Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.
Ia memejam sekilas untuk berusaha menyamarkan ketegangan pada kedua matanya,tetapi gagal. "Ahh, bagaimana sekarang? " desisnya, menguatkan diri di cengkeraman pada tapi tasnya. Ia masih berdiri di sisi dinding seperti orang tersesat sejak tujuh belas menit lalu. "Mungkin sebaiknya aku pulang saja. Tapi.... "
Jelly melihat keramaian di seberangnya sekali lagi. Ini salah, pikirnya sambil menggeleng kalut. Jika ia diam saja, itu artinya...
Tiba-tiba Jelly terkesiap saat merasakan hp bergetar di dalam genggamannya. Nomor asing, pikirnya sambil mengerjap. Ia menempelkan hpnya ke telinga dan menjawab dengan ragu.
"Halo...? "
"Bagus! Ternyata kau masih hidup! " seru gadis yang berada di seberang handphone.
Jelly menggeleng kecil. "Ini tidak lucu. "
Zoya Amanda tertawa singkat." Oke- oke. Biar aku tebak kau pasti sedang menempel ketakutan di dekat pintu atau dinding saat ini. "
Jelly menatap aneh pada hpnya sebentar. Ah, kenapa bocah itu bisa tahu? "Tidak. Kau keliru. " Ia cepat - cepat menempelkan hpnya kembali ke telinga. " Aku sedang berada di kafe, menikmati kopi cappuccino. "
"Hmm, aku sangsi, " sahut Zoya Amanda menangkap keraguan dalam suara Jelly Putri Wijaya. "kau kan paling takut naik pesawat. "
"Aku berusaha melupakan kejadian itu, Zoya! "
"Aku tahu. Itu hanya kecelakaan. Dan aku bersyukur karena papamu selamat. "
Sambil mengobrol, Jelly berjalan kikuk mencari- cari bangku kosong di ruang tunggu. "Aku hanya ingin secepatnya kembali ke rumah nenekku. "
"Kalau kau kembali berarti pernikahan tetap berjalan. Bagaimana? "
Jelly semakin gusar. Beruntung ia menemukan satu bangku kosong di dekat jendela kaca yang sedikit membelakangi apron, setidaknya perasaannya juga sedikit terobati. "Ini bukan sesuatu yang bisa aku rencakan, " tukasnya ketus setelah beringsut duduk.
"Aku tahu. Tapi mamamu yang merencanakannya," sahut Zoya Amanda enggan." Kurasa mamamu itu selalu bersikap berlebihan. Aku jadi bertanya-tanya, apa dia akan selalu mendikte kamu dari jarak jauh seperti ini selamanya? "
Jelly memangku tasnya dan menurunkan pandangan matanya sedikit. "Entahlah, " sahutnya murung. "Aku selalu melakukan semua yang diinginkannya. Tapi kali diterbitkan.. "
"Aku mengerti, " sela Zoya Amanda. "Dengarkan kata hatimu. Lakukan apa yang menurutmu tepat. Kamu lebih tahu tentang hidupmu dibandingkan mamamu sendiri, bukan begitu? "
Jelly menghirup napas dalam-dalam dan perlahan- lahan menghembuskannya. "Terimakasih, Zoya. Aku akan menghubungimu lagi begitu tiba di hongkong. " sahutnya berusaha tersenyum.
"Aku menunggumu di rumah nenekmu, oke? "
"Baiklah.Sampai nanti".
Jelly menurunkan hpnya dari telinga setelah obrolan berakhir. Sesak di dadanya sejak semalam bahkan belum hilang, kini rasa bersalah ikut menusuk - nusuk pikirannya. " Maafkan aku, Mama. "bisiknya lirih dan kemudian menunduk. " Maafkan a... '
"Bodoh! "
Terkesiap mendengar umpatan cukup keras dari arah seberangnya, Jelly langsung mengangkat wajah. Ia mencari- cari sebentar, lalu matanya segera menyipit ke arah laki-laki berambut hitam pekat yang sedang mengetukkan hp di lutut. Merasa bingung, Jelly pun mengedik. Ada apa dengan laki-laki itu?
Laki-laki berkemeja biru dan celana jeans hitam itu, terlihat menggumam samar. Meski kacamata hitam dari gerak- geriknya yang gelisah, Jelly Putri Wijaya bisa menangkap kesan kalau laki-laki itu sepertinya sedang uring-uringan. Sama seperti dirinya saat ini.
Jelly Putri Wijaya mengangkat bahu dan berpaling ke arah lain. Rupanya bukan hanya dirinya sendiri yang mengalami siang yang berat hari ini. Tepat saat Jelly menoleh, gadis berambut pendek di sebelah kanan menepuk pundaknya.
"Bagaimana menurutmu? Apa kau juga mengagumi orang itu? "
Jelly menyipit ke arah gadis itu. "Mengagumi siapa? " tanyanya polos. Lebih tepatnya bingung.
Gadis tadi tersenyum penuh arti menatap laki-laki di seberang mereka. "Oscar Liu, siapa lagi? "
Jelly mengintip laki-laki itu, lalu melirik gadis yang di sebelahnya.
"Maksudmu laki-laki yang mengumpat barusan? " Ia bertanya ragu. Keningnya mengernyit saat ia melihat gadis itu tertawa.
"Tentu saja. Kau tidak mengenalnya? "
"Mengenali siapa? "
"Oscar Liu. "
"Siapa Oscar Liu itu? " tanya Jelly Putri Wijaya.
Gadis itu mendekap mulut melihat ekspresi kosong Jelly. "Sial, kau pasti bercanda. Mustahil kau tidak tahu Oscar Liu. "
Jelly mengangkat bahu sambil berusaha mengenal nama itu. "Aku... " Ia ragu melanjutkan kalimatnya. Ia berpikir sejenak. Oscar Liu? siapa itu Oscar Liu? Ia bertanya-tanya. Kenapa gadis di sebelahnya bereaksi seolah hanya Jelly Putri Wijaya yang tidak mengenal Oscar Liu di muka bumi ini?
"Kau ini tinggal di mana sih? "
"Aku tinggal di rumah nenekku, " jawab Jelly jujur saja memberitahu. "Di daerah Harbour City, " katanya apa adanya.
Gadis tadi melongo sejenak, lalu akhirnya hanya bisa menggeleng ke arah lain. "Sudahlah, lupakan saja. " Gadis itu mulai mengemasi barang- barangnya dan kemudian berlalu dari sebelah Jelly Putri Wijaya.
Jelly Putri Wijaya memperhatikan punggung gadis itu yang berjalan pergi barusan dengan perasaan aneh. Lalu ia melirik ke laki-laki berdagu lancip dan mulus yang bernama Oscar Liu. Kali ini laki-laki itu sedang membaca buku dan ekspresinya sudah jauh lebih tenang. Jelly masih mengamatinya sambil bertanya- tanya.
Memangnya siapa laki-laki itu?
"Oscar Liu! Itu Oscar Liu! Ternyata dia masih di sini, Australia! " pekik seorang gadis.
"Aku ingin memeluknya dari belakang sekarang juga! "
Obrolan di belakangnya membuat napas Oscar Liu di tempat duduknya tertahan di tenggorokan. Diam- diam ia menggeleng. Entah harus merasa kesal, agak keras kepala, atau ngeri, ia memutuskan berpura- pura tuli.Ia bahkan mencoba memperbaiki posisinya supaya lebih santai, tetapi tetap saja agak risih.
"Aku menonton konser musiknya di festival beberapa hari lalu! "
"Ya.Aku juga. Setiap ada kesempatan, aku selalu ada untuk menyaksikan penampilannya. Di Sydney, atau Melbourne, pokoknya aku selalu melihat penampilan musiknya".
"Aku merasa aneh sebagai laki-laki. Kenapa melihat dirinya bernyanyi di podium membuatku ingin buang air kecil di celana? "
Apa pula itu? Oscar Liu tercengang.
"Tutup mulutmu, Dennis! Dia bisa saja mendengar ucapanmu itu. "
Oscar Liu akhirnya menoleh dan melemparkan satu lirikan dan senyum pahit ke sebaris calon bangku di duduki para penumpang yang sedang membicarakan dirinya. Reaksi mereka persis seperti dugaannya di benaknya. Hening.
Beberapa membalas tatapannya sambil tersenyum malu- malu. Gadis yang berambut ikal kini melambai, tanpa memedulikan koper yang tadi dipegangnya itu terjatuh dalam posisi miring. Sementara laki-laki di sebelah gadis itu bangkit dan mendekat.
"Hei, Oscar Liu. Bolehkah kami mengambil gambar kamu? Kau keren sekali. "
Oscar Liu masih mematung saat laki-laki itu tiba-tiba di depannya. Lalu melirik gadis berambut pirang di sebelah laki-laki tadi.
"Dennis, kurasa dia sedang sibuk membaca, " desis gadis itu sambil mencuri pandang ke buku yang di pegang Oscar Liu.
Bersambung!!