Cahaya adalah gadis yatim piatu yang memiliki adik perempuan bernama Syila, mereka di rawat oleh pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Cahaya berjanji kepada adiknya untuk terus bersamanya, bahkan jika ia dijodohkan pun akan berusaha melawan.
Suatu ketika pamannya sedang dililit hutang dan tidak mampu membayarnya, akhirnya Cahaya yang di jadikan tebusan hutang tersebut. Ia dijodohkan dengan Zeyyan yang memiliki cacat fisik yaitu kelumpuhan, serta bersifat dingin. Syila sangat kecewa karena Cahaya mengingkari janjinya.
Cahaya mencoba untuk tetap tegar menerima kenyataan ini dan bersikap baik serta sabar, ia berharap suaminya bisa mengizinkan adiknya tinggal bersamanya, agar ia bisa memenuhi janjinya. Zeyyan sedikit terempati setelah tahu latar belakang kehidupan Cahaya, dan juga karena kesabarannya untuk mengurus dirinya.
Namun suatu hari, tunangan Zeyyan hadir kembali setelah menghianatinya dan membuatnya terpuruk selama ini dan berusaha merusak rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oke, deal
Feri masih tidak berhenti untuk menakuti Syila.
"Ternyata semakin dewasa kamu semakin cantik ya." Kata Feri sambil menyoel pipi Syila.
"Jangan sentuh aku." Kata Syila sambil menepis tangan Feri.
"Bagaimana kalau kita bermain sebentar?" Kata Feri sambil tersenyum jahat.
"Jangan macam-macam atau aku akan berteriak." Kata Syila sambil menunjuk Feri.
"Coba saja kalau bisa." Kata Feri sambil mempercepat langkahnya.
"Kak Ayaaa!" Teriak Syila sambil duduk di lantai dengan bersandar ditembok dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Hiks hiks hiks." Syila menangis karena sangat ketakutan.
"Hahaha." Tawa Feri merasa puas.
"Feri!" Teriak Sita sambil berdiri di ambang pintu.
"Kamu lagi ngapain berisik tahu, ganggu orang tidur." Kata Sita kesal.
"Gak ngapa-ngapain kok, Bu. Cuma nengok kucing kecil." Jawab Feri sambil terkekeh.
"Udah-udah, sana keluar!" Kata Sita sambil merebut kunci yang ada ditangan Feri dan menyuruhnya keluar dari kamar Syila.
"Udah diem gak usah nangis, kunci pintunya." Kata Sita sambil melempar kunci kearah Syila, kemudian menutup pintunya.
Sedangkan Syila meraih kunci tersebut kemudian mengunci pintunya.
"Hiks hiks hiks, aku takut kak." Kata Syila sambil menangis, duduk meringkuk di lantai dan bersandar di pintu.
....
Keesokan harinya seperti biasanya Zeyyan sibuk bersiap-siap untuk pergi ke kantor, namun ada yang berbeda hari ini. Biasanya ia selalu menggerutu sendiri setiap pagi dan sering marah-marah dengan Cahaya, kali ini Zeyyan terlihat lebih santai dari biasanya. Ia juga tidak menolak dengan perlakuan Cahaya padanya, malah sering memperhatikan apa saja yang istrinya lakukan.
Seperti saat ini, Zeyyan memperhatikan bagaimana Cahaya menyiapkan sarapan untuknya. Dan sudah pasti mereka berdua sarapan bersama dengan Riana dan Endra, tak ada percakapan diantara mereka saat makan, hanya dentingan sendok yang terdengar.
Sesekali Zeyyan menoleh kearah istrinya, terlihat Cahaya tidak terlalu bersemangat hari ini, ia makan dengan sangat pelan dan seperti tidak nafsu makan, namun Zeyyan hanya diam saja tanpa bertanya kepadanya. Sedangkan Riana dan Endra hanya saling senggol saja melihat hal tersebut.
"Kita berangkat dulu ya, Zey." Kata Riana sambil berdiri bersama Endra.
"Iya, Ma." Kata Zeyyan.
"Kamu kenapa?" Tanya Zeyyan datar sambil melihat istrinya.
"Apa, aku. Aku baik-baik saja." Jawab Cahaya bingung karena pertama kalinya ia ditanya seperti itu oleh suaminya.
"Efan sudah datang, aku harus berangkat sekarang." Kata Zeyyan datar sambil menatap kearah depan.
"Iya, Baiklah." Kata Cahaya sambil berdiri dan meraih pegangan kursi roda suaminya dan mendorongnya.
"Sepertinya suasana hatinya sudah membaik." Kata Cahaya didalam hati sambil terus mendorong kursi roda suaminya hingga ke mobilnya.
"Kenapa aku hari ini merasa gelisah." Kata Cahaya didalam hati sambil berjalan kembali kedalam rumah.
.....
Hampir semalaman penuh Syila tidak tidur karena masih ketakutan jika Feri kembali menerornya lagi, wajahnya pun terlihat lusuh dengan matanya yang masih terlihat sembab karena menangis. Meski begitu ia tetap berangkat bekerja dan malah ingin segera berangkat untuk pindah ke mes. Setelah mandi dan berganti pakaian, Syila langsung menggendong tas ranselnya dan pergi keluar kamar menghampiri bibinya yang sedang memasak di dapur untuk meminta izin.
"Bibi, aku berangkat sekarang." Kata Syila buru-buru.
"Eh, tunggu sebentar!" Kata Sita menghentikan langkah Syila.
"Kamu mau pergi ke mana?" Tanya Sita sambil berjalan menghampiri Syila.
"Kerja." Jawab Syila.
"Harus membawa ransel segala?" Tanya Sita heran.
"Aku akan tinggal di mes, Bi. Biar gak bolak-balik." Jawab Syila.
"Jangan-jangan dia mau kabur." Kata Sita didalam hati.
"Gak, tetap disini." Kata Sita tidak mengizinkan.
"Aku mohon, bibi. Nanti kalau aku udah gajian aku kasih uangnya sebagian ke Bibi." Kata Syila memohon.
"Gak."
"Aku mohon, Bi. Pleace." Kata Syila masih memohon sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Pasti gara-gara Feri nih." Kata Sita didalam hati.
"Gak, bawa balik ranselnya!" Kata Sita.
"Hai, kucing kecil. Mau kemana pagi-pagi begini? Mau aku antar." Kata Feri tiba-tiba muncul sambil tersenyum.
"Gak, makasih." Kata Syila ketus sambil menggeser tubuhnya menjauhi Feri.
"Hihihi." Feri terkekeh dengan tingkah Syila.
"Aku mohon, Bi." Kata Syila masih memohon kepada bibinya.
"Gak." Kata Sita masih tetap tidak mau mengizinkan Syila pergi.
"Biarkan saja dia pergi, Bu. Memangnya dia bisa hidup sendiri diluar sana." Kata Feri sambil mengambil air minum.
"Banyak harimau liar diluar sana yang akan menerkammu, graau. Hihihi." Kata Feri yang masih asik menakuti Syila.
"Aku mohon, bi." Kata Syila masih tetap memohon.
"Ya sudah, pergilah!" Kata Sita pasrah dan membiarkan Syila pergi.
"Terima kasih, Bi. Syila berangkat dulu assalamualaikum." Ucap Syila sambil menjabat tangan Sita dan segera pergi dari sana.
"Waalaikumsalam." Ucap Sita menjawab salam dari Syila.
"Bagaimana jika dia kabur?" Tanya Sita.
"Memang dia bisa kabur kemana? Ketempat Cahaya aku rasa tidak mungkin. Dia masih kecil dan polos, pasti akan kembali pulang." Kata Feri sambil mengaduk secangkir kopi.
"Ibu butuh uangkan, tidak perlu khawatir. Aku sudah punya rencana." Kata Feri sambil tersenyum licik.
"Rencana apa?" Tanya Sita.
.....
Zeyyan sudah sampai dikantornya, ia dibuat terkejut dengan sebuah foto yang diletakkan di meja kerjanya, ia pun mengambilnya dan bertanya kepada Efan.
"Fan, apa kau yang meletakkan foto ini disini?" Tanya Zeyyan sambil menunjukkan foto Cahaya yang ada ditangannya.
"Tidak, Tuan. Saya tidak tahu." Jawab Efan.
"Apa mungkin papa yang meletakkannya disini." Kata Zeyyan didalam hati sambil memandangi foto Cahaya sebentar, kemudian melemparnya ketempat sampah.
Zeyyan membuka laptopnya dan mulai pekerjaannya, namun ia tidak bisa berkonsentrasi, kadang-kadang pandangannya teralihkan kearah tempat sampah dimana Zeyyan membuang fotonya Cahaya tadi. Setelah cukup lama merasa tidak enak, akhirnya Zeyyan mengambil foto itu dari tempat sampah dan menyimpannya di laci, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
....
Feri sedang berbaring disofa ruang keluarga sambil asik memutar rekaman suara Syila yang ketakutan tadi malam.
"Kak Ayaaa!"
"Hiks hiks hiks."
Setelah puas mendengarkannya, Feri pun menelepon cahaya.
#
Cahaya sedang sibuk merapikan kamarnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering dengan nomor tidak dikenal yang meneleponnya.
"Halo, assalamualaikum." Ucap Cahaya menyapa siapa yang meneleponnya.
"Waalaikumsalam, adik cantik. Hihihi." Jawab seorang laki-laki dari telepon sana.
"Maaf ini siapa ya?" Tanya Cahaya sambil berpikir siapa yang bicara dengannya karena merasa familiar dengan suaranya.
"Begitu cepatnya kamu melupakan aku, sampai-sampai di hari pernikahanmu saja aku tidak diundang." Kata orang tersebut.
"Bang Feri." Kata Cahaya akhirnya tahu siapa yang bicara dengannya.
"Ternyata masih ingat, hehehe." Kata Feri sambil tertawa kecil.
"Ada apa?" Tanya Cahaya datar.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya rindu padamu." Jawab Feri.
"Tidak usah basa-basi, katakan saja apa yang kamu inginkan!" Kata Cahaya dingin karena sudah hafal dengan sifat Feri.
"Seperti biasa, cuan bos." Kata Feri.
"Aku tidak punya uang." Kata Cahaya.
"Kau itukan menantunya orang kaya bagaimana mungkin tidak punya uang." Kata Feri.
"Jika bukan karena ulah ayahmu, aku juga tidak akan disini." Kata Cahaya kesal.
"Ya jika tidak mau ya sudah, tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu dengan si kecil Syila." Kata Feri santai.
"Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan macam-macam dengan Syila." Kata Cahaya dingin.
"Hehehe, aku hanya bermain dengannya." Kata Feri sambil tertawa kecil.
"Jika terjadi sesuatu pada Syila, aku tidak akan memaafkanmu." Kata Cahaya marah.
"Wah semakin galak saja, aku jadi takut. Hahaha." Kata Feri sambil tertawa.
"Ya tergantung bagaimana, hm." Kata Feri secara tidak langsung mengatakan pilihan pada Cahaya.
"Iya, akanku transfer uangnya. Tapi jangan macam-macam dengan Syila." Kata Cahaya menuruti kemauan Feri.
"Oke, deal."
Bersambung....
gak yach???
lanjut thor ceritanya
di tunggu double up nya