Karya ini sudah tamat ya...
Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri dari suami sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menanti
Malam hari.
Menanti adalah hal yang menjenuhkan untuk seorang laki-laki. Azzam lelah menanti kabar setelah pulang tadi hingga kini Zia tak kunjung pulang.
Azzam iseng membaca lirik syair di media sosial yang selalu Azzam Ikuti, Yah Azzam suka sekali pada akun ini, tak menunjukan wajahnya namun untaian syairnya selalu indah di mata Azzam.
🅑🅐🅖🅐🅘🅜🅐🅝🅐???
Mungkin beginilah adanya
Takdir yang terukir di buku-Mu
Usahaku serasa tak berdaya
Terkadang aku bertanya…
Apakah memang demikian??
Kapan giliranku bahagia?
Hati kecil mengukir asa
mencoba Sabar dan ikhlas
meniti harapan
Namun, apakah ada yang bisa jelaskan, bagaimana cara menggapainya?
🅓🅘🅡🅘
Ragaku berpeluk nestapa
Jiwaku di terjang ombak derita
Apakah ikhlas adalah jalan satu-satunya?
Atau berontak, adalah alternatifnya?
Berdiam diri tak mampu
Berjalan kehilangan pegangan
Bersabar pun diriku lelah
Berilah diri ini setitik cahaya...
🅝🅐🅝🅣🅘
Sabar Ku coba jadikan kunci kesuksesan
usahaku sudah meniti perih
Semesta, tolonglah diri yang kecil ini
Untuk sampai pada titik yang di nanti
Bukannya tak bisa
Bukannya tak ingin usaha
Sedari dulu, batin ini sudah tersiksa
Yang pada akhirnya, hanya menyisakan luka di dada
Bukankah sabar ada batasnya?
Namun dimana batas ku?
Sampai titik ini, aku masih di sapa
Oleh keganasan nestapa
(𝓢𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓵𝓲𝓻𝓲𝓴 𝓼𝔂𝓪𝓲𝓻 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓾𝓽𝓮𝓶𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓹𝓮𝓷𝔂𝓪𝓲𝓻 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓪𝓶𝓹𝓾 𝓶𝓮𝔀𝓪𝓴𝓲𝓵𝓲 𝓹𝓮𝓻𝓪𝓼𝓪𝓪𝓷)
Azzam tersenyum, akun ini selalu pandai bermain kata, dia mengaguminya sejak duduk di bangku SMP, Azzam selalu terinspirasi dari akun ini jika sedang merasa sedih ataupun butuh semangat, selalu ada kata yang mampu membuatnya bangkit dan tak merasa kesepian.
Azzam iseng membuka galeri akun itu satu persatu dari awal hingga akhir, saking banyak unggahan membuat Azzam sedikit mempercepat scroll nya, hingga bulan dirinya mulai sibuk mengurus Alma yang sakit drop kemarin-kemarin.
Tunggu, Azzam membuka galeri foto di salah satu unggahan akun itu cincin couple, kenapa cincin itu sama persis seperti cincin yang dia simpan di mejanya. Yah cincin Zia, Azzam ingat betul cincin itu sama persis seperti cincin yang dia sematkan untuk Zia setelah akad nikah dulu.
Azzam mengerutkan keningnya masa iya selama ini dirinya mengagumi Zia, Ah sepertinya tidak, Zia bukanya gadis yang pendiam, rasanya tak mungkin memiliki sekian banyak pengikut dan penggemar di akun sosialnya, batin Azzam.
Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, namun mobil Zia belum juga datang, Azzam memeluk Nana dengan gelisah, hatinya mengkhawatirkan Zia di luar sana.
Azzam menghubungi Zia melalui telfonnya, namun nomornya tersambung tapi tak di angkat oleh Zia. Azzam pun tak sabar dirinya bangkit dari ranjang Nana dan kemudian keluar kamar.
Azzam keluar ke halaman mondar-mandir menatap kejauhan, berharap mobil Zia segera datang, namun hanya sepi dan hampa yang datang menghampiri.
Azzam duduk di kursi halaman dengan perasaan tak karuan, sesekali melihat jam yang berputar sudah menunjukan pukul 9 malam. Zia tak pernah pulang malam, Zia selalu sampai rumah sebelum asar, Zia tak pernah seperti saat ini.
Azzam bangkit lalu masuk ke kamar Nana yang masih lelap tertidur, Azzam delima antara ingin menemani Nana yang sendirian atau menemani Alma yang masih sakit.
Akhirnya Azzam meminta bibi untuk menemani Nana, lalu Azzam pergi ke kamarnya untuk menemani Alma, Azzam berbaring di sisi Alma namun pikirannya berlabuh ke Zia.
Malam makin meninggi saat suara mobil berbeda berhenti di halaman rumah, Azzam bangkit dari ranjang lalu keluar, membukakan pintu namun benar bukan mobil Zia yang berhenti di halaman rumah.
Mobil taxi yang berhenti di halaman rumahnya, tak lama kemudian turun Zia dengan kaki pincangnya, di susul motor lanang yang berhenti di belakang taxi.
Zia mematung memandang Azzam yang menatapnya dengan tatapan berbeda dari biasanya. Zia ingin melangkah namun kakinya benar-benar sakit, seandainya ada Zea namun sayang dirinya tak mau membuat semua orang khawatir.
Azzam terkejut saat melihat kening berplaster pada Zia, juga kaki kanan berbalut perban itu, Azzam reflek maju ke depan dan ingin membopong Zia, namun lengan seseorang menahannya.
"Stop!!! Kamu gak berhak menyentuhnya Bang!!! " Suara orang yang di kenalnya.
"Al, kamu ngapain di rumahku??? " Azzam lebih terkejut saat menatap Al Jovano sepupunya datang ke rumahnya.
"Ckkk loh, jadi ini rumah kamu??? Lha terus bu Zia ngapain pulang kesini??? " Tanya Al Jovano bingung.
Zia membeku di tempatnya, bingung harus menjawab apa, mengaku istri nyatanya dirinya bukan istri yang di anggap.
"Ckkk. Masuk!!! " Azzam menggendong Zia lalu menyuruh Al Jovano masuk.
Azzam meletakkan Zia di sofa lalu menyuruh Al Jovano duduk di sofa pula, Azzam memanggil bibi dan menyuruhnya menyiapkan minum untuk tamunya.
"Bang??? " Al Jovano penasaran pasalnya istri Azzam setahunya hanya Alma.
"Apa??? " Kata Azzam kesal, jujur ini posisi yang tak di sukai, saat dirinya harus mempublikasikan Zia kesemua orang, Azzam keluar dari rumah karena Ayahnya menikah lagi, baginya Ayahnya sudah mengkhianati Ibunya, namun dirinya kini tak jauh beda dengan Ayahnya yang beristri dua.
"Saya teman Alma. Maaf rumah Alma jauh lebih dekat dari pada rumah saya." Jawab Zia lalu meminum minuman yang di buat bibi dengan gugup.
Al Jovano memandang Azzam sengit, lalu melempar Azzam dengan bantal sofa. Matanya marah menatap Azzam lalu mendekat ke Azzam dan melempar lagi bantal di sisinya.
"Stttt Apa sih??? dasar Bocah!!! " Azzam kesal melihat tatapan dan lemparan Al Jovano.
"Sialan lo Bang!!! kenapa tadi kamu bopong bidadari aku??? Kamu punya hak apa sentuh dia??? " Kata Al Jovano bersedekab dada.
Azzam mengepalkan tangan kesal, "Ckkk bidadari dari mananya, kamu mana level sama guru kamu??? " Kata Azzam menjawab tak kalah sengit.
"Eh, jangan salah. bentar lagi aku bakal lulus SMA terus bakal jadi pelukis terkenal. Aku bakal lamar Bu Zia." Kata Al Jovano jumawa, membuat Zia mengerutkan keningnya terkejut, bagaimana bisa dirinya di sukai muridnya sendiri yang baru duduk di bangku SMA.
"Eh umur kamu berapa??? " Azzam kesal mengejek Al Jovano sekaligus geram.
"Eh, jangan salah. Rasulullah sama siti Khadijah berbeda umurnya tapi mereka menikah dan amat setia selama hayat Khadijah nabi tidak pernah menduakannya." Jawab Al Jovano menang telak, baginya Zia masih muda beda 6 tahun tak masalah pikirnya.
Azzam mengepalkan tangannya, dadanya bergetar dan panas seketika saat menatap wajah Zia yang di tatap memuja oleh adik sepupunya sendiri.
"Astaghfirullah. Kamu kalau bicara di pikir dulu, siapa juga yang mau menikah dengan anak ingusan." Ujar Zia lalu memegang kepalanya yang justru semakin pusing.
"Bik Tolong!!!"Teriak Zia pelan, Zia bangkit saat bibi datang kemudian di bantu Bibi untuk berjalan ke kamarnya.
"Astaghfirullah. Kok bisa sih Buk. " Tanya Bibi sambil membantu Zia.
"Qadarullah Bi, tadi saat di sekolah terpleset saat turun dari tangga. " Jawab Zia lalu duduk di ranjangnya, setelah ini pikirannya melalang buana bagaimana cara dirinya melakukan harinya esok.
***
Mau jejak yang banyak... 🥰
Dukunganya dong... 😍