NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 Circle Elit

“kalian ngapain disini?” tanya Jigar yang melihat kedua temannya datang.

“Tadinya kita mau kekantin tapi liat kalian disini, jadi jita samperin aja dulu, iya jan” Wina meminta Nia mengiyakan ucapannya.

“Iya, soalnya kita nggak jadi masuk” tambah Nia.

“kok Gue nggak tau kalau nggak jadi masuk?” Tanya Jigar pada kedua temannya yang kini telah melihatnya dengan ekspresi malas.

“hei Jigar Ardiantara, emang sejak kapan Lu peduli sama ponsel mahal Lu itu” kesal Nia mencibir Jigar.

“Ponsel doang elit dihubungin sulit” tambah Wina yang juga ikut kesal dengan Jigar

Jigar mengambil ponselnya yang ada disaku celananya. Dan benar saja disana sudah ada beberapa pesan grup yang masuk dan juga panggilan dari Nia yang tida Ia jawab.

“Maaf HP ku ke silent” jawabnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal

“Ya udah mending sekarang kita ke kantin, Gue juga laper soalnya nggak sempat sarapan” usu Gisel.

Gisel juga bahkan telat bangun dan anehnya Ia bisa tertidur lelap dengan posisi yang sulit.

“Ayo lah, Gue juga laper banget semalaman begadang di lab” Jawab Wina dengan mukanya yang memang tampak lusuh.

.

Ke enam orang tersebut berjalan sembari bercerita ria memasuki arena kantin yang juga cukup ramai.

“Gila itu Jigar yang anak seni dan jago dance itu kan” ucap salah satu mahasiswa dengan tatapan kagum.

“kalian tahu nggak ternyata Jigar itu adiknya kak Juan, pantes banget mukanya mirip terus gantengnya kaya nggak jauh beda gitu” mahasiswa lain juga ikut menimbrung

“Jangan lupa si Candra juga saudaranya Kak Haikal” nimbrung lainnya “dan liat yang menjadi teman mereka, canti gitu kita ini bisa apa untuk berteman” lanjutnya dengan suara lirih dan dibuat sedih.

“itu mah namanya circle elit” yang lain juga ikut menambahkan “udah muka spek dewa dewi, dan Gue yakin mereka bukan dari kalangan miskin pakaian mereka aja branded semua” sambungnya dengan kagum dan iri.

.

“Malu Gue, kayanya anak-anak lagi ngomongin kita deh” Gisel memajukan badanya ke agar teman-temannya mendengar suaranya.

“Gue yakin sih kita diomongin gara-gara nih dua curuk” Nia menunjuk Candra dan Jigar

Jigar yang tidak percaya dengan tuduhan Nia memperlihatkan wajah yang syok dan tidak mengerti apa maksud dari tuduhan Nia terhadapnya dan juga Candra.

Candra hanya memutar kedua bola matanya malas, Ia tahu persis maksud pembicaraan Nia, dan Ia juga tidak memungkiri itu, karena Ia diam-diam kepo dengan apa yang dibicarakan orang-orang sekitar mereka yang jelas memuji mereka berdua karena bersaudara dengan orang yang cukup dikenal dikampus.

“Emang kenapa sih sama mereka berdua?” Tanya Karin yang belum mengerti dengan arah pembahasan mereka.

“jadi cewe-cewe yang lagi bisik-bisik sedari tadi mengagumi Candra dan Jigar yang merupaka saudara dari orang-orang terkenal di kalangan mahasiswa.

Ralat bahkan ke empat pria itu juga terkenal dikalangan dosen-dosen dengan bakat dan kemampuan mereka semua yang sering mengharumkan nama kampus sebagai perwakilan ataupun kegiatan lainnya.

“Oh gitu yah” jawabnya menganggukan kepalanya paham

.

Setelah perdebatan panjang kini ke enam orang itu sudah berada diruang karaoke.

Ya, saat ini mereka ingin bernyayi mengisi waktu luang sebelum kembali dengan kegiatan yang begitu banyak. Dengan upaya Nia mengajak dan akhirnya mereka berakhir diruang karaoke yang telah disarankan Nia sebelumnya.

“Ya udah Gue penasaran katanya kan suara Lu bagus” ucap Nia yang memberikan mikrofon pada Candra.

Jigar hanya tersenyum tipis, entahlah Ia juga merasa bangga dengan bakat yang dimiliki sahabatnya itu walaupun kadang menyebalkan karena Ia selalu dibandingkan dengannya.’

‘baru saja berakhir

‘hujan di sore itu…

‘menyisakan keajaiban

‘kilauan indahnya Pelangi…….

…….

“Wahh gila ternyata suara Lu emang se enak itu yah” Wina tidak bisa menahan ke kagumnya dengan suara Candra yang cukup memukau

Candra hanya menepuk tangannya pelan mendapat pujian dari Wina

“Terimakasih terimakasih…” ucapnya dengan senyum simpulnya.

Setelah itu mereka silih berganti bernyanyi menunjukan bakat masing masing, namun tetap saja Wina, Nia dan Candra yang lebih dominan karena ketiganya benar-benar mempunyai bakat nyanyi yang diatas rata-rata.

.

Di tempat lain, ke empat pria tampan yang sedang disibukkan dengan kegiatan masing-masing namun masih ada ditempat yang sama.

“Lu kenapa sih Kal, salah tidur?” tanya Riza yang memperhatikan Haikal selalu memijit lehernya.

“Hmm” jawabnya singkat yang membuat Riza kesal dengan tingkahnya.

“Gue ada koyo, Lu mau nggak, kali aja bisa ngurangin pegalnya” tanya Jeno yang cukup sering bepergian dengan kotak P3Knya

“Mana?” tanya Haikal sembari memijit lehernya.

“Tunggu bentar” Jeno saat ini sedang bermain game yang ada diponselnya bersama dengan Juan.

Haikal menyandarkan kembali kepalanya pada sandaran sofa yang diharapnya mengurangi pegal pada kepalanya.

Mungkin semalam Ia terlalu mabuk pikirnya hingga Ia bisa tertidur dengan posisi yang cukup menyulitkan.

“Kal, Lu nggak mungkin nggak tidur semalaman kan” tanyanya dengan nada curiga, namun Ia Kembali berpikir “Lu bahkan pulang dengan ke adaan mabuk, Apa masih nggak bisa tidur?” tanya Riza memastikan kondisi Haikal

“Gue tidur, bahkan saking lelapnya Gue nggak sadar kalau tidur dengan posisi yang sangat tidak enak” ucapnya dengan santai tanpa mempedulikan wajah tidak percaya sahabat-sahabatnya.

Riza menganggukan kepalanya, tampaknya Haikal tidak berbohong tentang tidur nyeyaknya.

“Juan, Jen Lu pada mau ke kantin nggak?” tanya Riza.

“Nggak, pesan makan aja Za, biar nggak repot” jawab Juan yang Lelah harus turun naik hanya untuk pergi makan.

“Gue juga mau periksa grafik saham Perusahaan, bokap udah ngirimin filenya” jawab Haikal kembali membuka matanya yang sebelumnya Ia pejamkan

Riza pun membuka ponselnya untuk memesan beberapa makanan yang akan dimakannya bersama para sahabatnya.

“Za, telponin Jigar sekalian kalau belum makan biar dipesankan sekalian” ucap Juan namun fokusnya tetap pada ponselnya.

Riza menarik nafasnya kesal pada Juan yang memerintahnya seolah-olah Ia sedang bekerja, padahal kan Ia hanya sedang bermain game. Namun Riza tetap melakukannya walaupun Ia harus bernafas denga susah payah karena menahan kesal.

‘Halo Gar, Lu dimana?”

….

‘Ya udah, tadinya Gue mau mesenin Lu makan kalau belum makan’

….

‘Iya Gue di ruang BEM, lu kalau nggak ada kelas bisa kesini’

….

‘Iya byee’

Riza menutup telponnya lalu Kembali mengutak atik ponselnya memesan makanan untuk mereka ber empat.

“Jigar udah makan” Bukan Juan namun Jeno yang bertanya,

“Udah katanya dia makan bareng teman-temannya sama teman si Candra juga” ucap Riza.

“Emang tu anak-anak seakrab itu yah?” tanya Jeno yang mengerutkan dahinya seolah berpikir keras. Ia pikir mereka hanya akan berkumpul saat makan bersama di rumah Juan saja.

“Lu jangan sampai lupain si Candra yang bisa berteman sama siapa aja yah” sambung Juan yang seolah memuji Candra yang begitu mudahnya akrab dengan orang lain, bahkan Ia akrab dengan satpam kompleks perumahannya.

“Tapi Lu pada nggak tahu kan kelakuan Candra yang ngeselin itu, bahkan waktu Gue belanja sama Nia. Mereka berdua bertengkar sepanjang berbelanja” jelas Jeno yang mengingat bagaimana kedua orang itu berdebat.

“Nia…” Juan berpikir mencoba mengingat yang mana Nia.

“Yang bantui Lu masak didapur, masa lupa sih” Jeno membantu Juan mengingat Nia.

Ya bagaimana lagi, Juan cerdas dalam mengelola Perusahaan bahkan dengan jurusan yang diambilnya yang tidak berhubungan dengan bisnis namun memori otaknya begitu kurang dalam meningat hal yang sepele.

“oh…” Juan membulatan mulutnya dan menganggukan kepalanya.

“Ingat Lu?” tanya Riza yang juga penasran.

“Sepertinya iya” jawabnya dengan cengiran yang meyakinkan.

“Akhh” teriak Riza yang sudah yakin dengan kapasitas ingatan Juan.

Juan bahkan pernah melupakan mereka ada didalam ruangan dan mengunci ruangan yang didalamnya ada anggota inti BEM yang sudah beristrahat.

Juan menggaruk tengkuknya melihat tatapan frustasi Riza yang kini tertuju padanya.

Haikal hanya menatap teman-temannya dengan tertawa pelan, Ia pun juga menyadari bagaimana keunikan teman-temannya yang tidak diketahui halayak ramai terutama Mahasiswa Bunga Bangsa yang sangat mengidolakan bahkan mendewakan mereka.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!