Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ngerjain Bu Danki.
Para anggota sudah menunggu Danki yang baru. Sudah sekitar tiga puluh menit Danki dan Ibu yang baru belum juga hadir di kantor Kompi. Tak berapa lama berselang mobil dinas Danki pun tiba di kantor Kompi.
Tidak ada penyambutan khusus seperti biasanya dan pertemuan langsung beralih pada ruang gedung serbaguna.
Terlihat Bang Hara menggandeng tangan sang istri. Tidak ada langkah formal disana. Sebenarnya tidak ada niat garang namun pembawaan wajah tegas Bang Hara sudah memberikan aura jantan sosok Danki baru tersebut.
Di sampingnya hanya ada senyum Ibu Rintis Trihara menerima sambutan para rekan dan istri anggota disana.
Bang Hara langsung mengambil tempat yang telah di sediakan untuk memberikan sambutan untuk pertama kalinya.
"Mohon maaf Danton, rekan dan ibu-ibu sekalian atas keterlambatan saya. Harap permakluman nya. Saya tidak bisa melawan atasan untuk mencari sebelah antingnya yang tadi sempat hilang." Kata Bang Hara.
Suara tawa pun terdengar renyah di ruangan apalagi saat Ibu Danki melirik dengan kesal. Aura imut namun tidak mengurangi kecantikannya membuat seisi ruangan ikut gemas.
"Langsung saja rekan sekalian. Saya Lettu Pas Intai Trihara R. Al Ghazzi saat ini menjabat pada satuan Kompi tempur daerah Timur dan di samping saya ini ada bidadari paling rewel sedunia.. Nuha Cahyaning Rintis, mungkin rekan dan ibu semua bisa memanggil nama kecilnya Rintis saja, yang gampang di ingat. Kami baru menikah dua Minggu, saya telat menikah.. mohon do'a agar segera menyusul telat yang lain........"
Perkenalan singkat itu membawa suasana nyaman dan lebih terasa kedekatan kekeluargaan.
:
"Ijin ibu, nanti bisa langsung sekalian menuju ruang kerja ibu yang baru??" Kata seorang ibu pengurus ranting di kantor Kompi.
Rintis lumayan kaget mendengarnya. Di usianya yang masih sangat muda, dirinya harus di panggil 'Ibu' padahal dirinya pun belum menjadi seorang ibu.
"Bisakah panggil saya Rintis saja?" Kata Rintis merasa tidak nyaman.
Wanita paruh baya yang sudah terlihat keseniorannya itu menyunggingkan senyum. "Ijin Ibu.. Tidak bisa..!! Karena pada dasarnya kami ingin menghormati ibu sebagai pendamping bapak." Ucap ibu senior tersebut untuk mengimbangi jalan pikir Rintis yang mungkin masih tidak nyaman mendengar sapaan tersebut.
Bang Hara juga mendengarnya tapi pria itu hanya diam membiarkan segala sesuatu dengan alami dan apa adanya. Yang jelas ia ingin Rintis belajar secara perlahan.
"Bagaimana.. O.. ehhm........" Rintis berdehem seolah berat mengucap sesuatu. "Bagaimana.. Pak Danki?" Tanya Rintis membuat Bang Hara menoleh seketika sampai akhirnya Bang Hara meneguk air mineral dari botolnya.
"Lihat ruang kerja yang baru?" Bang Hara balik bertanya. Entah kenapa hatinya kesal mendapatkan sapaan yang terlalu formal.
Rintis mengangguk. Bang Hara sedikit salah tingkah menatap wajah imut yang juga serasa menatapnya.
"Saya dampingi..!!" Kata Bang Hara padahal dirinya pun masih punya kesibukan tersendiri.
...
Satu tumpukan pekerjaan sudah ada di meja kerja Rintis. Matanya masih kosong menatap buku tersebut.
"Bertahap saja Bu, di mulai dari yang terpenting untuk di kerjakan." Pinta Bang Hara yang paham akan situasi sulit ini.
Bang Hara juga tidak ingin menekan Rintis dengan banyaknya tumpukan pekerjaan dan kegiatan yang belum sepenuhnya di pahami oleh istrinya itu.
"Baik, Pak. Nanti akan kami sesuaikan..!!" Kata ibu senior tersebut.
...
Sesampainya di rumah, Rintis mulai tidak betah. Sekarang dirinya mulai merasa bagai burung di dalam sangkar, mengikuti aturan ini dan itu.
"Aku harus kabur,.aku nggak mau jadi istrinya Om Har..!!" Gumam Rintis sembari mondar mandir sendiri memikirkan cara untuk melarikan diri
Secepatnya Rintis mengambil ponselnya lalu menghubungi Bang Hara.
"Ada apa Neng, sebentar lagi saya pulang..!!" Kata Bang Hara.
"Titis mau kabur disini, jangan coba cari Titis ataupun membujuk Titis untuk kembali pulang." Ucap Rintis setengah mengancam kemudian mematikan panggilan telepon secara sepihak.
//
Bang Hara memasukan ponsel tersebut kemudian berpamitan pada anggotanya. Langkahnya begitu santai dan tidak terburu-buru, hanya saja dirinya memang harus cepat pulang.
"Ada apa Bang? Apa ruangannya kurang bersih? Atau kurang nyaman?" Tanya Bang Katana sebab ia tau seniornya itu paling suka dengan kebersihan.
"Bukan. Saya ada perlu."
"Saya antar saja, Bang. Takut Abang nyasar." Kata Bang Katana.
"Kau pikir saya ini adikmu, si Rintis. Sekarang dia niat mau kabur dari sini."
"Laah, memangnya dia tau jalan????" Tanya Bang Katana bingung.
"Oo.. jelas..!! Jelas tidak." Bang Hara segera menuju ke parkiran dan segera pulang ke rumah.
:
"Kenapa Om Har pulang?? Titis mau kabur..!!!!" Protes Rintis yang sudah berjalan kaki hingga pertigaan asrama kompi.
"Disini saja laah, sama Om Har. Om tambahi uang jajan..!!" Bujuk Bang Hara.
"Nggak mau, pokoknya nggak mau. Om Har nggak tau betapa sulitnya tugas yang harus Titis kerjakan. Titis nggak pernah kerjakan yang seperti itu."
Bang Hara memeluk kemudian mengambil tas punggung bulu bermotif panda. Rintis pun menangis tersedu-sedu.
"Titis nggak bisa kerjakan, Titis nggak ngerti, Titis bo*oh. Titis nggak mau jadi istri Om Har..!!" Ucap Rintis sampai sesenggukan.
"Siapa mulut lancang yang berani bilang Rintis bo*oh? Biar Om Har tampar mulutnya." Kata Bang Hara.
Sontak Rintis mendorong Bang Hara dan berontak dari suaminya itu. "Kan Titis yang bilang. Om mau tampar Titis??"
"Iyaa.. iyaaa.. nggak, Neng. Saya salah bicara..!! Maaf ya..!!" Bang Hara kembali memeluk Rintis. "Makanya, kamu jangan keluar dari tempat ini, Neng. Disini ada 'kol*r Item', kabarnya banyak ibu-ibu muda yang hamil karena suaminya."
Benar saja, Rintis yang polos balas memeluk Bang Hara. "Rintis takuuut..!!" Katanya.
"Ya makanya kamu pulang. Daripada ketemu 'kol*r Item' di luar rumah." Bujuk Bang Hara.
'Lagipula mana ada kabur pakai laporan, Neng. Rewelmu ini menggemaskan sekali.'
.
.
.
.
semoga lancar persalinan ya.. sehat ini dn baby ya.. 🤲🏼😍