun tetap mengarah kearah istri nya.
"To-tolong selamatkan istri saya. Dia se-dang hamil", ucap Kun sambil terbata.
Petugas medis yang mendengarnya mencoba menenangkan Qian Kun. "Tuan Qian, tenanglah. Istri anda akan baik-baik saja", ucap salah satu petugas.
"Dia sedang hamil. To-long anak ka-mi", ucap Kun diakhir kesadarannya.
Dokter dan perawat mulai membawa Alreisha kedalam ambulans. Perhatian mereka penuh di Alreisha, atas perintah dari pemilik rumah sakit yang mengirim mereka ke lokasi.
Anak-anak mereka juga telah dibawa ke ambulans, Liu Yang Yang tidak mempedulikan luka dikepala nya. Ia ikut bersama Qian Kun sambil memegang kepalanya yang terus mengeluarkan darah. Salah satu perawat mencoba untuk menutup lukanya tapi berhasil ditolaknya.
Pikirannya masih tertuju ke kecelakaan yang baru saja menimpa mereka. Semuanya terjadi begitu cepat. Bahkan disaat seperti ini pun, Liu Yang Yang masih berfikir ketimbang memperdulikan dirinya sendiri. Loyalitas nya terhadap keluarga ini, tidak bisa diragukan lagi bukan?
Ditengah keheningan di dalam ambulan, salah satu perawat menyodorkan sapu tangan untuk Liu Yang Yang. "Tuan, anda bisa menutupi luka anda dengan ini", ucapnya pelan. Yang Yang yang melihatnya mengucapkan terima kasih dan mengambilnya. Ia menutup luka di kepalanya menggunakan sapu tangan yang diberikan oleh perawat tadi.