Author menulis cerita ini karena terinspirasi dari sebuah lagu, tentang seseorang yang selalu menunggu cintanya, dan akhirnya bersama.
Pernahkah kalian merasakan dejavu? Perasaan aneh seakan mengalami kejadian yang sama, yang pernah kita alami di masa lalu.
Gita mengalami dejavu, mimpi buruknya yang terus berulang...
"Duarrr..."
Kali ini kulihat mobil hitam yang sama di mimpiku menabrak sisi Nino. Refleks Nino sama seperti di mimpiku, ia refleks memelukku untuk memberikan semacam perlindungan kepadaku.
Sebelum memejamkan mata, aku berdoa kepada Tuhan,
"Tuhan tolong aku berikan aku kesempatan lagi...".
Full of love,
from author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkencan lagi
"Git bagaimana kalau kita makan siang di mall?".
"Apa kamu yakin? Ya memang sih kejadiannya di taman saat keadaan gelap dan sepi, tapi..."
"Kita akan baik-baik saja Git, akan ada 2 orang terlatih yang akan mengikuti kita juga".
"Mall? Apa tidak lebih baik kita makan siang di hotel saja?".
"Kenapa kita harus bersembunyi? Ayolah Git, sekalian kita lihat-lihat desain interior kamar".
Aku menggelengkan kepala tanda menyerah, sambil bergumam kecil,
"Bahkan tujuan ke mallnya pun sama".
"Apa kemarin kita berkencan di mall juga? Ceritakan padaku sudah sejauh apa kencan kita? Kita sudah berpegangan tangan, tadi pagi waktu aku memelukmu kamu juga tidak canggung, itu berarti aku sudah pernah memelukmu sebelumnya mungkin lebih dari sekali, bagaimana dengan ciuman, apa kita pernah melakukannya?".
Astaga dia lebih memikirkan soal kencan dibanding dengan peristiwa kecelakaan yang akan terjadi, kataku dalam hati.
"Apa kamu tidak takut atau gugup No?".
"Ya, tentu saja tapi cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Selama aku yang mengalaminya, dan kamu akan baik-baik saja maka aku lebih tenang. Daripada menunggu dalam ketakutan lebih baik aku bersikap normal namun tetap waspada".
Aku menunduk, lalu Nino memelukku.
"Jadi apa kita pernah berciuman?", bisik Nino.
Aku mendorongnya menjauh, sambil tersenyum malu.
"Kurasa belum", jawab Nino sambil tertawa kecil.
"Tersenyumlah Git, kita akan baik-baik saja", kata Nino sambil memegang bahuku.
Setelah makan siang kami berkeliling melihat lihat desain interior kamar, hal yang sudah pernah aku lakukan sebelumnya, namun melihat Nino bersemangat melakukannya, kenapa tidak aku mengulangnya lagi.
Pada jalan-jalan sebelumnya aku ikut melihat-lihat barang, namun kali ini aku lebih sering memperhatikan Nino saat ia melihat-lihat benda yang menarik perhatiannya. Ia melihat lemari berukuran besar yang cukup untuk pakaian kami berdua, ia juga melihat meja rias yang mungkin akan sesuai dengan seleraku, dan beberapa kali aku melihatnya memperhatikan dari jauh desain kamar anak, namun ia tidak memperlihatkannya padaku, ia akan tetap berjalan dan hanya melihat sekilas. Sebenarnya wajar pasangan menikah ingin memiliki anak, namun kami bukan pasangan seperti pada umumnya.
"Mau nonton film Git? Aku lihat di media sosial ada film yang sedang booming".
"Kita sudah menonton film itu No", jawabku sambil tersenyum.
"Aahhh... sayang sekali aku tidak mengingatnya".
POV Nino.
Mmm... sayang sekali aku tidak bisa menonton film "How to Make Millions Before Grandma Dies", padahal dengan film bergenre drama seperti itu, siapa tau aku bisa memeluknya saat ia menangis karena jalan ceritanya. Apa aku memeluknya di bioskop saat kami menonton di masa lalu?
"No... kamu mikir apa?", tanya Gita.
"Mikir kapan aku bisa nonton bareng kamu lagi", jawabku tersenyum.
"No, beberapa jam lagi kita akan berjalan-jalan di taman, apa kamu tidak gugup?".
Gugup... siapa yang tidak gugup jika tau akan ditusuk, tapi jika aku memperlihatkan kegugupanku, maka Gita akan lebih panik lagi, kataku dalam hati.
"Tidak terlalu Git. Kita cari kegiatan lain untuk mengisi waktu saja, tapi apa ya...?".
"Ooo... gokart, apa kamu mau bermain gokart Git?".
"Baiklah No".
Menjelang sore kami mulai bersiap menjalankan rencana kami. Sebelum aku dan Gita berjalan-jalan di taman, aku menelepon kepala satpam untuk memastikan mereka sudah berada disana untuk membantu kami.
Aku dan Gita hanya duduk mengobrol di kursi taman, tidak ada satupun yang berselera makan, akhirnya aku hanya membeli minuman saja. 1 Jam, 2 jam, 3 jam berlalu, sekarang sudah jam 8.30 malam, tapi tidak ada tanda-tanda ataupun orang yang mencurigakan.
"Apa mungkin harinya harus sama persis? berarti baru akan terjadi lusa No", kata Gita pelan.
"Mungkin Git...mungkin saja. Mari kita kembali ke hotel, kita coba lagi besok".
Aku mengirim pesan kepada kepala satpam bahwa sesampainya kami di hotel maka mereka boleh pulang. Aku bangun menggenggam tangan Gita dan mengajaknya pulang kembali ke hotel. Kami berjalan bergandengan tangan dan larut dalam pikiran kami masing-masing, hingga tiba-tiba ada motor dari arah berlawanan yang melintas di trotoar yang sama dengan kami. Aku baru menyadarinya saat motor itu sudah dekat. Motor itu tidak menyalakan lampunya, ditambah lampu jalanan yang hanya remang-remang saja, membuatku kaget dan menarik Gita ke arahku. Mungkin aku menariknya agak kencang sehingga posisinya kini kami berpelukan dan tubuhnya berada di sisi yang dekat dengan motor menutupi tubuhku. Kejadiannya begitu cepat, dan tiba-tiba penumpang motor itu mengeluarkan benda tajam seperti pisau, Gita berusaha melindungiku, dan posisinya yang sudah setengah menutupiku, membuatnya mudah untuk menjadikan badannya sendiri menjadi tameng untukku. Kedua satpam pegawaiku lari mengejar motor itu, dan aku sudah tidak memperdulikan soal itu. Aku hanya panik melihat Gita yang sudah terluka di bagian pinggang dan darah sudah mengalir menutupi sebagian bajunya.
Aku berlari menggendong Gita meminta tolong kepada pihak hotel untuk membawa kami ke rumah sakit secepatnya. Selama perjalanan, aku hanya bisa meminta maaf kepada Gita dan tidak putus melantunkan doa agar Gita baik-baik saja.
"Gita aku mencintaimu", lalu aku mencium keningnya.
Sesampainya di UGD dokter segera membawa Gita ke ruang operasi. Aku berkata pelan pada pintu operasi yang tertutup,
"Gita aku akan selalu berada disini menunggumu".