Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(2) Dalam Cengkraman Pelukan
Perlahan wajah Orion mendekat, untuk pertama kalinya Orion mencium bibir nya dengan lembut. Biasanya pria itu tidak pernah mencium bibir nya di sela kegiatan intim mereka. Tapi saat ini, Orion-
Orion mencium nya dengan sangat lembut. Perlahan tangan itu mulai memeluk tubuh ramping Kaluna. Tangan kekarnya menggendong tubuh Kaluna tanpa melepas tautan mereka.
Orion membaringkan tubuh Kaluna diatas tempat tidur dengan penuh kelembutan. Tatapan dingin nya beradu pandang dengan tatapan ketakutan milik Kaluna. Tangan nya yang kekar menopang tubuh nya.
Perlahan jari-jemari Orion merapikan anak rambut Kaluna yang menghalangi wajah nya. Sentuhan di wajah Kaluna begitu lembut. Orion membelai wajah Kaluna dengan penuh kasih sayang. Tidak ada tatapan emosi seperti tadi. Yang ada hanya kelembutan.
Kaluna yang mendapatkan perlakuan tersebut merasa kesulitan untuk bernafas. Ia berusaha keras untuk mendapatkan pasukan oksigen yang mulai menipis.
Orion menatap wajah Kaluna begitu lekat. Sedangkan Kaluna berusaha untuk menghindari tatapan dari Orion. Dirinya merasa tidak nyaman sekarang.
"Kaluna, saya disini", suara serak Orion menginterupsi pergerakan Kaluna. Perlahan Orion mengaitkan jari nya dengan jari Kaluna. Kaluna hanya terdiam. Lidahnya terasa kelu sekarang. Ia bingung harus merespon seperti apa.
Perlahan wajah itu mendekat, Kaluna sontak memejamkan mata nya. Ia takut Orion akan menyakiti nya sekarang. Namun, dugaan nya salah. Orion mencium kening nya dengan lembut. Deru nafas nya yang teratur dapat dirasakan oleh Kaluna.
Kaluna dapat merasakan kehangatan yang di berikan Orion kepada dirinya sekarang. Perlakuan yang sangat jarang diberikan Orion padanya. Untuk pertama kalinya di dalam hubungan mereka. Orion memperlakukan Kaluna begitu hangat dan penuh kelembutan.
"Punggung nya masih sakit?", mendengar pertanyaan itu membuat Kaluna membuka mata nya. Ia hanya diam tidak menjawab. "Saya obati ya?", Orion mulai menjauhkan tubuhnya dari Kaluna. Ia mengambil kotak obat di dalam laci dan berjalan kearah lemari mengambil kemeja over size miliknya.
Semua yang dilakukan Orion tak luput dari pandangan mata Kaluna. Orion duduk di pinggir ranjang, ia mulai mengganti pakaian basah yang dikenakan oleh Kaluna. Perlahan ia mengoleskan salep di punggung mulus Kaluna yang terdapat beberapa bekas luka.
Luka itu, Orion yang melakukan nya. Dia mengobati luka itu dengan penuh kehati-hatian. Sesekali ia meniup luka itu berharap sakit nya akan hilang.
Bahu Kaluna mulai bergetar, isak kecil keluar dari bibir mungilnya. Hatinya begitu sakit ketika mengingat perlakuan Orion tadi malam sehingga menimbulkan bekas luka di tubuh nya. Orion, pria itu memeluk nya dari belakang.
Ia mencium lembut puncak kepala Kaluna. Kaluna memejamkan mata nya. Dirinya terlalu lelah sekarang. Bayangan kemarin malam masih terputar jelas di kepala nya.
Kemarin malam, sama seperti malam-malam sebelumnya. Kaluna melakukan kegiatan yang sudah menjadi rutinitas wajib nya setelah menjadi seorang istri. Bagi Orion tubuh Kaluna hanyalah sebagai pemuas nafsu nya dan samsak untuk melampiaskan kemarahannya. Tidak lebih.
Setiap kegiatan yang mereka lakukan, Orion pasti akan meninggalkan bekas luka di tubuh Kaluna. Tepat sebelum kegiatan mereka berakhir, Kaluna yang masih dibawah kungkungan tubuh Orion. Memberanikan diri nya untuk menatap Orion.
"Kamu bau alkohol lagi", entah keberanian dari mana, Kaluna mulai berani untuk menyerukan pendapat nya. Orion menatap nya tak suka. Merasa tak ada jawaban, Kaluna melanjutkan perkataannya.
"Kamu juga bau parfum wanita. Sebelum sama aku, kamu sama wanita mana dulu, Orion? Awas! Kamu berat!", mulai mendorong tubuh Orion. "Kamu pikir aku ini apa hah?! Kamu ngga bisa nyamain aku sama seperti selingkuhan kamu itu, Orion!", teriak Kaluna di depan Orion. Suara itu mulai bergetar, matanya mulai memerah menahan tangis.
Orion yang mendengarnya terpancing emosi. Jelas dia akan marah ketika dituduh melakukan hal yang tidak ia lakukan. "Saya tidak selingkuh, Kaluna! Berhenti menuduh saya seperti itu!"
"Kamu pikir aku percaya! Kamu bau alkohol, Orion! Kamu-
"Kaluna! Kamu pikir saya sebejat itu kah?"
"Ya terus apa lagi! Ini juga bukan bau parfum kamu!"
Orion mendengus pelan. Ia benar-benar kesal sekarang. Kaluna, gadis itu, bagaimana pikiran nya bisa se sempit itu? Selingkuh? Bahkan itu tidak ada dalam benak Orion.
"Hiks! Dasar tukang selingkuh!", menghapus air matanya kasar. Ia mendorong keras tubuh Orion. Biasanya Kaluna tidak akan se rewel ini. Tapi malam ini, Kaluna sedikit berbeda.
Tatapan Orion berubah tajam ketika menatap Kaluna. Kata-kata Kaluna barusan berhasil membuat emosi Orion naik. Apa kata Kaluna barusan? Tukang selingkuh? Orion tidak se murah itu.
Dengan gerakan cepat ia melepas sabuk kulit yang ia kenakan. Tanpa pikir panjang ia menyabetkan sabuknya ke punggung Kaluna.
CTASHH!!
"Arghh!", teriakan kecil mulai keluar dari bibir Kaluna. Punggung nya terasa panas dan perih sekarang. Rasa sakit mulai menjalar di sekitar punggung nya. Tubuh nya mulai meringkuk.
Orion melakukan sabetan itu beberapa kali ke punggung Kaluna. Darah segar mulai keluar dari kulit putih Kaluna yang mulai terkelupas. Bekas merah keunguan mulai terlihat. Orion mengatur nafasnya. Ia membuang asal sabuknya.
Isak tangis Kaluna memenuhi ruangan kamar mereka. Tangannya meremas seprainya sampai kusut tak berbentuk. Bentuk dirinya menyalurkan rasa sakit nya.
Punggung nya terasa sakit sekarang. Entah ini luka yang ke berapa. Yang jelas setiap inci tubuh Kaluna pasti ada bekas luka yang diberikan oleh Orion. Baik yang sudah mengering atau masih basah.
Setelah amarahnya mereda, Orion menarik nafasnya panjang. Ia menatap Kaluna. Orion menarik tubuh Kaluna ke pelukan nya. Seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Ia membaringkan tubuh Kaluna ke tempat tidur.
Sesekali tangan nya mengusap lembut bahu polos Kaluna. Kaluna dengan susah payah menahan tangisnya agar tidak bersuara. Ia tidak ingin Orion kembali menyakiti nya. Seketika Kaluna juga menyesal kenapa begitu berani berkata seperti itu. Tapi, penyesalan selalu datang terlambat kan?
"Maafkan saya", suara itu seperti bisikan di dekat telinga Kaluna. Kaluna juga merasakan Orion yang mencium lembut puncak kepala nya cukup lama. Sesekali ia bergumam tak jelas.
"Saya tidak selingkuh, Kaluna. Saya hanya melakukan nya dengan kamu. Tidak pernah dengan wanita lain", suara itu terdengar tegas. Sama sekali tidak ada keraguan disana.
"Saya minum juga bersama dengan rekan bisnis saya. Bukan dengan orang lain. Tolong percaya dengan saya, ya?"
"Tapi kamu bau parfum wanita, Orion", suara itu terdengar serak. Kaluna memaksakan diri nya untuk tetap berbicara.
Orion menghela nafas nya, ia terlalu lelah sekarang. "Seorang wanita tidak di kenal tidak sengaja menabrak saya tadi, tidak lebih. Saya tidak selingkuh, kamu tahu itu".
"Tapi apa harus pukul aku? Badan aku sakit, Orion. Kamu kalau mau bunuh aku ngga gini caranya." Tangisan itu mulai keras. Kaluna meluapkan isi hati nya. Ia terlalu sakit sekarang.
"Saya bersalah, saya minta maaf, Kaluna". Tangan itu mulai mengusap lembut punggung Kaluna. Seperti tidak ada luka di sana. Bagi Kaluna, di setiap tindakan kasar Orion pasti akan di akhiri dengan sikap lembutnya.
Dan malam itu berakhir seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Orion yang tidur sambil memeluk tubuh Kaluna dari belakang. Dan Kaluna yang menahan rasa sakitnya di sepanjang malam.