Choi Lia, gadis cantik yang terkenal memiliki sifat arogant. Mencintai Lee Taeyong, sayangnya rasa sukanya bertepuk sebelah tangan. Untung ada sahabatnya, Giselle yang selalu ada untuknya.
Han Jisung, cowok pendiam dan penuh perhatian. Kemana mana selalu bersama Winter, entah apa hubungan di antara keduanya. Tak ada yang tahu pasti.
Cinta seiring waktu, kata yang tepat untuk Lia dan Jisung.
Tapi?
Ada sebuah rahasia tersembunyi ?
Lia? Jisung? Winter? Taeyong? Giselle?
#StrayKids
#AESPA
#ITZY
#NCT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bening Hijau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EmPaTBeLaS
Jadwal kuliah yang begitu padat, selama satu bulan penuh membuat Lia dan Jisung tidak bisa menghabiskan waktu bersama.
Keduanya, hanya bertemu saat kuliah itu pun bisa di hitung jari. Tapi, tenang keduanya sering berkirim pesan dan berbicara di telepon saat malam hari.
Maklum lah, Lia dan Jisung keduanya sama sama Pelajar semester akhir. Jadi, kuliah lebih penting daripada berkencan. Keduanya sama sama punya cita cita lulus dengan nilai terbaik.
"Ini, makanlah saat istrahat nanti".
Lia menerima bekal dari Jisung, keduanya memang sudah janjian semalam bertemu di sebuah tangga darurat yang berada di gedung fakultas desain sebelum memulai kelas pertama di pagi hari ini.
Tangga darurat, tempat yang sepi dan jarang ada orang yang mau menaikinya. Biasanya, para pelajar lebih suka memakai lift menuju kelas mereka.
"Terima kasih, Jisung".
Jisung mengusap surai rambut Lia dengan tangannya. Dia gemas melihat ekspresi dari gadis ini.
"Akhir pekan nanti, jadwal mu kosong?"
Jisung ingin mengajak Lia kencan lagi ke suatu tempat.
"Maaf, Jisung. Aku sudah janjian dengan seseorang", sebenarnya di dalam hatinya Lia ingin menghabiskan waktu akhir pekan nya bersama pemuda ini.
Dengan senyuman lembut, Jisung mengangkat wajah Lia yang sekarang menuduk ke bawah. "Dengan Giselle, tidak apa apa. Aku tak masalah", dia bukan lah tipe pemaksa.
Hubungan mereka masih sebatas saling mengenal satu sama lain, belum pacaran.
Bukan dengan Giselle, Lia memiliki janji dengan Yuna. Tapi dia tak mau menggatakan hal tersebut pada Jisung. Biarlah, pemuda ini berargumen seperti itu. Dia memang membuka hatinya untuk pemuda ini, hal yang mengenai privasi harus di rahasia.
"Aku pergi dulu, sebentar lagi kelas ku di mulai", sebelum pergi dari sana. Jisung mencium pucuk kepala Lia, untuk memberi semangat pada gadis itu agar menjalani hari ini dengan senyuman.
Wajah Lia merona hebat di perlakukan seperti itu, untung tak ada yang melihatnya di sini. Meningalkan tangga darurat, ia pergi menuju kelasnya.
Waktu menujukan pukul 13.30 KST, akhirnya kelas pertama dan kedua telah selesai. Dengan tampang lesu, Lia berjalan meningalkan gedung fakultas nya.
"Baru selesai kelas nya" sapa Giselle yang sudah menunggu Lia di salah bangku taman kampus.
Lia menaruh kepalanya di pundak Giselle, mata kuliah hari ini membuat otaknya pusing 7 keliling.
"Kalau, begitu ayo kita makan di kantin sana" Giselle mengandeng tangan Lia menuju kantin yang berada di taman kampus ini.
Mendengar kata makan, Lia teringat akan bekal pemberian jisung. Dia seketika menghentikan langkah kakinya membuat Giselle keheranan.
"Aku tidak bisa makan di sana karena hari ini diriku membawa bekal. Aku tak enak makan di sana, nanti pemilik kantin akan merasa tersingung" Lia mengeluarkan kotak bekal pemberian Jisung menujukannya kepada Giselle, membuat gadis itu tersenyum lirih.
Walau kecemburuan sekarang bersarang di hati Giselle, sebisa mungkin dirinya akan bersikap normal di hadapan Lia. "Tak masalah, ayo kita makan di sana. Kau makan bekal mu sedangkan aku makan pesanan ku. Tenang urusan pemilik kantin serahkan padaku", mengandeng tangan sang sahabat menuju kantin.
Bunga bunga sakura masih berguguran, menemani Lia dan Giselle menyantap hidangan masing masing.
"Boleh ku cicipi sedikit bekal mu?" Dengan senang hati Lia menaruh sepotong sushi di piring Giselle, gadis itu mulai memakannya. Apa pun yang di buat oleh nya pasti rasanya enak.
"Apa sesuai selera mu?" Giselle tersenyum lebar sebagai jawaban IYA membuat Lia senang sang sahabat juga menyukainya.
"Apa kau membuatnya sendiri?"
"Ini di buatkan oleh bibi ku tadi pagi"
Giselle tahu Lia berbohong padanya, tapi ini belum saatnya. Jadi dia pura pura mempercayai ucapan sahabatnya ini.
"Oh, ya,
Oh, ya, tiket hadiah mu sudah kau pakai?" Giselle menganti topik lain, agar suasana tak canggung.
Tiket Hadiah
Lia sudah menjualnya secara online kepada seseorang di dunia maya. Soalnya, dia butuh untuk membayar goshiwon nya. Kiriman dari Ayahnya di desa tak cukup untuk biaya hidupnya di sini.
"Aku memberikannya kepada bibi ku, kasihan anak bibiku yang masih TK belum pernah di ajak belibur sama sekali. Jadi aku memberikan tiket hadiah ku agar mereka menghabiskan waktu sebagai orang tua dan anak pada umumnya" Kali ini dia berbohong lagi.
Giselle mendengarkan penjelasan Lia dengan raut wajah yang sulit di mengerti. Entah apa yang ada dalam otak gadis ini.
Melihat ponsel pintarnya, ternyata Giselle masih ada kelas. Dia pun segera berpamitan kepada Lia.
Akhir pekan telah tiba...
Lia menunggu Yuna di sebuah halte bus sambil membawa paper bag besar.
Sebuah motor sport, berhenti di hadapan Lia.
"Jisung? Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini? Padahal aku mengirimi pesan padanya kalau aku pergi dengan Giselle ke taman bermain. Apa dia memata matai ku atau telepon telah di sadapnya?"
Kenapa Lia bisa berpikir seperti itu di dalam otaknya, pasalnya motor sport yang berhenti di hadapanya kini pernah di kendarai oleh Jisung saat tempo lalu.
Orang yang berada di motor sport itu pun turun. Memarkirkan sepeda motor nya di tepi pemberhentian bus. Melepaskan, helm yang di pakai nya pelan pelan. Mendekat ke arah gadis itu.
Lia tak berani membuka matanya, dia takut harus berkata apa saat Jisung menghampirinya nanti.
"Kenapa? Kau menutup matamu?"
Ini bukan suara Jisung.
Ini suara seorang Wanita.
Pelan pelan Lia membuka matanya, dia kaget sosok Yuna di depan matanya.
"Kau kenapa? Melihatku seperti hantu" Yuna merasa aneh di tatap seperti ini. Dia lalu mengecek dahi gadis itu, mungkin mengalami demam.
Merasakan sentuhan tangan Yuna di dahinya, Lia tersadar dari lamunan indahnya. "Motor sport itu milik mu?" Tanyanya sambil menujuk ke arah sepeda motor yang terparkir tersebut.
"Iya, kau tadi tak melihat ku ke sini menaiki sepeda motor ini!" Memang ada yang salah kalau wanita bisa mengunakan motor sport. Yuna ini adalah seorang pembalap profesional dan terkenal, menurut pendapat pribadinya sendiri.
Lia menarik nafas sedalam dalam nya lalu di hembuskan nya secara perlahan lahan. "Ini hanbok mu", lalu menyerahkan paper bag besar ke tangan Yuna.
Yuna menerimanya dengan senang hati. "Mau kemana kau?" Dia melihat gadis itu ingin kabur darinya.
"Ada apa!?" Menurut Lia urusannya dengan gadis ini telah selesai. Dia telah mengembalikan hanbok tersebut dengan keadaan masih bagus seperti sebelumnya.
Alasan Lia kabur dari Yuna, karena ingin segera menelpon Jisung. Meminta penjelasan kepada pemuda itu, kok bisa memakai motor sport milik gadis ini tempo lalu.
Apa Jisung ingin mempermainkan nya ?
Di kampus, kemana mana dengan Winter.
Di luar, dekat dengan gadis ini.
Lia tak mau sakit hati untuk kedua kalinya.
semangat berkarya kakak...