NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:50.3k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Kencan sungguhan

Mobil King berbelok melewati hutan pinus yang berada di pinggiran kota, menuju ke arah perbukitan. Jalanan mulus terbentang di depan mata. Tiba di sebuah dataran luas yang cukup tinggi, ia menepikan mobilnya di sana. Tampak dari kejauhan beberapa orang pekerja sedang berkumpul di pinggir lapangan luas yang dipagari kawat duri. Mereka tengah duduk beristirahat, ada yang merokok, ada pula yang merebahkan tubuh beralas terpal plastik di atas tanah.

Di tengah lapangan berdiri sebuah rumah panggung sederhana, terbuat dari papan kayu yang catnya sudah pudar dan mengelupas. Tak jauh dari sana, terdapat gudang kecil tempat menyimpan berbagai macam alat dan material bangunan.

Begitu melihat King turun dari mobil. Gery, salah seorang dari para pekerja itu memisahkan diri. Melambaikan tangan pada King dan berlari menghampiri. King tersenyum, ia menyerahkan bungkusan plastik berisi makanan juga minuman ringan di tangannya yang disambut dengan gembira oleh Gery

“Bagaimana, apa semuanya lancar?” tanya King sambil mengedarkan pandangannya ke seputar lapangan di depannya. Ia sengaja datang lebih awal dari rencananya semula untuk melihat langsung pengerjaan rumah barunya yang sudah dimulai sejak beberapa hari yang lalu.

“Aku sudah melakukan apa yang Kau perintahkan, King.” Lelaki itu membuka topinya, lalu menyeka keringat yang menetes di wajahnya. Ia mulai menceritakan apa saja yang sudah para pekerja lakukan hari ini.

“Beberapa hari ke depan, Aku mungkin tidak bisa datang ke tempat ini. Aku harus kembali ke kota untuk mengurus pekerjaanku di sana. Kalau ada yang Kau perlukan, segera hubungi nomorku ini.” King menyerahkan kartu namanya pada Gery, ia menyerahkan sepenuhnya pengerjaan rumahnya pada lelaki itu.

Sebelum meninggalkan tempat itu, King menyapa para pekerjanya terlebih dahulu. Ia berpamitan lalu memanggil Gery, kemudian menyerahkan amplop coklat berisi upah para pekerjanya selama sepekan. Ia berpesan agar Gery segera memberikannya pada para pekerja sebelum hari H.

Beberapa saat kemudian, King kembali mengendarai mobilnya di jalan menuju arah hotel tempatnya menginap. Ia melongok sejenak keluar jendela mobilnya dan tersenyum. Langit yang tadi sempat tertutup awan gelap, perlahan mulai sirna dan kembali cerah. Ketika berada di lampu merah, tanpa sengaja matanya menangkap bayangan seorang bocah yang terlihat sedang asyik bermain sendiri di sebuah kafe tanpa orang dewasa mendampingi.

“Rio?” gumamnya, keningnya langsung berkerut dalam begitu melihat Rio turun dari kursinya dan berlari masuk ke dalam kafe. Lalu tak lama kemudian ia keluar lagi dan terlihat menangis memeluk erat leher papanya.

Rupanya mereka tak hanya berdua, ada dua orang wanita beda usia yang berjalan mengikuti Rio dan papanya dari belakang. Bukan Dita seperti dalam bayangan King, mengingat wanita itu adalah kekasih lelaki itu. Tapi wanita cantik dengan penampilan modis, yang mengenakan gaun sedikit terbuka di bagian da danya.

Raut wajah Dito tampak tegang, tak senang saat wanita itu berjalan cepat menyusulnya dan mencoba bicara padanya sambil berusaha menahan lengannya. Rio masih menangis dan semakin erat memeluk papanya. “Dito, Aku minta maaf!”

Lampu yang berganti warna membuat King harus segera mengalihkan perhatiannya dari drama pendek keluarga muda di depannya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sempat melirik pada Dito yang masih tampak bersitegang dengan teman wanitanya itu sebelum kemudian mereka semua masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan pelataran kafe.

Kafe Amor, King mencatat baik-baik nama itu dalam ingatannya. Masih terngiang di telinganya ucapan maaf wanita itu pada Dito. “Siapa dia?” tanya King dalam hati.

Tiba di hotel tempatnya menginap, King segera membersihkan diri. Masih ada waktu untuk berbenah sebelum kencan dengan Mika malam ini. Tanpa sadar, bibir King menyunggingkan senyum lebar seraya mengeja kata kencan sekali lagi.

“Aargh! Aku tak sabar ingin segera bertemu dengannya.” King mengempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, berbaring telentang sambil membayangkan wajah Mika.

☆☆☆

“Aku gak percaya, itu pasti hanya alasanmu saja!” Sembur Dita dari seberang telepon sesaat setelah Mika menghubunginya dan mengatakan tak bisa datang menemaninya pergi malam nanti. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Mika. Sore itu mereka berdebat sengit lewat sambungan telepon.

“Aku serius, Dit. Aku gak bisa temani Kamu jalan malam ini. Aku lupa bilang sama Kamu kalau Aku sudah ada janji sama King tadi. Sori ya,” sahut Mika sambil memasang wajah memelas yang jelas saja tak bisa dilihat Dita.

“Tetap aja Aku gak percaya. Kalian baru saja saling kenal, masa iya sudah ngajak kencan!” cibir Dita sambil menahan senyum.

Hadeh! Mika memijit tengkuknya yang mendadak tegang. Harus mengatakan apa lagi supaya Dita percaya padanya, ia bahkan sudah membohongi sahabatnya itu dengan mengatakan pada Dita kalau ia dan King akan pergi berkencan malam ini.

“Minta nomornya King, Aku mau bicara sama dia! Ya, kali aja Kamu bohong soal kencanmu sama dia.” Dita mencebikkan bibirnya, meski dalam hati sebenarnya ikut senang mendengar Mika berkencan. Karena selama ini sahabatnya itu tak pernah ingin terlibat urusan cinta, lebih baik sendiri sampai ada yang pas di hati. Begitu selalu katanya setiap ditanya kenapa masih saja bertahan jomlo sampai sekarang.

Astaga! Mika yang mendengarnya langsung tepuk jidat. Tidak menyangka Dita akan terus mendesaknya sampai demikian. Mau tak mau ia berikan nomor ponsel King yang baru saja didapatnya tadi siang, berharap laki-laki itu nanti bicara sama seperti dirinya.

“Ya udah kalau Kamu tetap gak percaya, Aku kasih nomor King sekarang. Telepon sendiri orangnya sana!” cetus Mika sebal, berusaha menutupi hatinya yang mendadak resah. Takut kalau King mengatakan tidak sesuai harapan.

“Semoga saja laki-laki itu bisa diajak kerja sama.” Mika harap-harap cemas menunggu telepon dari King juga Dita.

Lima menit, sepuluh menit, setengah jam. Hingga satu jam berlalu tak ada telepon masuk dari King atau pun juga Dita. Ponselnya hening. Hanya pesan King yang mengingatkan dirinya untuk bersiap-siap, beberapa menit kemudian.

Malam tiba, Mika sudah siap dengan setelan gaunnya yang berwarna kebiruan sepanjang lutut dan berkerah bulat tanpa lengan. Rambut panjangnya di cepol dan dijepit agar rapi, menyisakan juntai kecil di kanan kiri. Ia menunggu kedatangan King di ruang depan rumahnya sambil terus berpikir tentang ucapannya pada Dita, dan ia langsung terlonjak kaget begitu mendengar bel rumahnya berbunyi.

“Hai.”

“H-hai,” sahut Mika gugup membalas sapaan King. Lelaki di depannya itu terlihat semakin tampan dengan pakaian yang dikenakannya. Kaos slimfit warna abu yang dibalut dengan cardigan rajut warna navy, terlihat santai namun tetap keren di mata Mika.

“Sudah siap?” tanya King membuyarkan lamunan Mika. “Kita berangkat sekarang.”

King tersenyum sambil menatapnya lembut, membuat Mika tersadar dan segera mengangguk. “Sebentar, Aku kunci pintu dulu.”

King menepi, menunggu Mika selesai mengunci pintu. Memuji keberanian Mika yang tinggal seorang diri di rumahnya yang terbilang cukup besar.

“Aku siap.”

King kembali tersenyum dan meraih tangan Mika dalam genggamannya, menggandengnya menuju mobilnya. Sama seperti sebelumnya, lelaki itu dengan sabar membuka pintu untuk Mika dan memastikannya duduk dengan nyaman sebelum menutup kembali pintunya.

Lelaki itu duduk di belakang kemudi, menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang dan tak tampak terburu-buru. Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara, hanya suara musik dari tape yang terdengar.

Mika tak tahan dengan suasana itu, ia merasa harus menanyakan sesuatu pada King. Mungkin saja King tak nyaman dengan ucapannya hingga Dita harus menghubunginya. “King, Aku minta maaf!”

King menoleh, menatap Mika heran. “Kenapa minta maaf.”

“Aku tahu Dita menghubungimu dan menyampaikan padamu kalau Aku tak bisa menemaninya pergi karena akan berkencan denganmu malam ini. Maaf, Aku harus mengatakan kebohongan ini padanya, sampai membuatmu tak nyaman berjalan bersamaku sekarang. Aku ...”

Cup!

Mika membelalakkan mata, terkejut dengan apa yang dilakukan King padanya. “Barusan tadi apa?”

King mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya dan sekali lagi bergerak cepat membungkam mulut Mika. “Tidak ada kebohongan yang terjadi. Ini kencan kita yang sesungguhnya,” ucap King, menatap lekat mata Mika yang menatapnya setengah tak percaya.

“Kencan kita sungguhan?”

King mengangguk dan tersenyum, mata Mika mengerjap lalu terpejam rapat begitu King melabuhkan bibirnya lagi.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!