Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Video Call
Sebelum menemui Nadya sore tadi, sebenarnya Alex sudah lebih dulu mendatangi Erin untuk memutuskan hubungan dengan gadis itu. Sayangnya Erin seperti menghindar, gadis itu seakan tau maksud kedatangan Alex kerumahnya.
Akan tetapi Alex tetap pada keputusannya, dia tidak tergoyahkan meski wajah Erin tampak sangat berharap kepadanya.
"Aku mau kita putus, Rin."
Pernyataan Alex itu justru dianggap Erin sebagai lelucon. Sebenarnya Erin syok mendengarnya tapi dia pura-pura bodoh untuk hal yang satu ini.
"Kamu ngomong apa sih, Lex?" Erin merasa tak ada masalah antara dia dan Alex jadi dia merasa ucapan Alex hanya mengada-ada.
"Kamu jangan anggap aku bercanda, Rin. Maaf tapi aku sangat serius, hubungan kita cuma bisa sampai disini aja," papar Alex.
Saat melihat keseriusan dalam tatapan Alex, saat itulah wajah Erin langsung berubah pias, seiring dengan matanya yang tampak berkaca-kaca seperti ingin menangis.
"Kenapa, Lex? Kenapa kamu mutusin hubungan kita?" tanya Erin dengan suara sendunya.
Alex menggeleng lemah. "Sekali lagi maaf, Rin. Sejak awal memang gak seharusnya kita jalin hubungan," ucapnya.
Ucapan Alex benar-benar membuat Erin syok dan sedih. Dia tidak pernah menyangka jika Alex akan memutuskannya seperti ini, bahkan pemuda itu juga mengatakan bahwa hubungan mereka tidak seharusnya terjalin. Jadi, sia-sia saja jika selama ini Erin selalu merawat perasaannya terhadap Alex.
Menatap pancaran kesedihan di wajah Erin sebenarnya membuat Alex tak tega, tapi sekali lagi Alex mencoba menguatkan diri agar tetap bersikukuh mengenai hal ini. Mau sekarang ataupun nanti, keputusannya akan tetap sama, ini juga dia lakukan agar Erin bisa lepas dari hubungan tanpa balasan rasa darinya.
Setelah mengatakan keputusannya, Alex pun langsung pergi. Dia tetap beranjak meski Erin terdengar memanggilnya berulang kali seolah tak terima dengan keputusan sebelah pihak yang Alex buat.
Ah, kenapa Erin harus berbuat seperti itu? Dia seperti mengemis cinta Alex dan itu justru membuat Alex merasa menjadi pemuda yang paling jahat karena menyakiti gadis sebaik Erin.
Satu persatu sudah diselesaikan Alex dan selanjutnya barulah dia menemui Nadya di kost gadis itu.
...***...
"Bisa-bisanya aku nerima cinta Alex," gumam Nadya tak habis pikir dengan keputusannya sendiri. Gadis itu sekarang tengah berada di kost nya, mondar-mandir seperti orang kebingungan. Sedangkan Alex sudah sejak beberapa saat lalu memutuskan pulang setelah Nadya mengusirnya secara terang-terangan.
Alex juga tampak menurut pada Nadya, mungkin karena dia sudah mendapatkan jawaban gadis itu sesuai dengan keinginannya.
Sekarang tinggallah Nadya yang pusing dengan semua yang sudah terlanjur dia iyakan pada Alex.
Padahal, sejak awal Nadya tidak mau terjerumus pada hal-hal semacam ini. Dia bukan takut dirinya akan semakin menyukai Alex, tapi yang lebih Nadya takutkan justru Alex yang akan semakin menyukainya sementara keadaan hidupnya tidak semudah itu.
Banyak hal yang harusnya dipertimbangkan Nadya sebelum menerima Alex dan pertimbangan itu bukan karena dari diri Alex, melainkan dari latar belakang diri Nadya sendiri.
Dan sekarang apa? Justru Nadya pula lah yang mengiyakan ajakan Alex untuk berpacaran.
"Kenapa aku selalu gak tega sama bocah itu!" rutuk Nadya dalam hati. Iya, dia memang selalu simpati pada Alex dan alasan utamanya menerima Alex hari ini mungkin karena rasa itu yang lebih dominan daripada rasa sukanya.
Baiklah, Nadya jujur sekarang jika dia juga memiliki rasa tertarik pada Alex, pemuda itu bisa memikat gadis mana saja dipertemuan pertama dan Nadya yakin itu.
Tubuh Alex yang jangkung dan proporsional, ditambah wajahnya yang manly dengan bibir tipis kemerahan. Siapa yang tidak akan tergoda? Bahkan Nadya sudah terkejut dipertemuan pertama mereka dan gugup saat awal-awal menjadikan pemuda itu sebagai murid les-nya. Siapapun tidak akan menyangka jika Alex masih duduk di bangku SMA. Jika dia mengenakan pakaian biasa bukan seragam putih abu-abunya, ketampanan Alex jauh melebihi mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus Nadya.
Membayangkan Alex, membuat Nadya gerah sendiri, akhirnya dia memutuskan untuk mandi.
Usai mandi, Nadya menggulung rambutnya dengan secarik handuk. Gadis itu mulai mengoleskan lotion ke seluruh tangan dan kakinya. Fokusnya teralihkan karena suara ponsel yang berdering terus menerus seakan tak sabar agar Nadya segera menjawab panggilan itu.
Nadya melihat nama Alex disana, membuatnya menarik nafas sejenak sebelum menerima panggilan seluler tersebut.
"Ya?" sahut Nadya.
"Hai, Pacar?!" jawab Alex dari seberang panggilan.
Sumpah demi apapun, Nadya nyaris meledakkan tawanya. Apa begini rasanya pacaran sama brondong? Begitulah pemikiran Nadya.
"Kamu lagi apa? Aku butuh bantuan kamu nih!" Kembali terdengar suara Alex disana.
"Y--ya? Bantuan apa?" tanya Nadya masih dengan kulumman senyumnya. Dia tak jadi tertawa karena keburu Alex bicara dengan nada serius.
"Bisa gak kamu ajarin aku lagi?"
"Alex, saya udah mengundurkan diri kalo kamu lupa."
"Kan kamu juga belum bilang itu ke mama ku dan kak Sandra, Nad. Jadi, anggap aja beberapa hari lalu kamu cuma libur ngajarin aku."
Nadya menghela nafas lagi. "Lex, saya gak bisa seenaknya begitu," paparnya.
"Kenapa gak bisa?" Alex malah balik bertanya.
"Ya itu namanya gak profesional. Kalau udah mengundurkan diri, ya udah ... berarti gak boleh ngajar lagi. Lagipula, ini udah kedua kalinya saya mengundurkan diri," jelas Nadya.
"Itukan kalau kamu ngajarin orang lain, Nadya. Sekarang kan yang kamu ajarin itu aku, Alex ... pacar kamu sendiri."
Jelas saja jawaban Alex itu membuat Nadya menepuk jidatnya sendiri. Meski Alex tak dapat melihat itu, tapi tampaknya pemuda itu penasaran apa yang tengah Nadya lakukan karena gadis itu terdengar diam tanpa menyahuti perkataannya.
"Nad, video call aja ya."
"Gak," tolak Nadya langsung.
"Aku mau lihat kamu lagi ngapain."
"Alex ..." Suara Nadya terdengar memperingatkan.
"Serius aku pengen ngelihat kamu, juga suasana tempat tinggal kamu."
Nadya akhirnya menerima panggilan yang dialihkan Alex menjadi video call.
Saat pertama kali wajah Alex muncul dilayar ponselnya, Nadya benar-benar tak bisa menahan tawanya lagi.
"Aku emang lucu dan imut, Nad. Tapi jangan diketawain juga dong!"
Sekarang Nadya semakin sadar jika pacar bocah nya ini terkadang memiliki sisi narsis tersendiri yang tidak dia tunjukkan didepan orang lain. Yah, mungkin hanya didepan Nadya saja.
Alex sendiri juga senyum-senyum melihat wajah Nadya di layar ponselnya. Gadis itu tampak masih mengenakan handuk dikepalanya dan itu membuat Alex gemas, dia ingin selalu dekat dengan gadis itu, entah kenapa sekarang rasanya semakin menjadi-jadi, dia merasa tersiksa jika mereka berjarak seperti ini.
"Kamu udah belajar belum?" Nadya akhirnya mengalihkan pembicaraan.
"Belum, eh udah ...." jawab Alex dengan senyum tengil khasnya.
"Yang bener udah atau belum?" tanya Nadya lagi ingin memastikan.
"Kalau belajar untuk sekolah ya belum. Tapi kalau belajar mencintai kamu udah dari kemarin-kemarin! ..."
Nadya terkekeh dan berlagak ingin muntah. "Saya masih kenyang nih, nanti saya muntah denger ucapan kamu, Lex!"
"Hahaha." Sekarang Alex yang tertawa. Betapa senangnya dia bisa bercanda seperti ini dengan Nadya yang biasanya selalu mode serius. Semakin suka saja dia pada gadis itu.
...Bersambung......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖