Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Jam menunjukkan pukul lima sore semua karyawan COWEL Corp bersiap-siap pulang begitu juga dengan Dinda yang seharian melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tugas utama sebagai sekertaris, sepanjang hari Simon hanya memberi tugas layaknya office girl, mulai dari membuatkan kopi, membelikan cemilan, membersihkan ruangan Simon yang sengaja di buat berserakan.
Simon keluar dari ruangannya berjalan acuh melewati Dinda begitu saja menuju lift membawanya turun ke basement dimana mobilnya terparkir.
Dinda melirik jam di tangannya, mematikan komputer, meraih tas dan bergegas pergi menuju lobi sambil mengotak atik ponselnya melakukan pesanan ojek online, setelah menunggu beberapa menit ojek pesanan Dinda pun datang dan membawanya pergi meninggalkan COWEL Corp.
Setelah Sampai di tempat kos, Dinda melemparkan tasnya asal dan merebahkan tubuhnya di ranjang melepaskan penat seharian bekerja sebagai office girl.
Di Apartemen Simon duduk di Sofa memandangi kotak yang berisi gaun warna cream yang datang bersamaan dengan pesanan Jasnya.
"Apa ini gaun milik ubur-ubur" Gumam Simon "Lumayan juga seleranya" Simon menutup kembali kotak gaun dan beranjak meninggalkan Kotak gaun itu tergeletak di meja masuk ke dalam kamar.
Simon melepas satu persatu pakaian yang ada di tubuhnya hanya menyisakan boxer dan berjalan menuju kamar mandi, setelah mengisi penuh jacuzzi Simon merendam tubuhnya ke dalam air hangat yang membuatnya rileks, seberkas senyum terbit di bibirnya teringat dengan wajah frustasi Dinda yang terpaksa membersihkan seluruh ruangan Simon yang sengaja di buat berantakan. "Besok penderitaanmu lebih panjang gadis ubur-ubur dan kau pasti akan menyerah dan meninggalkan perusahaanku atas kemauanmu sendiri" ucap Simon menyeringai. Setelah cukup lama berendam Simon mengguyur badannya di shower dan setelah beberapa menit dia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melingkar di pinggang.
Simon berjalan masuk ke dalam walk in closet mencari baju favoritnya, kaos oblong warna hitam dengan logo superhero dan celana pendek chino warna cream.
Setelah memakai pakaiannya Simon naik ke ranjang empuknya menyandarkan punggungnya pada headboard "Apa yang ingin aku lakukan, masak iya Simon Alfa Cowel tidur jam segini APA KATA DUNIA" ucapnya bermonolog.
Simon beranjak dari ranjangnya dan memasukkan ponsel di saku celananya berjalan keluar kamar menuju dapur "Lapar sekali" Simon membuka lemari es tapi hanya air putih yang di temuinya "Kulkas Kok isinya cuman air" gerutunya karena memang stok makanan di apartment nya sudah kosong.
"Sebaiknya aku ke tempat Daniel, dia pasti banyak stok makanan" gumamnya teringat dengan sahabatnya yang memiliki hobi masak.
Akhirnya Simon memutuskan pergi ke apartemen Daniel yang masih satu lantai dengannya.
Ting Tong
Simon menunggu beberapa menit namun tidak ada respon
Ting Tong
Ting Tong
Ting Tong
Ting Tong
Ceklek
"Kau kurang kerjaan mainan Bell dari tadi" hardik Daniel yang keluar hanya menggunakan handuk karena terburu-buru keluar kamar mandi
"Aku sudah menunggu lama di luar Niel tapi kau tidak membukakan pintu" ucap Simon
"Heh! otakmu sedang piknik kemana, sejak kapan kau masuk ke apartemenku menekan bell" ucap Daniel geram, bukankah Simon sudah tau nomor sandi rumahnya, biasanya juga maen nyelonong begitu saja.
"Oh Niel hari ini dewa kesopanan sedang merasuk ke jiwaku, mangkanya aku tekan bell" ucap Simon berkilah sambil nyelonong masuk "Apa kau tidak masak hari ini" tanya simon tanpa rasa bersalah. Daniel mendengus tanpa menjawab dia kembali masuk ke dalam kamarnya melanjutkan ritual mandi yang tadi sempat tertunda gara-gara Simon.
Simon berjalan ke dapur, dia mengobrak abrik isi dapur Daniel layaknya dapur sendiri mencari sesuatu yang bisa di pakai untuk mengisi perutnya. Simon mengambil potongan cake dalam kulkas meletakkan di sebuah piring kecil dan membawanya di meja makan "Lumayan untuk ganjalan perut" Gumamnya sambil memakan cake.
Daniel keluar dari kamarnya dengan menggunakan baju rumahan menghampiri Simon di meja makan.
"Kau itu seorang Cowel perusahaanmu belum bangkrut kenapa makan saja masih mengais milik tetangga" ucap Daniel sarkas.
"oh ayolah Niel jangan perhitungan, aku sedang malas keluar tidak ada teman" ucap Simon
"kau kan bisa delivery" ucap Daniel sembari tangannya berkutat dengan peralatan dapur.
"Apa gunanya aku punya tetangga pandai memasak" ucap Simon sambil mencomot cake.
Daniel menggeleng, dia mengambil piring dan memasukkan nasi goreng spesial buatannya lalu membawanya ke meja makan, Simon menelan ludahnya melihat Daniel menyuap nasi goreng ke mulutnya.
Tanpa pikir panjang Simon langsung mengambil piring milik Daniel dan tanpa rasa bersalah dia memakannya sampai habis "Kau itu jangan pelit, harus banyak sedekah" celetuk Simon dengan mulut penuh makanan.
"Cih! Sedekah? Kalau kau sudah bangkrut baru aku memberimu sedakah" ujar Daniel.
"Lambemu (Mulutmu)" ucap Simon menirukan Kanjeng Mami. Setelah kenyang Simon meletakkan piring begitu saja di meja dapur dan berjalan keluar Apartemen Daniel tanpa pamit
"Apa dewa kesopananmu menghilang setelah perutmu kenyang" teriak Daniel.
Simon melambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang.
"Memang dia pikir ini restoran" gerutu Daniel.
Simon merebahkan tubuhnya di atas ranjang perutnya benar-benar kekenyangan setelah menghabiskan kue dan nasi goreng sayup-sayup matanya pun terpejam.
.
.
Pagi Hari Dinda sudah Siap menyambut harinya dengan senyum ceria menyambut atasannya datang.
"Selamat pagi tuan" sapa Dinda tersenyum melihat Simon.
Alih-alih menjawab sapaan Dinda Simon malah melemparkan paper bag ke arah Dinda untung saja Dinda selalu sigap menangkap paper bag ke dalam dekapannya
Tanpa rasa bersalah Simon berjalan masuk ke dalam ruangannya.
"Apa ini" Gumam Dinda memeriksa isi paper bag. Wajahnya berbinar saat melihat gaun yang dia pilih kemarin "Bagaimana bisa ada padanya, apa jangan-jangan ini di kirim bersama Jas tuan" gumam Dinda.
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.