NovelToon NovelToon
Topeng Dunia Lain

Topeng Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Subber Ngawur

Rafael tidak pernah mengira hidupnya akan berubah saat dia menemukan sebuah topeng misterius. Topeng itu bukan sembarang artefak—ia membuka gerbang menuju dunia lain, dunia yang dihuni oleh makhluk gaib dan bayangan kegelapan yang tak bisa dijelaskan. Setiap kali Rafael mengenakannya, batas antara dunia nyata dan mimpi buruk semakin kabur.

Di tengah kebingungannya, muncul Harun, tetangga yang dianggap 'gila' oleh penduduk desa. Namun, Harun tahu sesuatu yang tidak diketahui orang lain—rahasia kelam tentang topeng dan kekuatan yang menyertai dunia lain. Tapi, apakah Rafael bisa mempercayai pria yang dianggap tak waras ini, atau dia justru menyerah pada kekuatan gelap yang mulai menguasainya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Subber Ngawur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Harun

Setelah menenangkan Rafael sedikit, Harun mengajaknya ke sudut taman sekolah yang sepi, jauh dari keramaian siswa lain. Di bawah pohon besar yang teduh, Harun duduk di bangku kayu dan menatap Rafael dengan tenang, sementara Rafael masih berdiri, terlihat gelisah dan cemas.

“Kenapa bapak bisa kerja di sini?” tanya Rafael tiba-tiba, nada suaranya lebih terdengar penuh kecurigaan daripada penasaran. Dia masih belum bisa sepenuhnya mempercayai Harun.

Harun menghela napas pelan sebelum menjawab. “Tukang kebun sebelumnya kenalan saya. Dia yang kasih rekomendasi waktu ada posisi kosong di sini. Saya terima kerjaan ini karena butuh tempat buat... tenang,” jelas Harun sambil mengamati wajah Rafael yang tetap waspada.

Rafael menatap Harun dengan tatapan bingung. Dia masih merasakan sesuatu yang aneh tentang Harun, tetapi belum bisa menentukan apa itu.

Harun memecah keheningan. “Kamu masih anggap saya orang gila, ya?”

Rafael diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Semuanya terasa begitu aneh dan tidak masuk akal, tetapi dalam hati kecilnya, dia tidak lagi yakin Harun hanya orang gila.

Harun memperhatikan Rafael dengan sabar. “Siapa nama kamu?”

Rafael tetap diam, masih merasa curiga dengan pertanyaan-pertanyaan Harun. Namun, ketika Harun mendesaknya dengan lembut, “Nak, kalo ditanya itu jawab, jangan diam saja,” Rafael akhirnya menjawab pelan, “Rafael.”

Harun mengangguk pelan. “Rafael. Nama yang bagus.” Setelah itu, dia menatap Rafael lebih serius, seolah ada sesuatu yang harus segera dia ketahui. “Sekarang, Rafael, saya perlu tahu. Kamu nemu topeng itu di mana?”

Rafael ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab. “Aku nemuin di pekarangan, di bawah pohon besar. Aku gak tahu kalau topeng itu bakal jadi masalah.”

Harun mengangguk mendengar penjelasan Rafael, tampaknya dia sudah memperkirakan hal ini. “Kamu udah buang topeng itu, kan?”

Rafael mengangguk cepat, matanya mulai dipenuhi kekhawatiran. “Iya, saya buang ke sungai. Tapi... entah kenapa topeng sial itu balik lagi ke tas saya. Saya gak ngerti. Saya bahkan sampe kecelakaan gara-gara itu. Temen saya juga kesurupan waktu pegang topeng itu. Saya gak mau sial terus karena topeng itu. Gimana caranya biar topeng itu gak ngejar saya lagi?” tanya Rafael, suaranya mulai terdengar putus asa.

Harun menatap Rafael lama, menimbang jawabannya dengan hati-hati. “Topeng itu bukan sembarang benda, Rafael. Ada sesuatu di dalamnya yang lebih besar dari yang bisa kita lihat. Untuk mengusirnya... kita perlu lebih dari sekadar membuangnya.”

Rafael menelan ludah, perasaan cemasnya semakin kuat. “Terus gimana? Saya gak bisa terus hidup kayak gini, Pak. Saya gak tahan...”

Harun menghela napas panjang sebelum mulai berbicara, tatapannya menerawang sejenak, seolah mengenang masa lalu yang kelam. “Sebenernya, topeng itu juga pernah ngikutin saya,” katanya pelan, suaranya berat dengan nada yang penuh beban. “Makanya saya mulai terbiasa dengan auranya... saya bisa merasakannya.”

Rafael menatap Harun dengan ngeri. “Bapak... pernah...?” suaranya melemah. Ada sesuatu dalam ekspresi Harun yang membuat Rafael semakin parno. Ketakutan yang dirasakannya selama ini seolah semakin diperkuat oleh cerita Harun.

“Ya, Nak.” Harun menatap Rafael dalam, wajahnya serius. “Waktu pertama kali saya nemuin topeng itu, hal-hal aneh mulai terjadi. Saat mengalami banyak hal, bapak bahkan gak berani nyentuh topeng itu.”

Rafael memandang Harun dengan bingung. “Kenapa, Pak?”

Harun menghela napas berat. “Setiap kali saya nyentuh topeng itu, saya kehilangan kendali atas diri saya sendiri. Rasanya seperti... ada yang lain, yang mengendalikan saya. Seolah-olah topeng itu punya kekuatan yang bisa merasuki siapa pun yang memegangnya. Saya tahu pikiran saya masih di sana, tapi tubuh saya, perasaan saya, semuanya seakan-akan bukan milik saya lagi.”

Harun berhenti sejenak, mengingat momen-momen ketika dia kehilangan kendali penuh atas dirinya. “Bayangin aja, Rafael. Saya sadar, tapi gak bisa ngontrol apa yang saya lakukan. Seperti ada yang mendorong saya buat berbuat hal-hal yang gak pernah terpikirkan.”

Rafael menggigil mendengar cerita itu, membayangkan apa yang terjadi pada Harun saat tersentuh topeng tersebut.

“Saya merasa dikendalikan,” lanjut Harun, matanya menerawang penuh rasa takut. “Saya gak tahu bagaimana caranya menghentikan itu. Kadang saya dengar suara-suara aneh, kadang muncul bayangan yang gak bisa dijelaskan. Ada saat-saat di mana saya pikir saya hampir gila.”

Rafael tersentak, matanya melebar mendengar kata 'gila'. Dia mulai merasa ketakutannya menjadi semakin nyata. “Saya gak mau jadi gil—” Rafael buru-buru menghentikan kata-katanya, takut salah bicara di depan Harun.

Harun yang menyadari kecanggungan Rafael, menatapnya tajam namun lembut. “Saya tidak gila,” katanya tegas, dengan nada rendah. “Apa yang saya alami nyata. Apa yang kamu alami juga nyata.”

Rafael menelan ludah, merasa bersalah. “Maaf, Pak,” katanya pelan.

Harun hanya mengangguk, menerima permintaan maaf Rafael dengan tenang. “Topeng itu kuat, Rafael. Waktu saya nemuin, saya gak bisa melepaskan diri. Tapi akhirnya... saya berhasil menyingkirkannya, dengan bantuan seseorang.”

Rafael segera menatap Harun, penuh harap. “Siapa? Gimana caranya Bapak bisa lepas dari topeng itu?”

Harun mendesah lagi, tampak berat untuk melanjutkan. “Saya menguburnya di pekarangan, dibantu oleh seorang kenalan lama saya. Seorang paranormal. Dia yang kasih tau saya cara untuk membuat topeng itu gak ngikutin lagi.”

Rafael sedikit tenang, tapi kemudian merasa lemas saat mendengar kelanjutan ceritanya. “Tapi... paranormal itu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”

Rafael tertegun, tubuhnya terasa lemas. “Terus... saya gimana, Pak? Saya gak mau diikutin terus...” Suaranya terdengar lebih putus asa sekarang. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal bisa membantunya?

Harun menatap Rafael dengan simpati, meskipun wajahnya tetap serius. “Sebisa mungkin, jangan pernah sendirian, Rafael. Topeng itu biasanya mengganggu pikiran saat kamu sendirian. Dia bikin kamu merasa terisolasi... dan itu yang bikin pengaruhnya semakin kuat.”

Rafael terdiam, mengingat kembali semua kejadian aneh yang dia alami. Memang, semua hal buruk itu terjadi saat dia sendirian. Saat dia bersama orang lain, meski perasaan cemas tetap ada, namun hal-hal mengerikan seperti mimpi buruk atau bayangan yang menakutkan tidak pernah terjadi.

Harun melanjutkan, “Kalau kamu terus ditemani orang lain, topeng itu akan sulit menemukan jalan untuk menguasai pikiran kamu. Itu salah satu cara paling aman untuk sementara ini.”

Rafael hanya bisa mengangguk, perasaan ketakutan dan bingung masih menyelimutinya, tapi dia mulai memahami bahwa dia harus lebih waspada. Bagaimanapun, topeng itu tidak akan berhenti mengincarnya.

1
KrakenTidur
wkwkwk benjut T_T
KrakenTidur
ikut dag-dig-dug aku ;-;
KrakenTidur
tadi g isi bensin dulu, sihh
KrakenTidur
sedih 😔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!