Antagonis Nyeleneh

Antagonis Nyeleneh

1. Beda Takdir

Rania, dengan gaya santainya yang khas, melirik Hazel yang sedang sibuk mengelilingi rak buku dengan tatapan yang tak sepenuhnya yakin.

Rania mendekat perlahan, langkahnya mengikuti irama tawa di antara rak-rak yang dipenuhi oleh berjuta cerita.

"Udah dapet belum?" tanyanya, seolah meragukan kemampuan Hazel untuk menemukan sesuatu yang benar-benar menarik.

Hazel menghentikan jari-jarinya yang tengah meraba cover sebuah novel, matanya bergerilya dari satu judul ke judul lainnya. "Belum ada yang srek nih," ujarnya sambil mendesah pelan. "Ceritanya itu-itu aja."

Rania tersenyum penuh kemenangan saat dia menemukan apa yang dicarinya. Dengan gemetar sedikit, ia mengulurkan novel yang dipegangnya ke arah Hazel.

"Nih," ucapnya sambil menunjukkan sinopsis di belakang cover yang dihampirinya.

Hazel menerima buku itu dengan tatapan yang skeptis, matanya meluncur dari cover yang menarik ke sinopsis yang terpampang di halaman belakang.

"Ceita macam apa nih?" ujarnya sambil mengernyitkan keningnya. "Sinopsisnya kurang gereget, tapi covernya bagus sih."

Rania tertawa lepas, membalas dengan candaan, "Emangnya kita beli buku buat makan covernya, Haz? Kita kan mau cerita yang bisa bikin hati srek."

"Ya enggak juga sih. Tapi gue males bacainih novel, karakter antagonisnya pake nama gue," ucapnya dengan suara yang agak malas.

Rania, yang selalu ceria, mendekat dengan senyuman penuh arti di wajahnya. "Nama doang yang sama, tapi takdir beda," katanya sambil mengedipkan mata.

"Kalau pala lo kena nih novel, sakit loh," goda Hazel sambil menepuk-nepuk novel di tangannya seolah-olah bersiap untuk menimpuk kepala Rania.

Mereka berdua terkekeh dalam suasana yang riang di antara rak-rak buku yang penuh warna dan cerita.

Namun, tiba-tiba saja, seperti petir di siang bolong, Hazel merasa pusing yang tak terkendali. Semuanya berputar-putar di sekelilingnya dan pandangannya menjadi buram. Perasaannya seakan-akan melayang di antara kesadaran dan kegelapan.

Yang terakhir terlihat oleh matanya adalah senyuman lebar Rania sebelum semuanya menjadi hitam.

"Selamat berjuang, Hazel,"

***

Hazel membuka matanya perlahan-lahan dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang bernuansa putih bersih.

Ia mengamati sekelilingnya dengan penuh kebingungan, mencoba memahami di mana ia berada.

Sebuah suara menyadarkannya dari lamunan, dan ia melihat Tania, seorang wanita yang terlihat elegan dengan aura duit yang kental.

"Lo udah bangun?" tanya Tania sambil meletakkan handpon-nya di meja dan mendekati tempat tidur Hazel.

"Bening banget nih cewek," batin Hazel, matanya tak henti-hentinya menatap Tania dengan penuh kekaguman.

"Zel, otak lo masih aman kan?" tanya Tania dengan kening yang mengerut, ekspresinya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam terhadap Hazel.

"Aman, aman kok," jawab Hazel dengan cepat, mencoba menenangkan Tania meskipun dirinya sendiri masih merasa kacau.

Namun, kebingungan Hazel tak berhenti sampai di situ. Ia memandang Tania dengan tatapan yang semakin membingungkan.

"Tapi lo siapa?" tanya Hazel tiba-tiba, keheranan terpancar dari wajahnya.

Tania langsung merespons dengan cepat. Tanpa ragu, kepala Hazel langsung digetok oleh Tania.

"Makin puyeng nih kepala gue," keluh Hazel sambil memijat pelan pelipisnya, mencoba meredakan rasa sakit yang semakin mengganggu.

"Lo sih ada-ada aja. Gue Tania, sahabat dekat lo," ucap Tania sambil melontarkan senyum manis, tapi matanya merajuk.

"Hah, sahabat?" Hazel menjawab dengan keheranan yang jelas terpancar di wajahnya. "Lo ngelindur ya? Gua cuma punya sahabat satu orang dan namanya Rania, bukan Tania."

Tania menatap Hazel dengan tatapan campuran antara tidak percaya dan sedikit kesal.

"Kayaknya otak lo geser ya?" celetuknya sambil memperlihatkan jemarinya yang tersusun rapi.

Hazel menatap jemari Tania dengan tatapan terbelalak, tidak mengerti apa maksud dari gerakan itu. Namun, sebelum dia sempat bertanya, Tania dengan cepat menggerakkan jemarinya dengan lancar dan lihai di depan wajah Hazel, seakan-akan menciptakan efek suara yang menyeramkan.

***

Revan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, atmosfer di dalam mobil terasa tegang. Di kursi belakang, Liliana duduk dengan tatapan cemas, sementara jemarinya terus bermain-main.

"Kak Revan, jangan marahin Hazel ya. Dia enggak sepenuhnya salah," ucap Liliana pelan, matanya tetap tertuju ke arah luar jendela.

"Iya," jawab Revan dengan suara datar, tangannya yang memegang kemudi terasa semakin erat di kepalkan.

Suasana di dalam mobil terasa hening sejenak, hanya suara mesin dan gesekan ban dengan aspal yang terdengar.

Revan terlihat tenggelam dalam pemikiran, matanya fokus pada jalan di depan namun pikirannya jelas terganggu oleh sesuatu yang baru terjadi.

***

Tania mengantar Hazel pulang ke rumahnya. Setelah mobil berhenti tepat di depan pintu rumah Hazel, Hazel segera membuka pintu dan dengan hati-hati turun dari mobil.

Sementara itu, Tania masih duduk nyaman di dalam mobil, membuka kaca dan tersenyum melihat Hazel yang sudah berdiri di luar.

"Kalau otak lo rusak, kita beli yang baru, lagi banyak flash sale," celetuk Tania dengan nada bercanda, sambil menahan tawa.

"Gak boleh berkata kasar, gak boleh berkata kasar, harus sabar. Tapi, dia minta di kasarin, gak bisa di sabarin" batin Hazel sambil menjaga ekspresi wajahnya.

"Istirahat sana, besok gue jemput," ucap Tania.

"Jalan pak," seru Tania kepada sopirnya, dan mobil mulai bergerak menjauh dari Hazel yang masih berdiri di pinggir jalan.

Hazel menghela napas panjang, merenung sejenak di tengah keheningan malam yang mulai menyelimuti. Dia memandang langit yang gelap, mencoba meredakan pikirannya yang masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban yang pasti.

"Ooo, asu..." gumam Hazel tanpa sadar, mengeluarkan umpatan spontan yang menggambarkan kebingungannya.

Ia menggosok-gosok pelan lengannya yang terasa dingin karena angin malam yang sejuk.

"Sebenernya Rania siapa sih? Kok gue bisa nyasar ke dunia novel kayak gini," keluhnya, ekspresinya penuh frustrasi. Semakin ia mencoba menerka-nerka, semakin tak masuk akal baginya.

Dunia di sekitarnya terasa begitu aneh, seolah-olah dia telah terjebak dalam sebuah cerita yang tidak masuk akal. Dia merasa seperti terdampar di tengah-tengah plot yang rumit dan tak terduga, tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi atau bagaimana dia bisa sampai ke situ.

"Dunia ini benar-benar gak masuk akal," gumamnya lagi, mencoba meredakan frustrasinya.

***

Setelah mengantar Liliana, Revan melangkah cepat menuju rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Liliana. Langkahnya mantap, namun pikirannya masih terbayang-bayang kejadian beberapa menit yang lalu. Di teras rumahnya, dia disambut oleh Hazel.

"Bisa enggak sekali aja jangan bikin masalah!" ucap Revan dengan suara agak tertekan, ekspresinya mencerminkan kelelahan dan ketegangan setelah perjalanan panjang hari ini.

Hazel hanya diam, tetapi tatapannya menusuk ke dalam wajah Revan dengan tajam. Di dalam hati, dia merenung, "Gila, visual cowok gepeng memang bukan kaleng-kaleng."

Sebuah pikiran aneh menyelinap di benak Hazel. Apakah dia sudah masuk ke dalam dunia novel? Segalanya terasa terlalu dramatis seperti dalam cerita yang biasa dia baca atau tonton.

Namun, suasana di sekitarnya terasa nyata, bunyi langkah kaki Revan yang berat, angin malam yang berdesir lembut di sekitar mereka.

"Kamu denger, Kakak gak!" bentak Revan dengan nada yang semakin meninggi, mulai kehilangan kesabarannya.

Suaranya memecah keheningan malam, membuat Hazel tersentak kaget. "Jantung gue," batinnya, merasakan denyut yang berdegup kencang di dadanya.

Hazel mencoba menenangkan diri. Dia tidak yakin apakah ini benar-benar kejadian nyata atau hanya mimpi aneh yang dia alami.

Mungkin ini hanyalah fantasi yang terjadi dalam imajinasinya yang liar. Tetapi ketegangan di udara membuatnya semakin yakin bahwa ini bukanlah sekadar khayalan.

Terpopuler

Comments

Hikam Sairi

Hikam Sairi

baca

2024-08-19

1

halu

halu

kalau bisa marah ngapain harus sabar?🤣🤣

2024-07-12

1

Kanian June

Kanian June

mampir ya Thor ...

2024-06-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!