Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11
Sementara itu, Putra Mahkota sedikit heran dengan permintaan adiknya itu.
Di dalam hatinya juga merasa wanita di depannya ini sedikit berbeda dari wanita kebanyakan.
Membuat dia penasaran. Walaupun dia berniat ingin membuat gadis itu untuk masuk ke dalam istana timurnya, walau menjadi pelayan.
Tapi telah di dahului oleh adiknya, Pangeran ke tiga.
Kemudian Kaisar melambaikan tangan kepada kasim di sebelahnya. Bermaksud membacakan Dekrit.
Dia harus membuat Dekrit agar wanita keras kepala ini tidak bisa menolak lagi. Jika seseorang menolak Dekrit Kaisar, maka hukuman penggal akan di laksanakan.
Kasim membuka gulungan yang baru saja dia tulis. Membuat Yenrou harus bersimpuh kembali, karena melihat gulungan itu adalah sebuah Dekrit Kekaisaran.
"Gu Yenrou, Dekrit Kaisar di turunkan kepadamu. Kau akan di angkat menjadi pengawal pribadi pangeran ketiga sampai batas waktu yang di tentukan. Terimalah Dekrit Kaisar."
Dengan berat hati Yenrou menyodorkan kedua tangannya ke depan untuk menerima Dekrit tersebut.
"Saya menerima Dekrit Kaisar." Ucapnya dengan suara pelan menahan amarah. Dia masih bisa sopan saat menerima Dekrit tersebut dengan cara menundukkan kepala nya.
Kasim berjalan ke depan setelah menggulung kertas tersebut dan memberikannya ke tangan Gu Yenrou.
Putra mahkota mengepalkan tangannya, sementara itu pangeran ke tiga sedikit mengangkat ujung bibirnya.
Jika terlihat sekilas, itu tidak akan tampak, karena hanya sepintas.
Gu Yenrou meremas gulungan itu dengan sebelah tangannya, ketika dia sudah menarik tangannya kembali. Dia berdiri dan undur diri.
Gu Yenrou tidak langsung pergi ke kediaman Gu Jendral. Karena dia harus terlebih dahulu mendapatkan instruksi dari pangeran ke tiga.
Dia hanya bisa menunggu di luar aula, sampai rapat di dalam telah selesai.
Ketika rapat telah selesai, pelayan Pangeran ke tiga mendorong kursi nya keluar aula.
Pangeran ke tiga melihat Yenrou berdiri dengan tegak di sisi jalan di luar aula, tanpa menoleh kearah dia datang.
"Ekhem..." Dia berdehem agar Yenrou menoleh ke arahnya. Tapi nyatanya, harapan hanya sia-sia.
Dia memperhatikan wanita di depannya ini, yang masih tegak berdiri tanpa menoleh ke arahnya walaupun dia sudah berada di depannya.
"Besok kau bisa masuk ke istana selatan. Saat ini, kau bisa kembali beristirahat, karena aku tahu bahwa kau mungkin lelah setelah kembali dari perjalanan jauh." Pangeran ke tiga ingin memperlihatkan bahwa dia orang yang hangat dan perduli.
Um,
Gu Yenrou hanya menjawab seperti itu dan berlalu tanpa menoleh lagi.
Mulut pangeran ke tiga tidak bisa tertutup beberapa saat.
"Apa-apaan ini?" Hanya itu yang bisa dia ucapkan setelah beberapa detik tersadar.
Dia tidak menyangka wanita itu... ternyata sedingin itu.
"Mungkin dia masih dalam keadaan kesal Yang Mulia." Ucap pelayan pria yang mendorong kursi pangeran ke tiga.
Pangeran ke tiga tidak memiliki pelayan wanita. Dia tidak membiarkan seorang wanita memasuki istananya. Bukan karena dia anti, tapi dia takut bahwa mereka adalah utusan dari ayah atau ibu tirinya, yaitu permaisuri.
Dia juga tidak sembarangan mengambil pelayan pria. Biasanya mereka adalah mantan prajurit dahulu. Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecacatan, sehingga tidak bisa menjadi prajurit aktif.
Dan satu hal, dia juga memiliki tukang masak sendiri. Dia tidak mengambil hidangan yang di masak dari istana utama. Tapi dia mencari sendiri para pekerja nya.
"Bisa jadi, atau dia sedang....."
"Maksudnya Yang Mulia?" Pelayan sedikit bingung.
"Em, sudahlah... tidak usah di bahas."
"Baiklah. Kemana tujuan kita sekarang Yang Mulia?"
nuwun thor upnya