NovelToon NovelToon
Antagonis Nyeleneh

Antagonis Nyeleneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Hazel nyasar masuk ke dalam novel sebagai karakter antagonis yang semestinya berakhir tragis dengan bunuh diri. Namun, nasib memihak padanya (atau mungkin tidak), sehingga dia malah hidup adem ayem di dunia fantasi ini. Sialnya, di sekelilingnya berderet cowok-cowok yang dipenuhi dengan serbuk berlian—yang terlihat normal tapi sebenarnya gila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan

Di kelas XI IPA 2, suasana terasa tegang. Beberapa murid tampak pening karena tengah menghadapi ulangan harian matematika peminatan.

Guru di depan kelas, Bu Ratna, tampak sibuk dengan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya, namun matanya tetap awas memantau para anak didiknya.

"Nih soal bikin migrain," batin Enara sambil menggigit ujung penanya.

Dia menatap soal-soal di depannya dengan ekspresi bingung, mencoba mencari cara terbaik untuk menyelesaikannya. Pandangannya kemudian beralih ke arah Ivanka, sahabatnya, yang ternyata terlihat lebih kacau darinya.

Ivanka malah memainkan penanya dengan mencoba menyeimbangkan pena itu di antara hidung dan bibirnya, tampak benar-benar putus asa.

Liliana, yang duduk di barisan depan, menghela napas berat. "Ya ampun, punya dua sahabat kok enggak ada yang bisa ngasih contekan," batinnya dengan miris.

Dia melirik ke arah Bastian yang duduk di depan, tampak lancar jaya mengerjakan soal-soal tersebut. Bastian menulis dengan cepat dan tanpa ragu, matanya fokus pada kertas ulangan di depannya. Sesekali dia mengangkat kepala untuk berpikir sejenak, lalu melanjutkan menulis dengan percaya diri.

Enara mencoba mengalihkan pikirannya dari kebingungan sejenak dan menoleh ke Liliana, berharap mendapatkan secercah harapan. Namun, yang dia lihat adalah Liliana yang tampak frustrasi sambil menatap ke arah Bastian.

Enara mengangkat alisnya sedikit, bertanya-tanya dalam hati apakah Liliana berencana meminta bantuan dari Bastian.

"Liliana gak mungkin minta contekan ke Bastian, kan?

Sementara itu, Ivanka akhirnya menyerah dengan aksi penyeimbangan penanya dan kembali mencoba melihat soalnya.

"Oke, fokus, Ivanka. Fokus," gumamnya pada diri sendiri, meskipun wajahnya masih menunjukkan keputusasaan.

Bu Ratna berjalan perlahan di antara barisan bangku, mengawasi setiap gerakan siswa-siswinya. Matanya menatap tajam, memastikan tidak ada yang mencoba berbuat curang.

Ketika dia berjalan melewati meja Enara, Enara berusaha terlihat seolah-olah dia sedang sangat serius mengerjakan soal, meskipun pikirannya masih berkecamuk.

Liliana mengalihkan pandangannya dari Bastian dan menatap lembar jawabannya yang masih banyak kosong. Dia menggigiti bibirnya, merasa semakin panik dengan waktu yang semakin menipis.

"Ayo, Liliana, lo pasti bisa," bisiknya pada diri sendiri, mencoba membangkitkan semangatnya.

Waktu terus berjalan, dan detik-detik yang berlalu terasa semakin menekan para siswa. Enara akhirnya menemukan cara untuk menyelesaikan satu soal yang membuatnya bingung sejak tadi.

Ivanka, di sisi lain, masih berjuang dengan sisa waktu yang ada, sementara Liliana berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya.

***

Di dalam ruang kelas yang sepi setelah jam pelajaran, suasana terasa tegang. Tania duduk di sudut ruangan, matanya memancarkan tatapan tak suka yang jelas terarah ke arah Febrian, yang tengah berdiri di dekat meja.

Febrian sendiri tampak tenang, meskipun atmosfernya terasa semakin tegang dengan kehadiran Tania yang tampak tidak senang.

"Ngapain sih lo di sini?" Tania bertanya dengan nada yang jelas-jelas judes, matanya menatap tajam.

Febrian menjawab dengan santainya, mengambil botol minumnya dan duduk di dekat Hazel, "Duduk."

"Iya, duduk. Tapi ngapain disini? Kan masih banyak yang kosong!" tegur Tania dengan nada yang semakin meningkat.

Sementara itu, Hazel hanya diam, fokus pada formulir yang baru saja diberikan Tania padanya. Dia menatap formulir tersebut dengan ekspresi campuran antara penasaran dan ragu.

"Tan, lo seriusan nyuruh gue daftar nih lomba?" tanya Hazel dengan sedikit ragu, matanya masih terpaku pada formulir tersebut.

"Yakin, dengan ini prestasi lo makin banyak. Dan jangan lupakan hadiahnya tuh, uang tiga digit," ucap Tania dengan mantap, mencoba meyakinkan Hazel untuk mengikuti lomba tersebut.

Hazel, meskipun awalnya ragu, tidak bisa menahan rasa tertariknya ketika mendengar tentang hadiah uang tersebut. Dia mengangguk perlahan, matanya berbinar penuh antusiasme.

"Seriusan?" kaget Hazel, ekspresinya berubah menjadi ceria. Janji uang itu sangat menggiurkan baginya. Siapa yang tidak suka dengan uang?

Febrian, dari meja sebelah mereka, mencoba untuk melihat selembaran formulir yang dipegang Tania. Namun, sebelum dia bisa mendekat lebih jauh, Tania cepat-cepat menutupi kertas tersebut dengan tangannya yang kecil namun tegas.

"Lomba apaan?" tanya Febrian dengan rasa penasaran yang kental, matanya mencoba untuk menyelinap di balik tangan Tania yang berusaha menghalanginya.

Tania memiringkan kepala sedikit, mengarahkan pandangan tajamnya pada Febrian.

"Lebih baik lo minum lagi, untuk menetralisir kegoblokan lo yang udah mendarah daging," sindir Tania dengan nada yang jelas-jelas judes.

Febrian hanya bisa menggelengkan kepala dengan tertawa pelan, mengakui kecerdasan dan ketajaman kata-kata Tania yang selalu membuatnya terkesan.

"Wah... minta dihajar," gumam Febrian sambil mencoba untuk menahan senyum kagum atas respons tajam Tania.

***

Di parkiran sekolah yang mulai sepi menjelang sore, Ananta berdiri dari kejauhan memperhatikan sosok Hazel yang sedang berdiri bersama Tania.

Mereka terlihat tengah tertawa dengan penuh keceriaan, dan gelak tawa mereka terdengar begitu jelas hingga beberapa orang di sekitar ikut tersenyum dan tertawa tanpa sadar.

Ananta merasa ada yang berbeda dalam tatapan dan ekspresi Bastian, sahabatnya yang berdiri di sebelahnya.

"Lo mulai suka sama dia?" tanya Bastian dengan curiga, matanya tetap terpaku pada Hazel dan Tania.

Ananta menggelengkan kepala, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Kayaknya dia gak seburuk yang diomongin orang-orang," ucapnya dengan tenang, sambil mengamat-amati ekspresi Hazel dari kejauhan.

"Gue rasa juga gitu," setuju Bastian, mengangguk sambil menatap Hazel dengan senyum mengembang di wajahnya.

Mata mereka berdua memperhatikan dengan seksama, menangkap setiap ekspresi dan gerakan dari jauh. Mereka bisa melihat bagaimana Hazel terlihat begitu bahagia dalam momen ini, terbuai dalam tawa yang mengalir begitu alami dari hatinya.

Ananta menarik napas dalam-dalam, merenungkan betapa berbedanya Hazel saat dia bersama teman-temannya, dibandingkan dengan kesan yang dulu sering terbentuk dalam pikirannya.

***

Di dalam kamar Hazel, yang tampaknya dalam keadaan berantakan dengan bungkusan makanan berserakan di lantainya, dia rebahan di atas tempat tidurnya. Suasana di dalam kamarnya terasa agak kacau, mencerminkan kemalasan yang terpampang nyata.

Namun, keheningan itu terputus ketika ponselnya berdering, menunjukkan panggilan masuk dari Ananta. Hazel mengangkat teleponnya dengan malas, mendengar suara Ananta di seberang sana.

"Hari Minggu lo kosong gak?" tanya Ananta dengan nada santai.

Hazel, yang mendengar pertanyaan itu, terdiam sejenak. Dia merasa bingung karena sudah bisa menebak niat terselubung dari Ananta. Meskipun begitu, dia tahu bahwa Tania tidak pernah menghalangi dirinya untuk dekat dengan Ananta.

"Kosong," jawab Hazel akhirnya, memutuskan untuk tidak mengungkapkan keraguannya kepada Ananta.

"Jalan yok," ajak Ananta dengan suara yang tetap santai, tanpa ada embel-embel romantis.

Kesederhanaan ajakan Ananta membuat Hazel merasa bergidik sendiri. "Bisa-bisa tokoh utama enggak ada romantis-romantisnya," batinnya dengan sedikit cemas. Meskipun begitu, dia merasa lega karena suasana yang tenang dari Ananta.

"Ayok," jawab Hazel akhirnya dengan nada setuju.

"Terserah lo mau main ke mana, gue ngikut," ucap Ananta dengan santai melalui telepon.

Hazel merenung sejenak mendengar ajakan Ananta tersebut. Meskipun dia merasa senang dengan keputusan untuk pergi bersama Ananta, ada keraguan kecil yang menghantuinya.

"Gak salah kan kalau cuma jalan doang tanpa bawa-bawa perasaan?" batin Hazel dalam hati, sambil menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan panggilan dari Ananta.

1
Amazing Grace
semangat terus ya Thor,semoga sehat selalu dan makin sukses novel nya
Atika Norma Yanti: makasih doanya, lope-lope lah pokoknya
total 1 replies
Amazing Grace
makin seru up lagi Thor, please😭😭🙏🙏
Nova Lpg
novel nya keren ,,bikin penasaran
semangat terus author update nya ..😉
Atika Norma Yanti: makasih banyak udah mau mampir 😂
total 1 replies
Amazing Grace
semangat author 🤗
Atika Norma Yanti: makasih dukunganku, bakalan di usahakan untuk tetep up cerita 😂
total 1 replies
Ning28
akhirnya up juga soalnya lgi seru² banget sumpah😅😘
Atika Norma Yanti: iya, tapi gak bisa up banyak kayak sebelumnya. soalnya nih mata malah kegoda sama Drakor 😂
total 1 replies
Ning28
kenapa kok ga up ka pdhal lg seru tahu😭😅
Atika Norma Yanti: lagi maraton Drakor, judulnya Night Has Come, nyesel baru nonton sekarang 😭🤣
total 1 replies
Amazing Grace
semangat kak,alurnya makin seruu🤗🤗
Kanian June
mampir ya Thor ...
_no name_
up thor
Amazing Grace
semangat kak,pliss makin seru aja nih novel, penasaran banget hazel endingnya gimana🤗
Ning28
tuhkan nambah seru lagi apalagi up nya banyak makin seneng deh🥰😭
Amazing Grace
next author,seru bangett
Bening Hijau
jahat banget teman nya liliana
Atika Norma Yanti: terkadang teman bisa mengubah cara pandang kita terhadap orang lain
total 1 replies
Bening Hijau
penasaran dengan sosok rania yang sebenarnya
Ning28
sumpah klo udh diakhir tuh bikin kepo sendiri aja soalnya seru banget😍🤣
Ning28: iya wajib nonton sampe ending itumah😭😅
Atika Norma Yanti: wah🤣🤣... kalau udah nonton Drakor psikopat, suka lupa waktu
total 4 replies
Amazing Grace
semangat author,dari sekian banyak novel,novel Lo yang paling bagus menurut gw dan realita, karakternya juga ga terlalu berlebihan,ga sempurna ga menye menye juga🥰🥰 biasanya di novel lain tuh drama banget,kalo novel Lo langsung ngena dan alurnya juga bagus banget
Atika Norma Yanti: makasih banyak ya, komentar Lo bikin gue semangat buat lanjutin cerita ini. Yang awalnya gue kira gak akan ada yang baca. pokoknya makasih atas komentar positifnya
total 1 replies
Alfatih Cell
lanjut thor...
Atika Norma Yanti: ceritanya bakalan berlanjut karena otak masih jalan untuk buat alurnya 😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!