NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Berdua

Bab 10

 

“Ah, enggak apa-apa, Bu. Hanya lagi mikir aja,” jawab Bimo sambil memaksakan senyum.

 

Ibunya menepuk pundak Bimo. “Kalau ada apa-apa, jangan dipendam sendiri, ya.”

 

Dari dalam kantin, Lita yang juga memperhatikan Bimo dari kejauhan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Dia tahu bahwa Bimo menyimpan perasaan khusus untuk Alya, namun dia juga melihat bagaimana Alya dikelilingi oleh Andre dan Arga. Lita hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja.

 

Percakapan di meja mereka terus berlanjut dengan riuh dan penuh canda tawa, namun hati Alya tetap dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Siapa sebenarnya yang akan menjadi jodohnya? Apakah salah satu dari mereka, atau mungkin seseorang yang belum pernah ditemuinya? Pertanyaan itu terus mengganggu pikirannya.

!!!#

Hari-hari berikutnya di SMA Gemilang dipenuhi dengan ketegangan. Alya dan Bimo bekerja keras untuk mengungkap kebenaran di balik penculikan tersebut. Mereka berbicara dengan saksi-saksi, mencari bukti, dan menyusun rencana untuk melawan ketidakadilan yang terjadi. Alya memutuskan untuk melawan geng cantik dengan cara yang halus dan cerdik, tanpa perlu kekerasan atau konfrontasi langsung.

 

Sementara itu, Alya mulai menyusun rencana. Dia mengamati Rina dan gengnya dengan cermat, mencatat setiap gerakan dan tindakan mereka. Alya tahu bahwa dia harus berhati-hati, karena geng syantik memiliki pengaruh yang besar dan bisa saja menyerang balik jika merasa terancam. Saksi-saksi yang diharapkan tidak bisa diandalkan pula, sebab mereka tidak mau berurusan dengan geng Rina.

 

Suatu hari, saat sedang merencanakan langkah selanjutnya di perpustakaan sekolah yang sepi, Alya menemukan sebuah catatan misterius terselip di buku yang ia pinjam. Catatan itu berbunyi, “Ini baru permulaan, Alya. Jika kamu ingin tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini, temui aku saat matahari terbenam, di tempat biasa kamu dan temanmu istirahat.”

 

Alya berpikir sejenak, ‘Apakah ini Rina? Huft... siapa pun pasti akan tahu saat aku istirahat di taman itu bersama Lita,’ desahannya, malas untuk berpikir lebih jauh.

 

Alya merasakan detak jantungnya semakin cepat saat membaca catatan tersebut. Siapa yang mengirimnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Dengan tekad yang semakin kuat, Alya tahu bahwa petualangan mereka baru saja dimulai, dan rahasia kelam SMA Gemilang perlahan akan terungkap.

 

(Alya menatap keluar jendela perpustakaan, matahari yang hampir tenggelam menyiratkan bahwa pertemuan rahasia ini akan membawa lebih banyak jawaban—dan mungkin lebih banyak bahaya.)

 

Ketika Alya menatap keluar jendela perpustakaan, matahari mulai tenggelam di cakrawala, mewarnai langit dengan semburat jingga dan merah. Perpustakaan yang biasanya ramai kini sepi, hanya terdengar suara desah angin yang menyelinap melalui celah jendela.

 

Alya mengambil napas dalam-dalam, merasakan ketegangan dan kecemasan yang merayapi dirinya. Ia tahu bahwa pertemuan ini bisa menjadi kunci untuk mengungkap siapa yang benar-benar berada di balik penculikan tersebut. Dengan hati-hati, ia menyimpan catatan itu di dalam tasnya dan bergegas keluar dari perpustakaan.

 

Andre, yang baru saja selesai latihan basket, melihat Alya berjalan cepat menuju gerbang sekolah. “Alya, kamu mau ke mana?” tanyanya dengan nada khawatir.

 

Alya berhenti sejenak, menatap Andre dengan mata yang penuh tekad. “Aku harus menemui seseorang. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja,” jawabnya, berusaha meyakinkan Andre.

 

Andre mengernyit, tapi ia tahu bahwa Alya tidak akan mengubah keputusannya. “Baiklah, tapi hati-hati ya. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku,” kata Andre sambil memberikan ponselnya kepada Alya.

 

Alya mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Ia berjalan keluar dari gerbang sekolah, menyusuri jalan yang mulai gelap. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya, namun ia tetap teguh melangkah. Alya tahu bahwa ini adalah saat yang penting dan ia tidak bisa mundur sekarang.

 

Sesampainya di tempat yang disebutkan dalam catatan, sebuah taman kecil di belakang sekolah yang jarang dikunjungi, Alya merasa jantungnya berdebar semakin kencang. Ia berdiri di sana, menunggu dengan cemas, matanya mengawasi setiap sudut taman yang diterangi lampu jalan yang redup.

 

Tak lama kemudian, seorang sosok muncul dari balik bayangan pepohonan. “Kamu datang,” kata suara yang tidak asing lagi bagi Alya.

 

Alya mengenali suara itu. “Bimo?” tanyanya, terkejut. Dia akan menanyakan sesuatu lagi, tapi Bimo sudah membungkam mulutnya. Tadinya Alya mau bertanya tentang Bimo yang tahu bahwa Alya sering ke sini dengan Lita. Perasaan, mereka kalau bareng-bareng di kantin aja. Selebihnya para cowok pisah, tinggal Lita dan Alya saja kalau istirahat di taman ini. Tapi, sudahlah, itu tidak begitu penting.

 

Bimo berjalan mendekat, menatap Alya dengan serius. “Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa membantu kita,” katanya sambil mengeluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya.

 

Alya mengambil amplop itu dengan tangan yang gemetar. Ia membuka dan melihat isinya, beberapa foto dan catatan yang menunjukkan aktivitas mencurigakan geng cantik. “Ini... ini bukti yang kita butuhkan,” kata Alya dengan mata berbinar.

 

Bimo mengangguk. “Aku menemukan ini saat membantu Ibu di kantin. Beberapa anggota geng cantik sering berbicara tentang rencananya saat mereka berpikir tidak ada yang mendengar.”

 

Alya tersenyum lemah namun penuh rasa syukur. “Terima kasih, Bimo. Kamu tidak tahu betapa berartinya ini bagiku.”

 

Bimo menatap Alya dengan penuh perhatian. “Kita akan melakukannya bersama, Alya. Kamu tidak sendirian.”

 

Alya mengangguk, merasakan semangat yang membara dalam dirinya. “Ini baru awal dari perjuangan kita. Kita harus berhati-hati dan cerdik.”

 

Bimo tersenyum. “Aku selalu mendukungmu, Alya.”

 

Dengan bukti di tangan, Alya dan Bimo berjalan meninggalkan taman itu untuk pulang. Mereka siap untuk melanjutkan perjuangan melawan geng syantik. Alya tahu bahwa ini baru permulaan, dan perjalanan mereka masih panjang.

 

Beberapa siswa di SMA Gemilang rata-rata pulang hampir perang, sebab banyak ekstrakurikuler yang harus diikuti siswa. Maka, sekolah itu biasanya tutup pukul delapan malam. Di mana seluruh siswa sudah harus pulang termasuk ibunya Bimo, ibu kantin yang tentu saja pulang setelah siswa kosong di sekolah.

 

Alya dan Bimo akhirnya mendapatkan sedikit petunjuk tentang rencana geng syantik untuk menjatuhkan Alya. Mereka memutuskan untuk pulang bersama, seperti biasa, dengan Bimo mengendarai sepeda motornya.

 

Ketika mereka melewati jalan setapak yang sepi di belakang sekolah, suara motor Bimo memecah kesunyian. Angin malam yang sejuk menyapu wajah mereka, membuat Alya merasa sedikit lebih tenang.

 

"Alya, kamu yakin dengan bukti ini?" tanya Bimo sambil tetap fokus pada jalan di depannya.

 

Alya mengangguk pelan, tangannya masih memegang erat lembaran kertas yang mereka temukan. "Ini mungkin belum cukup, tapi setidaknya kita punya sesuatu untuk dipegang."

 

Bimo menghela napas panjang. "Kita harus hati-hati. Geng syantik nggak bakal tinggal diam kalau mereka tahu kita punya bukti."

 

Alya mengerti kekhawatiran Bimo. Mereka harus berhati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Bimo, rahasia ini cuma kita yang tahu. Berarti hanya kita saja yang beraksi. Apa menurutmu harus ajak yang lain. Lita misal?”

 

Bersambung ...

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!