Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita masa lalu
Nyai Damah dan Antasena sampai di rumah ketika waktu sudah malam. Ki supa yang tadinya mau keluar untuk mencari mereka menjadi mengurungkan niatnya begitu melihat kemunculan istri dan anaknya itu dari balik pintu.
"Aduh.. kalian berdua ini dari mana saja sampai malam begini baru pulang membuat orang khawatir saja, " ucap Ki supa terlihat sedikit kesal.
"Ah, gawat kakang ini sungguh gawat, " ucap nyai Damah, segera mengambil tempat duduk yang ada di depan suaminya.
Antasena yang tahu ibunya itu kelelahan segera ke belakang mengambilkan air minum untuknya.
"Gawat? apa maksud mu nyai berkata gawat seperti itu? " tanya Ki Supa tidak mengerti maksud istrinya itu.
"Ibu minumlah dulu kau pasti kehausan, " ucap Antasena seraya menyodorkan segelas air minum kepada ibunya.
Nyai Damah segera menenguk air minum pemberian Antasena sebelum menjawab pertanyaan Ki supa.
"Tadi di hutan aku dan Antasena bertemu dengan orang orang dari perguruan semeru kakang dan terlibat pertarungan dengan mereka, " ucap nyai Damah memberi tahu.
"Apa..! jadi maksudmu orang orang semeru sudah mengetahui keberadaan kita begitu nyai? " tanya Ki supa, dengan terkejut.
Antasena yang tidak tahu pokok permasalahannya hanya diam saja dan duduk di samping ibunya sambil menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Begitulah kakang, tapi aku dan Antasena terpaksa membunuh mereka semua, " ucap Nyai Damah.
Ki Supa menghela nafas panjang mendengar cerita dari istrinya,tangannya memegangi dagunya memikirkan tentang kedatangan orang orang semeru itu.
"Ini bukan hal yang sepele nyai, kalau mereka sudah menemukan tempat ini pasukan yang lebih kuat pasti akan berdatangan ke sini cepat atau lambat, " ucap ki supa sambil berfikir untuk mengatasi keadaan yang bisa terjadi sewaktu waktu itu.
"Kakang benar, soal hidup dan mati menghadapi mereka aku tidak takut , tapi yang menjadi beban pikiran ku saat ini adalah Antasena kakang, " ucap nyai Damah sambil memandang anak semata wayangnya itu.
"Ibu tidak perlu mengkhawatirkan aku, jika orang orang itu datang bukankah kita bisa menghadapi mereka bersama sama, " ucap Antasena.
"Kau jangan bodoh Antasena ayah dan ibumu saja belum tentu mampu jika ketua perguruan semeru itu datang kemari, apalagi dengan kemampuan mu saat ini, " ucap Ki supa.Sambil menggelengkan kepalanya.
Antasena langsung menundukkan kepalanya mendengar perkataan ayahnya itu.Ia menyadari kalau kemampuannya saat ini masih rendah.
"Kesaktian nyai Langsang dan Pranudira memang menjadi ancaman bagi kita, namun aku ragu jika dua orang itu akan datang kemari kakang, " ucap Nyai Damah.
"Walaupun demikian kita tidak bisa memandang remeh pendekar lainnya yang kemungkinan dikirimkan kemari Nyai, "sahut Ki supa.
"Maaf ayah dan ibu kalau boleh saya tahu apa kesalahan kalian sehingga orang orang dari perguruan semeru ingin sekali menangkap kalian berdua? " tanya Antasena, yang dari tadi menyimpan pertanyaan itu sejak di hutan.
Nyai Damah memandang kearah suaminya mendengar pertanyaan dari Antasena itu.
"Antasena sudah besar nyai, tidak ada salahnya jika dia mengetahui siapa kita berdua yang sebenarnya." ucap Ki supa, yang mengerti arti tatapan mata istrinya itu.
"Baiklah aku akan menceritakan kepadamu Antasena kenapa orang orang dari perguruan semeru itu terus memburu kami berdua, " ucap Nyai Damah mulai bercerita.
"Dulu aku dan ayahmu adalah seorang pembunuh bayaran yang bernaung di bawah organisasi pedang merah.Pedang Merah adalah organisasi besar yang melayani jasa membunuh yang mencangkup wilayah kerajaan Pasir Kencana. Bahkan banyak para pejabat pasir kencana yang juga berdatangan ke pedang merah untuk minta bantuan.
Dan kami berdua waktu itu menjadi andalan organisasi itu yang mengemban tugas tugas sulit dan berat yang tidak bisa diselesaikan oleh orang lain .Kami selalu bertindak kejam dan tidak mengenal kata kompromi dalam menghabisi target kami.
Kami berdua menerima upah yang sangat besar karena target kami adalah orang orang penting.Dalam menjalankan tugas itu aku dan kakang Supa tidak pernah mengenal yang namanya kata kegagalan, semua misi yang kami jalani selalu berhasil dengan baik.
Hingga ketua organisasi pedang merah yang bernama Suwandira sangat senang kepada kami dan selalu memuji muji kami.Tapi lama kelamaan baik aku dan ayahmu merasa bersalah dan tidak tenang dengan pekerjaan yang kami jalani itu.
Hingga suatu hari kami berdua mengatakan kepada Suwandira akan berhenti dari pekerjaan kami itu dengan alasan ingin hidup tenang dan mengasingkan diri dari dunia luar.Kami mengira akan mendapatkan penolakan darinya dengan keputusan kami itu.
Namun ternyata Suwandira memperbolehkan kami untuk berhenti tapi dengan satu syarat, yaitu harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas satu lagi,yaitu membunuh Jurik Langgar yang merupakan murid dari perguruan Semeru.Kami pun menyanggupinya dan langsung berangkat ke perguruan semeru.
Ketika kami tiba disana kami berdua langsung mencari informasi tentang orang yang bernama Jurik Langgar itu.Karena Jurik Langgar adalah orang terkenal di sana kami pun tidak menemui kesulitan mencari informasi tentang dia, ternyata dia adalah calon ketua Perguruan Semeru yang baru.
Malam harinya kami berdua bergerak cepat menyusup ke kediamannya.Dan anehnya waktu kami masuk ke rumah yang ditempati Jurik Langgar kami tidak mendapati kesulitan yang berarti karena penjagaan di sana begitu sangat longgar.
Kami berdua sempat merasa janggal dengan keadaan seperti itu , tapi malam itu yang ada dalam pikiran kami adalah menyelesaikan misi lalu pergi, tanpa sempat berpikir kritis (cermat)dulu.
Dan ketika kami berdua baru saja masuk kedalam rumah itu tiba-tiba ada bayangan berkelebat keluar dari rumah itu.Kami berdua pun langsung buru buru ke kamar Jurik Langgar untuk melihatnya. Begitu sampai di sana alangkah terkejutnya kami setelah melihat Jurik Langgar sudah tewas tidak tahu siapa yang membunuhnya, "Nya Damah kemudian menghentikan ceritanya untuk menghela nafas sejenak.
"Lalu setelah itu apa yang terjadi ibu? " tanya Antasena penasaran campur terkejut mendengar masa lalu kedua orang tuanya yang ternyata penuh dengan pembunuhan itu.
"Setelah itu datanglah seorang pemuda yang ternyata dia adalah Jaran Kempong dengan para pasukan yang memergoki kami di sana.Kami berdua bermaksud menjejaskan kejadiannya namun percuma saja Jaran Kempong tidak akan pernah mempercayai perkataan kami.Dan akhirnya pertarungan pun tak terhindarkan, kami berdua bertarung dengan para pasukan itu sampai banyak dari mereka yang terbunuh di tangan kami. Setelah kejadian itu gemparlah seluruh perguruan dan menuduh kami berdua sebagai pembunuh Jurik Langgar.Hingga akhirnya kami terpaksa melarikan diri menjauh dari keramaian seperti niat kami sebelumnya," ucap Nyai Damah mengakhiri ceritanya.
"Aku rasa ada seseorang yang sengaja menjebak Ibu dan ayah dalam kejadian itu,bagaimana mungkin Jaran Kempong kebetulan datang waktu itu jika tidak ada orang yang memberi tahunya, " ucapan Antasena.
"Aku pun juga berfikir seperti itu Antasena dan aku selama ini mencurigai Suwandira dalang di balik semua itu, " ucap Ki Supa.
"Ya ayah benar, satu satu orang yang tahu keberangkatan ayah dan ibu ke sana adalah dia, " sahut Antasena.
"Tapi apa sebabnya dia melakukan itu kakang? " tanya Nyai Damah, tidak mengerti.
"Apa alasan aku tidak tahu tahu Nyai,tapi aku yakin sekali kalau semua ini ada campur tangan dia, " tegas Ki Supa.
"Ibu tadi waktu di hutan kenapa orang yang bernama Jaran Kempong itu menyebut nama Tirani dan Jalarupa, apakah itu nama ayah dan ibu dulu? " tanya Barata yang merasa penasaran dari tadi.
"Itu adalah nama kami berdua dulu Antasena, setelah kami berhenti dari pekerjaan itu kami telah membuang nama itu dan menguburnya dalam dalam.Biarlah nama yang penuh dengan darah itu hilang dari kehidupan kami, " ucap Ki Supa.
"Antasena dunia ini sangat kejam, Ibu minta jadilah orang kuat supaya kau tidak tertindas nanti. Dan ingat kedua orang tuamu ini pernah mengambil jalan yang salah, aku minta pada mu jadilah orang kuat yang selalu menjunjung tinggi kebenaran supaya kau tidak menyesal seperti kami berdua, " ucap Nyai Damah memberikan nasehat kepada Antasena.
"Aku mengerti Ibu, " ucap Antasena.
"Antasena malam sudah larut sebaiknya kau cepat tidur karena besok ada tugas untuk mu, " ucap Ki Supa.
"Tugas apa ayah? " tanya Antasena.
"Besok kau pergilah ke gunung kemulan untuk mencari batu besi, batu itu mempunyai warna merah tua,karena dengan batu itu aku akan menyempurnakan pedang yang selama ini belum terselesaikan, " ucap Ki supa.
"Baik ayah, " ucap Antasena kemudian masuk kedalam kamarnya.
Ki Supa yang dulu bekerja sebagai pembunuh bayaran sebenarnya dia adalah pandai besi yang mahir dalam membuat senjata.Setiap senjata buatannya tidak pernah mengecewakan karena dibuat sangat teliti serta menggunakan bahan bahan yang bermutu tinggi.