Menjadi Ratu Genit

Kenapa?

Padahal mereka sudah hampir saja melakukannya?

Kenapa Raja seperti memikirkan orang lain di dalam kepalanya saat bersamanya? Bukankah harusnya Raja hanya memikirkannya? Saat mereka berada dalam posisi seperti ini?

Mary melempar cangkir teh yang ada di tangannya ke lantai. Melampiaskan kekesalan.

"Nona, apa yang terjadi?" tanya pelayannya yang masuk.

"Bersihkan semuanya!"

"Baik Nona"

"Siapkan air hangat untukku!!"

"Baik"

Berada di dalam bak mandinya yang penuh dengan air hangat dan wewangian khusus, Mary merasa agak tenang.

Wanita asing yang menjadi Ratu itu. Beraninya menari seperti itu di aula kerajaan malam ini? Menarik perhatian semua orang. Padahal harusnya cuma dia yang menjadi pusat di acara malam ini. Dia sudah memastikan hal itu, dengan terus berada di sisi Raja.

Untungnya Raja memenuhi janji. Dengan mengabaikan wanita asing itu sepanjang acara. Tapi, hal itu membuatnya sangat lelah. Menyapa orang yang bahkan tidak pernah dia tahu, mendengar pembicaraan yang sama sekali tidak dia mengerti merupakan hal yang melelahkan. Membuat dia terpaksa mengambil rehat sejenak.

Dan wanita asing itu memanfaatkan waktu dengan sangat baik.

"Sialan!!" umpatnya dengan memercikkan air ke dinding.

Besok, dia akan memastikan untuk bercinta dengan Raja.

Pagi datang dan Mary tidak sabar menunggu kedatangan Raja untuk menjemputnya makan. Tapi sampai waktu makan pagi, Raja tidak datang.

"Kemana Yang Mulia Raja?" tanyanya.

"Pagi ini Jenderal Malone menghadap Raja dan keduanya pergi dari istana Nona"

"Kenapa kau tidak memberitahuku!!" bentaknya pada pelayan bodoh itu. Kenapa dia mendapatkan pelayan yang bodoh?

"Maafkan saya Nona. Saya baru saja mendapatkan kabarnya"

"Dan wanita asing itu? Apa dia sudah makan?"

"Sejak pagi, Ratu ada di perpustakaan"

"Perpustakaan?"

Sungguh wanita yang membosankan. Pantas saja Raja tidak tertarik pada wanita itu sama sekali. Raja adalah orang yang mementingkan bentuk tubuh. Karena itu Raja jatuh cinta padanya. Meski masih muda, Mary memiliki dada yang penuh dan pinggul besar.

"Perintahkan beberapa pelayan kesini. Aku harus membuat rambut dan tubuhku wangi. Mereka juga harus merawat kuku ku!"

"Baik Nona"

Tak lama, lima pelayan telah berada di sekitar Mary. Merawat tubuhnya seperti dia adalah orang yang sangat penting di istana ini. Dia memang sangat penting. Karena dia adalah satu-satunya wanita yang dicintai Raja. Dan dia adalah satu-satunya wanita yang akan mengandung putra Raja. Ratu yang sebenarnya.

"Nona, Raja sudah datang" kata pelayan mengganggu kesenangan Mary. Tapi dia segera mengusir semua pelayan, mengenakan gaunnya dan berlari menyambut Raja. Dia harus tampak antusias dengan kedatangan pria itu. Agar pria itu mengetahui dia menjaga diri dengan sangat baik.

"Yang mulia Raja, selamat datang!" sapanya lalu melihat pria itu dalam kondisi yang sangat menjijikkan. Semua baju Raja penuh dengan lumpur dan daun liar. Apa sebenarnya yang dilakukan pria itu?

"Mary, maaf aku tidak bisa makan pagi dan siang denganmu. Ada hal yang harus diurus. Rakyat mengalami banjir saat hujan terakhir kali. Aku dan Malone pergi kesana pagi ini dan menemukan banyak pohon menyumbat sungai. Dengan membersihkannya, rakyat tidak akan mengalami banjir saat hujan datang kembali"

Persetan dengan banjir. Persetan dengan hujan. Persetan dengan rakyat. Mary hanya peduli dengan keadaan kotor Raja.

"Anda sebaiknya mandi Raja"

"Benar. Apa kau mau membantuku membersihkan diri?" tanya Raja dengan nada menggoda.

Apa? Apa dia harus melepas baju penuh dengan lumpur itu? Setelah menghabiskan banyak waktu untuk merawat diri? Sungguh menyebalkan.

Tapi dia terpaksa melakukannya. Hanya agar Raja terus berada di pihaknya. Dan lagi, menyentuh tubuh telanjang Raja, mungkin saja bisa membuat mereka bercinta. Tapi semua lumpur itu??? Yuck, Mary merasa sangat jijik dan menampakkannya di wajah.

"Saya pernah mendengar kalau Nemorosa dipenuhi dengan hutan yang lebat. Pohon-pohon tinggi dengan serabut akar menggantung. Juga banyak tanaman eksotis yang sama sekali tidak ditemukan di tempat lain. Apa itu benar Ratu?" tanya Rupert begitu ingin tahu.

Pagi ini Keira sengaja datang ke perpustakaan untuk menemui Rupert. Dia senang sekali bicara dengan pria itu tentang keempat wilayah di kerajaan ini. Dan Rupert nampak begitu antusias mendengar penjelasannya. Membuat Keira sangat senang.

"Nemorosa. Seperti yang ada di buku, hampir delapan puluh persen wilayahnya dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Beberapa rakyat bahkan sengaja tinggal di atas pohon. Dengan semua rumah terbuat dari kayu. Rumah pohon banyak ditemui di dekat sungai. Jadi ketika kau melihatnya dari jauh. Akan tampak seperti rumah peri yang ada di hutan misterius" Jabar Keira bangga sebagai orang Nemorosa.

"Saya tidak sabar ingin melihatnya. Pantas saja Anda tampak seperti peri hutan yang mempesona"

Peri hutan yang mempesona? Pipi Keira memanas karena pujian yang tulus itu. Apalagi keluar dari bibir pria tampan seperti Rupert.

"Kau bisa saja. Rakyat Rimegate lebih mempesona. Dengan gaun yang dibuat dari bulu binatang. Membuat mereka tampak seperti penjaga gunung es yang tangguh"

"Akan sangat menyenangkan bisa melihat semua itu" jawab Rupert lalu menunduk. Sepertinya Rupert sangat ingin melihat dunia diluar istana. Dan apa yang dilakukan oleh Keira sekarang pasti menyiksa pria itu.

"Maaf, harusnya aku tidak menceritakan semua ini"

"Ratu tidak boleh meminta maaf. Saya merasa senang karena bisa membayangkan semua wilayah dengan lebih baik daripada hanya membaca buku. Terima kasih Ratu"

Keira senang sekali, hubungannya dengan Rupert berjalan baik sekali. Mereka telah menjadi teman dan sebentar lagi ... .

"Yang Mulia Raja tiba!!"

Pengumuman itu bergema di seluruh istana. Tapi Keira tidak peduli. Entah pria itu pergi atau datang, bukan urusannya. Karena ada yang lebih penting harus dilakukannya.

"Anda tidak pergi Ratu?" tanya Rupert.

Ah, sial. Kalau Rupert yang mengingatkan, Keira terpaksa harus pergi. Dia harus tampak seperti Ratu yang bersahaja di depan pria itu.

"Baiklah. Aku akan pergi dulu"

Keira berjalan lambat sekali. Bahkan tidak segan berhenti beberapa kali. Semua dilakukannya karena malas menemui pria yang membentaknya semalam.

"Ratu, kalau tidak cepat. Wanita licik itu akan lebih dulu menjemput Raja" kata Jane berusaha mendorong Keira.

"Biar saja. Toh, Raja pasti lebih senang disambut wanita itu"

"Ratu ... "

Keira melihat ke arah pintu istana dan benar saja. Wanita licik itu telah berada disana. Menyambut Raja dengan reaksi yang berlebihan. Tapi tidak bisa menyembunyikan wajah jijik. Pasti karena pria jahat itu tiba dalam keadaan penuh lumpur dan kotoran. Keira ingin sekali tertawa lalu berubah saat melihat Jenderal Malone yang datang dalam keadaan lebih kotor. Juga tangan yang dibalut perban.

"Jenderal Malone!!" panggilnya menghampiri pria kekar yang kini memakai baju biasa. Membuat semua otot besar itu tampak menggoda.

"Yang Mulia Ratu"

"Apa yang terjadi dengan tanganmu? Apa kau terluka?" tanya Keira lalu mengangkat tangan Jenderal Malone.

Tapi Jenderal menarik tangannya dengan cepat.

"Saya baik-baik saja. Yang Mulia Raja"

"Tidak, ini pasti sakit. Ayo, aku akan mengobati mu!"

Keira menarik Jenderal Malone pergi, tidak mempedulikan kehadiran Raja dan wanita licik itu.