Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Aku membaca ulang bab II, tiba-tiba saja aku merasa heran dengan diriku sendiri. Aku benar-benar kaget. Entah bagaimana, bab yang seharusnya berisi analisis mendalam, teori-teori penting, dan kajian literatur, hanya berakhir jadi tiga lembar saja.
Tiga lembar! Bahkan, aku hampir nggak percaya saat melihat jumlah halamannya. Dan yang lebih parah lagi, ketika aku coba memahami lagi apa yang sudah aku tulis, ada beberapa kalimat yang bahkan aku sendiri nggak paham maksudnya. Ini seperti tulisan orang lain, bukan aku.
Rasa khawatir makin besar ketika aku cek bagian kajian teori. Aku baru sadar kalau sumber referensiku hanya satu, dan itu pun diambil dari internet, https://www.
***
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. harga dalam Konteks Perjalanan Haji dan Umroh
Pentingnya harga dalam faktor krusial dalam pengambilan keputusan terkait ibadah ini tidak dapat diabaikan. Dalam konteks perjalanan haji dan umroh, harga menjadi salah satu pertimbangan utama bagi calon jamaah. Mereka perlu dengan seksama mempertimbangkan biaya perjalanan ini sehubungan dengan anggaran yang mereka miliki. Seiring dengan terus meningkatnya biaya perjalanan haji dan umroh dari waktu ke waktu, harga menjadi salah satu elemen yang signifikan yang mempengaruhi minat dan aksesibilitas masyarakat untuk melaksanakan ibadah ini.
Tidak hanya berhenti pada aspek finansial, perjalanan haji dan umroh membawa nilai-nilai spritual yang sangat penting dalam pandangan umat islam. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa harga dalam konteks ini juga harus dilihat dalam krangka nilai-nilai keagamaan dan makna spritual. Harga yang sesuai dengan anggarana, keterbukaan mengenai biaya, dan pemahaman tentang apa yang disertakan dalam biaya perjalanan semuanya berperan dalam memengaruhi minat konsumen untuk memilih menggunakan jasa perjalanan biro haji dan umroh.
2. kepercayaan Konsumen terhadap Biro Perjalanan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan di mana seseorang meyakini bahwa akan mendapatkan apa yang diharapkn dari pihak lain. Dalam konteks ini, keperayaan melibatkan kesiapan seseorang untuk bertindak sesuai dengan keyakinan bahwa mitra atau pihak lain akan memenuhi harapannya, dan umumnya individu memiliki harapan bahwa perkataan, janji atau pernyataan orang lain adalah dapat dipercaya.7
Kepercayaan merupakan sumber kunci dalam proses pemilihan biro perjalanan haji dan umroh. Konsumen harus memiliki keyakinan bahwa biro tersebut mampu memberikan pengalaman perjalanan yang aman, bermutu, serta sesuai dengan harapan mereka selama menjalani perjalanan ibadah.
3. Faktor Motivasi dalam perjalanan Haji dan Umroh
Perjalanan haji dan umroh seringkali dianggap sebagai perjalanan rohani yang memiliki signifikasi tinggi bagi umat islam. Kajian teori mengenai faktor motivasi dalam perjalanan haji dan umroh akan membahas alasan dan dorongan yang mendorong seseorang untuk melaksanakan ibadah ini. Pemahaman mengenai faktor-faktor ini akan membantu anda untuk memahami bagaimana pengaruh harga dan kepercayaan terhadap minat konsumen dalam melaksanakan perjalan haji dan umroh.
***
Setelah melalui proses revisi yang panjang dan melelahkan, akhirnya aku berhasil memperbaiki bagian kajian teori yang selama ini menjadi tantangan besar.
Of course, there’s a sense of relief, but strangely, there’s also another feeling lingering in my mind.
Rasa lega tentu saja ada, tapi anehnya, ada perasaan lain yang terus menggelayuti pikiranku.
Kenapa rasanya sesulit ini untuk menyelesaikan satu tugas?
Every time I start working, instead of feeling motivated, I’m haunted by a sense of laziness. It’s as if all my energy to work has been drained away, and the temptation to just lie down is far stronger than the desire to finish the task at hand.
Setiap kali aku mulai mengerjakan, bukannya semangat yang muncul, malah rasa malas yang selalu menghantui. Energi untuk bekerja seolah tersedot habis entah kemana, dan godaan untuk rebahan jadi jauh lebih kuat daripada keinginan untuk menyelesaikan tugas yang ada di depan mata.
Sometimes it feels like my brain has hit a wall, as if there are no more ideas left to come out.
Kadang aku merasa otakku sudah mentok, seperti nggak ada lagi ide yang bisa keluar. Dan ketika itu terjadi, bukannya memaksakan diri untuk terus bekerja, aku malah memilih untuk istirahat.
Lying down, scrolling through social media, or even just staring at the ceiling—none of these are productive activities.
Rebahan, scroll media sosial, atau bahkan hanya memandangi langit-langit kamar—semua hal yang jelas nggak produktif.
Padahal, aku tahu betul kalau ada banyak yang harus dikerjakan. Tapi, setiap kali aku mencoba untuk fokus, rasa mager itu datang lagi, menghalangi niatku. Aku hanya bisa berharap kalau ini semua hanya fase sesaat yang bisa aku atasi dengan cepat.
Yang membuat situasi ini semakin menekan adalah fakta bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai. Aku baru melewati dua tahap penting: pertama, mendapatkan tanda tangan dari koordinator prodi, dan yang kedua, dari dosen RTA.
Itu saja sudah butuh effort yang nggak sedikit.
Masih ada beberapa tanda tangan lagi yang harus aku kejar sebelum bisa benar-benar mengajukan judul ini secara resmi. Aku masih harus menemui sekjur untuk tanda tangan berikutnya, lalu lanjut ke kajur, dan akhirnya ke bagian administrasi untuk pengajuan judul.
The process is long and exhausting. Prosesnya panjang dan terasa melelahkan. Setiap kali aku berpikir tentang langkah-langkah yang harus ditempuh, kadang muncul pertanyaan dalam diri, "Why does it have to be this complicated? Kenapa harus serumit ini?”
***
A. kajian Teori
1. Pengaruh Harga Terhadap Minat Konsumen
a. Teori Ekonomi
b. Teori Nilai Konsumen (Nilai Pelayanan, Nilai Personil, Nilai Citra, Harga Moneter, Biaya Waktu, Biaya Fisik dan Biaya Psikis)
c. Strategi Harga (Diskon, Promosi, Harga Komperatif, Perbandingan Harga, Pengujian Harga, dan Elasitas Harga)
d. Presepsi Harga
e. Persaingan Pasar
2. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Minat Konsumen
3. Minat Konsumen (faktor Budaya\, Faktor Sosial\, Faktor Pribadi dan Faktor Psikologi.)
B. Kerangka Konseptual
C. Hipotesis Penelitian
***
Setelah melakukan beberapa revisi pada bagian kajian teori, aku melanjutkan ke pengembangan kerangka berpikir penelitian.
Awalnya, aku membuat variabel utama dalam penelitianku sebagai berikut: harga (X), kepercayaan (Y), dan minat konsumen (Z).
Dalam kerangka berpikir ini, aku menggambarkan bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan.
Terus aku juga buat tuh hubungan antar variabel. Hara berpotensi memengaruhi minat konsumen. Tingkat kepercayaan pelanggan dapat memenuhi minat konsumen. Ada potensi interaksi antara harga dan kepercayaan dalam memenuhi minat konsumen.
Terus dibagain konteks penelitian aku buat desa ~~ sebagai lingkungan penelitian sedangkan subjeknya PT. A.
***
Setelah semua kerangka berpikir dan revisi teori selesai, aku merasa bahwa semuanya berjalan relatif lancar. Namun, ada satu hal yang terus menghantui pikiranku—metode yang aku gunakan dalam pengerjaan proposal ini.
Aku sadar, sebagian besar waktu, aku hanya mengikuti jejak penelitian sebelumnya. Aku sering kali melihat contoh penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain, mempelajari susunan dan tata letak mereka, lalu mengadaptasinya untuk disesuaikan dengan topik penelitianku.
Proses ini sering kali membuatku merasa seperti aku hanya meniru, bukan benar-benar menciptakan sesuatu yang baru.
Namun, aku tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa ini adalah metode yang sangat membantu. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya, aku bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana sebuah proposal penelitian harus disusun.
Ini termasuk bagaimana cara menyusun variabel, mengembangkan kerangka berpikir, hingga merumuskan hipotesis yang tepat.
Aku sering mengubah kata-kata dan frasa dari contoh yang ada agar sesuai dengan topik penelitianku. Kadang aku merasa seperti sedang bermain teka-teki, menyesuaikan setiap potongan untuk membuatnya pas dengan tema dan fokus penelitianku.