NovelToon NovelToon
Si Kembar Milik Raja Perang

Si Kembar Milik Raja Perang

Status: tamat
Genre:Tamat / Time Travel / Anak Kembar / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural
Popularitas:671k
Nilai: 4.8
Nama Author: Risa Jey

Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.

Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.

Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serahkan Sendiri

Meng Lusi keluar rumah dan berlari mengitari halaman beberapa kali. Cuacanya masih dingin tapi ia akan berkeringat setelah berlari beberapa putaran. Sunni menjaga si kembar di ruangan lain yang masih tertidur saat ini.

Mengingat apa yang terjadi semalam, ia masih tidak bisa melupakannya. Bahkan sulit untuk acuh tak acuh. Hidup sebagai tentara wanita yang berlatih tanpa perbedaan pria atau wanita di ketentaraan, membuatnya kurang memahami tentang cinta.

Ketika dia diperkosa tahun itu, ia tak terlalu berpikir lebih. Bahkan jika ada anak sekalipun, ia tak berniat untuk membuang mereka. Sekarang pria yang memperkosanya tahun itu mengaku sendiri. Ia masih tidak bisa menduganya.

“Bisa-bisanya menjadi dia,” gumamnya.

Meng Lusi duduk di bawah pohon persik yang gundul, bersandar sejenak untuk melepas penat meski tanah bersalju sangat dingin. Matahari mulai terbit saat ini. Siapa yang tahu, sosok Shin Kaichen melompati pagar dan masuk ke halamannya.

“Lulu,” sapanya.

Meng Lusi melihatnya berjalan mendekat, mengerutkan kening. Seberapa bagusnya Shin Kaichen, tampaknya terlihat seperti penjahat yang suka merampok wanita.

“Kenapa kamu di sini?”

“Kita baru berpisah belum lama tapi kamu sudah melupakannya? Jahat sekali.” Shin Kaichen menunjukkan ekspresi sedikit terluka.

Jika Meng Lusi meminum air saat ini, ia pasti sudah lama menyemburkannya. “Bicaralah yang benar. Apa yang kamu lakukan di sini?”

Shin Kaichen tidak duduk, ia hanya berdiri tak jauh di depan Meng Lusi. Memakai jubah kerah bulu yang hangat dan sarung tangan, penampilannya terlihat elegan layaknya tuan muda.

“Aku hanya ingin melihatmu serta memastikan yang semalam.”

“Memastikan apa?”

“Memastikan jika semuanya bukan mimpi.”

Rona merah segera muncul di kedua pipi Meng Lusi. Entah karena kedinginan atau bukan, ia sedikit canggung saat memikirkannya. Haruskah memastikannya? Bukankah itu terjadi secara alami? Lebih tepatnya dia hampir diperkosa lagi,

Untungnya Shin Kaichen tidak mau membahas tentang apa yang terjadi semalam. Ia duduk di samping Meng Lusi. Mencoba untuk lebih akrab dengannya. Lalu mengeluarkan sebuah kotak kayu cendana yang tidak terlalu kecil dari saku lengan hanfunya.

“Ini yang sempat aku janjikan padamu. Kamu masih ingat tentang penemuan harta nasional yang hilang itu bukan? Orang-orangku sudah memeriksa dan mengumpulkannya. Aku mengambil beberapa perhiasan yang cocok untuk kedua anak itu.”

Meng Lusi melihat benda itu diberikan padanya, mau tidak mau terkejut, Sejujurnya ia sudah lupa tentang hal tersebut. Namun melihat dua pasang anting yang indah, ia membayangkan Meng Shilan dan Meng Shuya memakainya.

Tapi dengan cepat, Chen Sisi menutup kotak itu dan memberikannya kembali pada Shin Kaichen. Pria itu kebingungan dengan barang yang dikembalikan. Mengira jika Meng Lusi tidak mau menerimanya. Namun melihat rona merah di wajahnya yang tidak hilang, ia tak mengatakan apa-apa.

Tanpa melihat pria itu, Meng Lusi berkata. “Berikan benda itu sendiri pada mereka. Kenapa harus aku yang memberikannya? Ini bukan milikku,” ucapnya sedikit kaku.

“A-apa?” Shin Kaichen hampir tak mempercayai pendengarannya sehingga bertanya lagi.

Meng Lusi tidak mau menatapnya. Ia terlalu malu untuk melihat ekspresi pria itu dan segera bangkit untuk segera pergi.

“Aku berkata, berikan itu pada Xiaolan dan Xiaoya. Jika mereka benar-benar anakmu ….”

Ketika Meng Lusi berjalan menuju rumah, Shin Kaichen masih tertegun di tempat. Ia memegang kotak cendana merah, agak linglung kemudian menyadari apa artinya. Meng Lusi mengizinkannya untuk mengenali kedua anaknya? Meski tidak bisa langsung mengakui dirinya sebagai ayah pada kedua anak itu, ia masih bisa dekat dengannya.

“Ah … ternyata seperti itu,” gumamnya langsung terkekeh.

Kalau begitu, ia tak bisa begitu saja memberikan perhiasan pada si kembar. Harus dengan cara yang benar.

Meng Lusi tidak tahu apa yang dipikirkannya saat ini. Ia sudah pergi berendam air hangat di kamar mandi. Ia memikirkan apa yang baru saja dikatakannya pada Shin Kaichen. Kenapa ia mengatakan semua itu?

Memikirkan kedua putrinya yang akan tumbuh dewasa di masa depan, keberadaan ayah kandungnya akan lebih berarti. Belum lagi, ia tidak mau keduanya akan ditanyai siapa ayah kandung mereka saat waktunya tiba.

Identitas Shin Kaichen sangat bagus. Bukan karena Meng Lusi memanfaatkan identitas pria itu tapi … ia merasa Shin Kaichen bisa bertanggung jawab.

Setelah selesai membersihkan diri, Meng Lusi pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Terdengar tawa kedua anaknya dan juga … suara Shin Kaichen. Sunni sudah menunggu Meng Lusi di dapur dalam wujud manusianya.

“Dia ada di sini?” tanya Meng Lusi.

Sunni memegang pisau dan memotong daging ayam dengan rapi. “Benar. Tampaknya memberi kedua anak itu hadiah.” Ia teringat dengan kejadian semalam. “Sungguh, jika tahu bahwa tidur dengannya lebih bermanfaat, aku tidak akan menyarankanmu untuk mengolah aura ungu dari tubuhnya.”

Tanpa diduga, Meng Lusi menatapnya dengan ekspresi datar lalu tersenyum diam-diam. Sunni merasa firasat buruk akan datang. Perkataannya tidak salah. Ia sangat terkejut saat tahu Meng Lusi dan Shin Kaichen tidur bersama semalam. Bahkan aura ungu terkumpul banyak.

“Sunni, sudah lama aku tidak makan sup ular. Kudengar sup ular sangat bergizi untuk menyembuhkan penyakit,” ucap Meng Lusi memikirkan menu sarapan pagi ini.

Sunni sedikit merinding dan enggan untuk memotong daging ayam lagi. Kenapa wanita itu selalu suka mengancamnya dengan memakan daging ular?

1
Jakaria Hidayat
Luar biasa
Binti
menarik 💪💪💪
Riva84
mampir thoorr
M27
apa ga ada karya yg baru, thor? semua karya² mu sudah clear dibaca huhuhuhhu
wakwau@manisq
cakep... banget...
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
auto ngakak bayangin exprezi Dazuang🤣🤣
siti fatimah
Luar biasa
RusNa ANtox DEwi
baguss
R. Kamal
cumi ... cuma mimpi yaaaa...
R. Kamal
Sirnaaaaaaa
dafa ramadhan
keren
Sonya Kapahang
Aaahhh Tamat.. Semoga secepatnya ad karya baru ya, Kak Risa.. ❤
Sonya Kapahang
Kasian jg sm An Ding.. Sebenernya baik tp krn saking baiknya itu jd dimanfaatin sm Rayu Yan..
L A
👏👏👏👏
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025
Hening Aryanti
Yah, udah ending aja, syedih g bisa ketemu sama Lulu lagi huhuhu 😭😭😭 Semangat kak Jey, ku tunggu karyamu selanjutnya
R. Kamal
lanjutkeun....
M27
up banyak² thor, please.. dah makin seru ini thor...
Lyvia
luar biasa 😍😍
Sonya Kapahang
Mau tempur lbh besar kyanya niy..
Sonya Kapahang
Wah.. petir ungunya malah ga nyamber Meng Lusi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!