NovelToon NovelToon
Bianglala Negeri Impian

Bianglala Negeri Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:berondong / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Agung Riyadi

kisah cerita Randu, seorang anak korban musibah tanah longsor di kampungnya dan hanya dia satu satunya yang selamat, kemudian mendapatkan anugerah kesaktian yang tiada taranya dari jiwa leluhur, menjalani liku liku kehidupannya dan berusaha menggapai semua impian dan cintanya.
berhasilkah Randu, please check it out the story

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agung Riyadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tumbuh kembang anak anak

Randu hanya tersenyum manis dengan raut wajahnya terlihat malu malu, saat Tiara ikut menyeret dirinya dan mengadukan aktivitas yang sebenarnya ia rahasiakan pada orang tua mereka.

"Loh Randu ikut les beladiri, sejak kapan nak. Bapak kira kamu cuma tertarik dengan hewan hewan peliharaan kamu hehehe..." ujar Pak Priyatna yang terlihat menyukai aktivitas Randu yang dikatakan Tiara.

"Sudah ada berjalan sebulan lebih pak, maaf Randu tidak mohon ijin dulu sama bapak dan mama soal itu," ujar Randu sambil tersenyum malu malu.

"Iya baguslah kalo kalian banyak kegiatan positif, soalnya bapak takutnya kalian hanya bermain main saja di luaran sama teman teman kalian, tapi memang les beladiri Randu gratis kok nggak pernah minta uang untuk bayar les ?" kata Pak Priyatna lagi.

"Nggak gratis kok pak, tapi kan Randu ada uang dari hasil jual ayam untuk bayar les nya," tutur Randu.

"Lah bukannya duit hasil jual ayam kamu kasih ke mama nak, bahkan Sumi juga sering cerita kalo sering kamu kasih duit hasil jualan ayam," tukas Bu Yeni menimpali.

"Iya mama tapi, Randu ambil sebagian juga untuk bayar les," ujar Randu kemudian lalu menundukkan kepalanya.

"Tiara juga sering di bagi uang kok mah, sama Randu yah lumayan seh buat jajan," kata Tiara ikut menimpali.

"Lah kok bapak nggak pernah di kasih, memang berapa sih hasil penjualan ayam ayam kamu itu nak ?" tanya Pak Priyatna yang semakin antusias setelah mendengar penuturan dari istri dan anak gadisnya.

"Nggak menentu kok pak, kadang Randu dapat lima ratus atau enam ratus untuk tiga atau empat ekor ayam yang Randu jual," ujar Randu yang sontak bikin baik bapak maupun mamanya juga Tiara langsung bengong tak menyangka ternyata hasil ternak ayam Randu cukup besar nilainya.

"Walah lumayan juga, pintar sekali kamu nak," ujar Pak Priyatna tak sadar memuji hasil kegiatan Randu yang semula mereka sepelekan.

"Itu belum telur telur yang sering kita goreng untuk sarapan tiap harinya ayah," sambung Bu Yeni yang secara tak langsung memuji aktivitas Randu tersebut.

"Memangnya kau menjualnya dimana nak kok bisa laku setinggi itu, bapak dengar Mang Dadang ayamnya hanya laku dua puluh lima ribu satu ekornya," kata Pak Priyatna lagi sambil menyebut nama tetangga mereka yang juga orang yang ngasih bibit ayam kepada Randu pertama kalinya dulu.

"Oh itu pak, Mang Dadang jual ayamnya pada bandar pemasok ayam bakar di restoran jadi murah karena masih belum gede juga ayam yang dia jual, kalo Randu kan hanya agak lamaan jual ayamnya pak," tutur Randu.

Yang sebenarnya adalah Randu menjual ayam ayamnya rata rata sebulan dua kali, mengingat Randu punya resep khusus yang diajarkan kakeknya untuk membuat ayam ayamnya lebih produktif dan tumbuh lebih cepat tiga kali lipat dari ayam ternak yang lainnya.

"Kalo kamu jualnya dimana nak?" tanya Pak Priyatna yang semakin antusias untuk menyelami kemampuan Randu yang makin lama makin mengagumkannya itu.

Dan itu selalu mengingatkan dirinya akan Wiguna sahabat terbaiknya yang juga sangat ia kagumi karena kemampuannya yang menurutnya serba bisa.

"Di pasar jumat ayah," Bu Yeni lah yang menjawabnya karena ia tau benar tiap hari jumat Randu selalu bangun lebih awal dari yang lainnya dan pergi berangkat sekolah pagi pagi buta tanpa sarapan sama sekali karena belum tersedia.

"Kok ayah nggak pernah tau selama ini kegiatan anak anak," ujar Pak Priyatna sambil menatap istrinya.

"Ya ayah, kan kalo sudah di depan laptop trus nggak peduli keadaan sekitarnya, ayah juga sering bangun terlambat kan kalo pagi, ayah mana tau kalo hari jumat Randu selalu bangun lebih awal dari kita dan berangkat pagi buta setelah subuh," ujar Bu Yeni memberi penjelasan kepada suaminya sekaligus memberikan sindiran mengenai ketidakpekaan suaminya itu pada lingkungannya.

"Baguslah kalo Tiara, bagaimana progres les kamu nak ?" ujar Pak Priyatna yang kini mengalihkan pandangannya kepada anak gadis semata wayangnya.

"Ya bagus ayah, Tiara sudah bisa mahir pemrograman dan juga lumayan lancar percakapan menggunakan bahasa Inggris," jawab Tiara yang kemudian menguap dan meliukkan badannya yang terasa pegal karena duduk terlalu melengkung.

"Baguslah ayah harap masa depan kalian akan cerah kedepannya," ujar Pak Priyatna yang diam diam merasa bangga dengan kemampuan anak anaknya yang jauh melebihinya berusia sebaya dengan mereka.

Dulu kalo nggak ada kerja keras dari kakaknya yang kini jadi ibu lurah di desa tempatnya berasal, mana mungkin ia mampu berada di titik pencapaiannya seperti sekarang yang nyaman menjadi salah satu pejabat aparatur sipil di lingkungan pemkab daerahnya.

Kakaknya yang aslinya bernama Suciwati itu rela meninggalkan sekolahnya dan kemudian bekerja sebagai buruh harian di sebuah pabrik konveksi yang kemudian membuatnya mengenal Sumitra seorang anak juragan padi paling kaya di desa mereka yang kemudian menikahinya.

Untungnya kakak iparnya itu juga ikut memikirkan kebutuhannya yang saat itu sedang hampir menyelesaikan pendidikan tingginya, dan kemudian berjalan sampai ke titik sekarang.

Namun kini ia bersyukur anak anaknya bertumbuh kembang justru melebihi ekspektasinya, khususnya Randu yang mampu memaksimalkan tenaganya untuk meningkatkan dirinya tanpa banyak menghabiskan sumber daya darinya.

"Baiklah sepertinya sudah waktunya kita beristirahat anak anak, mungkin nanti liburan ayah berencana berkunjung ke Marga Jati ada yang ingin ikut?" ujar Pak Priyatna.

"Wah rasanya oke juga, mama juga sudah kangen makan sate maranggi di sana," ujar Bu Yeni antusias.

"Aku ikut," sahut Tiara.

Sementara Randu hanya diam saja seolah bingung mengutarakan apa keinginannya.

"Randu kamu ikut nggak ?" ujar Tiara lagi sambil menatap Randu yang terlihat bingung.

"Kalo aku nggak ikut boleh nggak kak?" jawab Randu anti mainstream.

"Nggak boleh harus ikut, aku ingin lihat bagaimana caranya kamu memanen madu liar," ujar Tiara.

"Tapi ayam ayamnya bagaimana?" kata Randu.

"Oh iya ya.." gumam Tiara.

"Ya sudah dipikirkan nanti saja toh masih lama kan liburan sekolahnya," ujar Bu Yeni menengahi.

"Masih lah mah ini juga baru berjalan sebulan ajaran baru," jawab Tiara.

"Walah sama juga seperti pepesan kosong ayah, rencananya sekarang liburannya kapan," ujar Bu Yeni yang membuat Pak Priyatna tertawa kecil.

"Ya sudah ayo istirahat di kamar semuanya, sudah malam !" ujar Bu Yeni yang tentu saja mau tidak mau seperti perintah yang harus dilaksanakan oleh semuanya.

Tiara lah yang kemudian mematikan televisi dengan remote yang tak pernah lepas dari tangannya sejak awal, kemudian ia berbisik kepada Randu,

"Besok kita lari di taman yah,"

"Iya kak," jawab Randu sambil mengangguk.

Randu kemudian tersenyum manis membalas Tiara yang juga memamerkan senyumnya yang bagi Randu itu senyuman terindah yang pernah ia lihat, sebelum kemudian mereka saling beranjak ke kamar masing masing.

1
Agung Riyadi
luar biasa
Laelia
Ngangenin deh ceritanya.
Agung Riyadi: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Phoenix Ikki
Bingung mau baca apa lagi sekarang. 🤷‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!