Tepat dihari pernikahannya Ivana malah kabur melarikan diri, niat hati ingin memberitahukan hal tersebut pada kedua orangtuanya. Calantha justru dipaksa untuk menggantikan posisi Ivana sebagai mempelai pengantin wanitanya.
Rowan, pria sejuta pesona yang terpaksa menikahi Cala hanya untuk balas dendam karena Ivana telah menabrak istrinya hingga meninggal dunia.
Tapi bagaimana jadinya jika ternyata pernikahan yang berkedok balas dendam yang dilakukan oleh Rowan itu justru mengungkap satu persatu rahasia keluarga yang selama ini ditutup rapat-rapat?
Simak kelanjutan ceritanya...
⚠️jangan lupa buat terus kasih dukungan dengan like, komen dan vote🌹⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Kini Cala sudah dipindahkan keruang perawatan, istri Rowan itu masih memejamkan matanya tertidur setelah dokter menyuntikkan obat bius lewat infusan agar Cala bisa sejenak beristirahat. Rowan dengan setia menemani sang istri dan duduk dikursi samping ranjang.
"Rowan.. " panggil Mom Riana, ia dan suami nya duduk dikursi sofa panjang, fasilitas yang sudah disediakan didalam ruang perawatan tersebut.
Rowan memutar tubuhnya menatap mom Riana, "ya mom ".
"Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah, jaga dan perhatikan Cala juga calon bayi mu dengan benar. Jangan sampai kejadian seperti yang Laras alami terulang lagi". Ucap Mom Riana memberi wejangan
Rowan menganggukkan kepalanya.
"Pasti mom, Rowan akan selalu jaga Cala dan calon bayi kami dengan baik".
"Bagus.. ".
Tak lama setelah itu, terdengar suara erangan Cala yang terbangun dari tidur nya. Rowan segera berbalik badan dan menatap istrinya yang terlihat membuka matanya perlahan.
"sayang, kamu sudah bangun. Ada yang sakit?".
Suara berat nan lembut itu menyapa indra pendengaran Cala, ia menolehkan kepalanya melirik Rowan yang tengah menatapnya sembari mengulas senyum diwajah tampannya.
"Rowan?" lirih Cala
"Ya sayang, ada yang sakit hm ?" sahut Rowan lembut
Blusshhh..
pipi Cala seketika memerah seperti kepiting rebus. Mendengar panggilan sayang yang terucap dari bibir Rowan membuatnya langsung salah tingkah. Cala memalingkan wajahnya malu, apalagi ia tadi tak sengaja melirik Mom Riana dan Dad Riko yang duduk tak jauh dibelakang Rowan.
Kedua orangtuanya itu tersenyum tipis, lalu berdiri dari duduknya melangkah mendekati ranjang.
"Cala sayang.. " panggil mom Riana seraya mendudukkan dirinya ditepian ranjang.
"M-mommy". sahut nya terbata-bata karena malu
"Bagaimana perut kamu, apa masih sakit ?"tanya mom Riana lembut
Cala menggelengkan kepalanya pelan, "enggak mom, sudah sedikit mendingan. Mungkin karena Cala mau kedatangan tamu bulanan jadi perut Cala sakit".
"No sayang, itu bukan karena kamu mau datang bulan tapi ada Rowan junior disini". Rowan berucap seraya tangannya mengelus lembut perut Cala yang masih rata.
"M-maksud kamu, aku?"
"Ya sayang, kamu hamil..", sahut Rowan cepat dengan raut wajah bahagia
deg..
Cala terdiam sesaat mencerna ucapan suaminya. Hamil ? Kata itu terus berputar-putar dikepalanya. Ia tidak menyangka akan mengandung benih dari pria yang menikahinya hanya untuk balas dendam.
Melihat keterdiaman Cala, Rowan segera meraih kedua tangan wanita itu lalu menggenggam nya erat.
"Cala.. Sayang? kamu baik-baik saja hm?" ujar nya dengan lembut
Cala tersadar dari lamunan nya lalu mengalihkan pandangan matanya menatap Rowan.
"Aku tidak mau anak ini". Cala mengatakannya dengan begitu tegas
Rowan membulatkan matanya mendengar itu, begitu juga dengan mom Riana dan Dad Riko. Kedua nya juga terkejut mendengar penuturan putri mereka.
"Apa maksud kamu bicara seperti itu Cala?" tukas Rowan tak habis pikir dengan istrinya
"Iya sayang, apa maksud kamu bicara seperti itu? itu tidak baik nak", ujar Mom Riana lembut
"Aku gak mau anak ini mom, aku belum siap hamil". Ucap Cala menggebu-gebu seraya memukul-mukuli perutnya.
Demi apapun, ia tidak mau mengandung anak dari pria yang tidak mencintai nya. Ia hanya tidak mau kelak anaknya tau jika ayah itu menikahi nya hanya untuk balas dendam dan berakhir menjadi korban keegoisan kedua orang tuanya.
Rowan yang melihat itu segera menarik tangan Cala dan mencengkeram nya erat.
"Hentikan Cala, apa yang kamu lakukan? kamu bisa menyakiti anak kita". Bentak nya tanpa sadar, ia geram bukan main dengan tindakan yang Cala lakukan baru saja.
"Lepas Rowan, aku tidak ingin anak ini. Aku ingin mengugurkannya", teriak Cala
Istri Rowan itu terlihat seperti orang yang frustasi dan hilang akal, dengan sigap Rowan langsung memeluknya dan mencoba menenangkannya.
"Tenangkan dirimu Cala... Jangan berbuat hal seperti ini, ku mohon". Rowan berucap dengan lembut menenangkan istrinya yang terus memberontak dari dekapannya dan kemabli memukul-mukul kuat perutnya.
Mom Riana yang melihat itu sungguh tidak tega, bagaimana bisa putrinya itu bertingkah seperti itu setelah mengetahui fakta tentang kehamilannya. Dad Riko yang berdiri disamping istrinya segera bergeser untuk menekan tombol disebelah ranjang untuk memanggil dokter.
"Aku tidak mau anak ini Rowan, aku tidak mau terus terjerat dalam pernikahan balas dendam ini.. Ku mohon lepaskan aku Rowan, tolong ceraikan aku.. " Cala menangis terisak-isak didalam dekapan Rowan.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya, menolak semua permintaan yang Cala ucapkan. Bagaimana mungkin ia akan melepaskan Cala jika didalam rahim wanita itu ada calon anak nya dan bagaimana mungkin Rowan bisa melepaskan Cala jika dia saja sudah jatuh cinta dengan istrinya itu. Bahkan sampai dunia berakhirpun, Rowan tetap tidak akan membiarkan Cala beranjak sejengkal pun dari sisinya.
Tak berselang lama dokter Arin datang bersama dengan asisten perawtanya, ia segera berjalan cepat mendekati Cala setelah melihat kondisi wanita itu yang terus mengamuk dari dekapan suaminya. Dokter Arin menyuntikkan obat penenang dan dalam waktu kurang dari 5 menit Cala sudah lebih tenang. Rowan yang merasakan istrinya tak lagi memberontak langsung mengurai dekapan itu lalu kembali membaringkan istrinya.
"Dokter apa yang sebenarnya terjadi pada putri kami?" tanya Mom Riana penasaran
"Kondisi mental nona Cala tidak stabil, dia mungkin belum bisa menerima kenyataan jika dirinya sedang mengandung. Ada beban mental yang ia pendam dan tak bisa ia ungkapkan yang membuatnya berakhir frustasi, beruntung nona Cala tidak sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupnya... Maka dari itu mohon untuk tuan Rowan terus memantau dan menjaga kestabilan mentalnya, memang butuh waktu untuk membujuk dan memberikannya pengertian. Perlahan-lahan saja dan terus bersabar, berikan perhatian yang lebih dan jangan membuat nya merasa kesepian saat mengalami masa-masa sulit ketika mengandung" Ungkap Dokter Arin menjelaskan
Rowan yang mendengar itu menghela nafas berat lalu mengusap kasar wajahnya. Dirinya tak menyangka jika istrinya mengalami hal sedemikian. Apa sikap kasarnya yang lalu membuat Cala jadi seperti ini ? jika iya, Rowan akan terus merutuki kebodohannya dan terus menyalahkan dirinya sendiri karena sudah membuat mental health istrinya terganggu.
"Tuan Rowan, saya sarankan lebih baik anda membawa istri anda ke psikolog agar kesehatan mental nya kembali membaik, itu juga demi bayi kalian yang masih ada didalam kandungan. Jika mental ibu sehat, bayi pun akan merasakan bahagia juga begitupun sebaliknya. Dan, juga usia kehamilan Nona Cala masih rentan keguguran mohon untuk terus menjaga dan memperhatikannya dengan seintens mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan", Kata Dokter Arin
"Baik dok, terimakasih atas penjelasan dan saran anda".
Bukan Rowan yang mengatakan terimakasih melainkan mom Riana, karena sedari tadi lelaki itu terus menatap wajah cantik Cala yang kembali memejamkam matanya tapi telinga Rowan tetap mendnegarkan dengan seksama apa yang Dokter Arin katakan.
"Baiklah kalau begitu, saya pamit undur diri. Jika ada hal yang dibutuhkan silakan panggil saya lagi".
Dad Riko dan Mom Riana menganggukkan kepalanya paham, setelah itu Dokter Arin dan juga asisten perawatnya langsung balik badan dan bergegas melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Cala.
.
.
.
***To Be Continue ... ***