kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Sefrekuensi..??
Andai waktu bisa diputar ingin sekali Kay menjaga buah hatinya agar tak sampai cedera. Sayangnya semua telah terjadi, Kay sangat takut ketika mendengar kabar putranya kecelakaan. Dalam bayangannya anak itu sudah berdarah-darah, sampai kehilangan banyak darah dan harus mendapat transfusi. Terlalu berlebihan memang tapi namanya juga khawatir sudah pasti pikirannya jauh kemana-mana.
Di rumah sakit, Kay langsung bertemu dengan suster Nancy, nampak raut bersalah di wajah wanita itu. Dia juga takut Kay akan marah seperti dulu saat kaki Bintang memar karena terantuk meja ketika belajar berjalan.
" Sus, Langit ada diruang mana Sus? " Tanya kay panik.
" Di atas bu, di ruang rawat anak, tapi dia belum sadarkan diri karena tadi sempat di beri anestesi oleh dokter.. " Ucapnya takut-takut
" Parah kah Sus? "
" E... Anu bu ... Lukanya mendapat tiga jahitan.. " Jawabnya lirih.
Mendengar jawaban itu Kay bergegas meminta ditunjukkan kamar anaknya dirawat. Tak jauh dari mereka, Gagah mengikuti dari belakang. Melihat Kay panik tadi, Gagah tak membiarkan asprinya untuk membawa mobil sendiri, dia putuskan dia yang nyetir, karena saat berangkat ke kantor dia memakai mobil Kay karena itulah saat ini dia yang membawa mobil itu.
Mereka sampai di kamar rawat anak itu. Kebetulan dia di rawat diruangan dengan banyak ranjang, dan banyak anak-anak yang dirawat disana. Ranjang Langit ada di dekat pintu sehingga Kay bisa langsung tiba ditempatnya. Kay menangis melihat Langit yang terbaring lemah dengan mata tertutup. Ada perban yang membalut kepalanya, serta ada lebam di tangannya. Kay belum tau kronologi kecelakaan nya seperti apa.
Melihat bangsal tempat Langit dirawat , Gagah segera kembali ke ruang administrasi. Diapun mengurus pembayaran dan juga pemindahan anak itu ke ruang VIP. Setelahnya Gagah kembali keluar menuju ke mobil, dia hendak membeli beberapa makanan serta buah-buahan.
Kay bingung, karena tiba-tiba saja putranya dipindahkan, sementara anak itu belum sadarkan diri. Para perawat menenangkan Kay dan menjelaskan bahwa mereka akan memindahkan anak itu menuju ruang VIP, karena tadi ada yang meminta agar dia dipindahkan.
Baru saja Kay bernafas lega, namun tiba-tiba ummi datang dengan menggendong Senja yang mengalami demam tinggi. Kay segera membawanya bertemu dokter anak dan memeriksa keadaan Senja. Setelah di periksa ,ternyata Senja hanya demam biasa, tak ada yang harus dikhawatirkan. Dia diberikan resep obat agar ditebus di apotek dan segera diminumkan kepada gadis cantik itu.
Kay meminta suster Nancy menebus obat Senja di apotek, sedangkan ia menggendong Senja dibawa ke kamar rawat Langit. Tiba disana Senja segera dibaringkan di sofa empuk yang ada dikamar rawat itu.
Langit belum membuka matanya, kata dokter tadi kemungkinan sebentar lagi dia akan sadar. Bintang berdiri disebelah ummi yang sedang duduk menunggui Langit. Kay meminta ummi berpindah ke sofa dan gantian dia yang duduk di tempat ummi tadi. Dia memegang tangan mungil anaknya.
" Ma'af kan ami sayang, ami gak bisa jaga Langit dengan baik.. " Dia mengecupi tangan anaknya sambil melelehkan air mata.
Bintang memeluk leher ibunya, diapun mengecup pipi ibunya dengan lembut. Dia mencoba menenangkan ibunya.
" Ami... Sabar ya.. Ami ga salah kok.... tadi Langit itu sedang main mi.. terus saat naik tangga prosotan dia terpeleset dan jatuh, kepalanya terantuk pegangan tangga dan sobek. Untuk lebam ini karena sebelum terpeleset dia sempat terguling. " Cerita Bintang.
Tak lama Gagah masuk kedalam ruangan dengan membawa sekantong makanan dan juga sekeranjang buah-buahan. Disusul suster Nancy membawa obat untuk Senja. Gagah menaruh bawaannya diatas meja, baru saja dia akan menuju kearah Langit, Bintang malah menarik tangannya dan mengajaknya keluar.
" Ada apa sayang,... Kamu mau ajak uncle kemana? " Tanya Gagah ketika tiba diluar ruangan.
" Ayo uncle anterin Bintang.. " Suaranya parau sambil menutup hidungnya.
Gagah mulai curiga dengan gelagat Bintang, diapun membalik tubuh anak itu, alangkah terkejutnya ketika melihat ada cairan merah di sela-sela jari anak itu. Gagah segera menggendong nya dan membawa berlari menuju IGD. Anak itu segera ditangani oleh dokter disana.
Bintang tadi mimisan, dan dia tak ingin ibunya bertambah khawatir, sepertinya dia sedang kurang enak badan. Biasanya Bintang memang mimisan jika daya tahan tubuhnya menurun. Karena anak ini tidak suka mengkonsumsi sayuran jenis apapun sehingga dia yang lebih sering mengalami mimisan.
Setelah diberi obat, hidungnya pun sudah mampet tak mimisan lagi. Dan dia diminta istirahat sebentar disana.
" Uncle... Jangan bilang ami ya, nanti ami nangis lagi,... Bintang ga mau ami sedih.. "
" Iya sayang uncle akan diam, ini rahasia kita ya... Sekarang kamu bobo dulu, uncle temani disini" Ujar Gagah lembut sambil mengecup puncak kepala anak itu, setelahnya anak itu pun terlelap.
Diruang rawat Langit, Senja tengah terlelap di sofa setelah diminumkan obat oleh Kay tadi, dia didampingi ummi dan suster Nancy. Sedangkan Langit baru saja membuka matanya. Dia mengadukan apa yang dialaminya tadi kepada ibunya. Kay pun jadi paham apa yang sebenarnya terjadi, semua cerita Langit sama dengan cerita Bintang.
Eh Kay baru sadar Bintang ga ada diruangan itu. Diapun bertanya kepada suster Nancy.
" Sus.. Liat Bintang ga, tadi kemana ya? "
"Kalo ga salah tadi ikut pak Gagah bu.. "
Mendengar jawaban itu, kay segera menghubungi Gagah. Beruntung kini mereka sedang berada di supermarket dekat rumah sakit, sehingga ketika vc pun mereka tak berbohong. Tadi kay hanya telpon biasa namun ketika mendengar Bintang bersin dia langsung mengubah kesambungan video call.
Malam pun tiba, Senja ikut menginap dirumah sakit bersama suster Nancy, sementara Bintang dibawa pulang Gagah dan rencananya akan bermalam dihunian Gagah. Sebenarnya Kay tadi tidak mengijinkan, namun karena Bintang merengek dan akhirnya menangis, Kay pun mengijinkan. Alasan Bintang ikut pulang sebenarnya adalah takut kalau nanti mimisan lagi dan akan membuat ibunya khawatir, jadi dia minta ikut pulang bersama uncle tampannya.
Tak biasanya memang mendengar Bintang merengek bahkan sampai menangis sesenggukan. Lagi sakit pun dia tak pernah ngeluh, hanya gestur nya saja yang menunjukkan bahwa dia tidak baik-baik saja. Entah kenapa juga Bintang malah memilih bersama Gagah, biasanya dia juga paling sulit didekati. Zulfan saja dulu sempat kesulitan memahami anak Kay yang satu ini. Apakah karena mereka sefrekuensi, entahlah hanya Bintang yang tau.
*
*
*
Gagah tidak membawa Bintang ke Penthouse nya, namun justru kerumah pribadinya. Bukan rumah biasa justru lebih tepat dibilang mansion. Ada beberapa pelayan yang bekerja disana termasuk amah aminah yang sudah lama mengabdi pada keluarga Gagah.
Bintang terkagum-kagum diajak kemansion tempat Gagah tinggal. Dia berlarian kesana kemari berbeda dengan kesehariannya yang biasanya jaim dan sok cool.Gagah saja heran melihat tingkah anak itu sekarang, dia jadi ga ada bedanya sama Langit.
" Bin.... Sayang... Stop, waktunya istirahat dan minum obat.! " Ucap Gagah menangkap anak itu.
" Baiklah uncle... Mana obatnya... "
" Kita makan dulu, baru minum obat.."
Mereka makan malam bersama di ruang makan. Satu kebiasaan Gagah ketika di rumahnya adalah makan bersama para pekerjanya di satu meja makan dan hidangan yang sama. Berbanding terbalik ketika dikantor. Dirumah dia lebih hangat dan ramah.
Bintang mengambil ayam goreng dan pindang telur untuk disantapnya, sementara berbagai olahan sayur yang sudah ditaruh Gagah dipiringnya ia abaikan. Gagah punya cara sendiri agar Bintang bersedia menikmati sayuran itu. Dengan telaten dia menjelaskan dan mengajarkan anak itu menyantap berbagai sayuran. Amah menitikkan air matanya, dia terharu melihat tuan mudanya mengajarkan hal yang sama seperti yang ia ajarkan dulu kepada junjungannya itu. Dan cara itu ternyata berhasil, Nintang mau mencoba berbagai hidangan sayur sampai-sampai dia kepedesan ketika menyantap irisan cabai.
Anak itu sampai menangis, namun tak membuatnya menyerah menaklukan sayuran yang sempat jadi momok buat dirinya. Gagah tersenyum melihat anak itu seolah melihat dirinya waktu kecil.