Cinta datang tanpa diundang. Cinta hadir tanpa diminta. Mungkin begitu yang dirasakan oleh Halim saat hatinya mulai menyukai dan mencintai Medina-gadis yang notabene adalah muridnya di sekolah tempat dia mengajar.
Halim merasakan sesuatu yang begitu menggebu untuk segera menikahi gadis itu. Agar Halim tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu.
Apakah Halim berhasil mendapatkan hati Medina?
Apakah Medina menerima cinta dari Halim yang merupakan Gurunya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ils dyzdu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Medina hanya memainkan hp-nya tanpa ada niatan untuk membalas si pengirim pesan. Dia duduk dengan lesu. Saat ini posisinya sedang ada di kantin. Ini istirahat kedua, waktunya makan siang. Tapi sepertinya Medina enggan memesan sesuatu.
[Adek? Adek di kelas berapa?]
[Dek?]
[Adek?]
Rentetan pesan WhatsApp yang isinya hampir sama berbunyi terus sedari tadi.
Tak lama, Nona datang membawa 2 gelas jus jeruk. Dia mengambil tempat di samping Medina.
“Minum, Me.” Nona menggeser gelas itu ke hadapan Medina.
“Hm.” Medina menoleh pada Nona yang sibuk menyedot jus jeruk yang tampak segar itu. “Na, apa elu pernah suka sama cowok?”
“Uhuk! Uhuk!” Nona tiba-tiba tersedak. Dia langsung menoleh dengan senyuman jahil. “Eh, eh. Ada apa nih tiba-tiba nanya begituan?”
Medina menyipitkan matanya sebelah. “Na, gue lagi serius!”
Nona terkekeh. “Gue pernah suka sama seseorang, Me. Tapi dulu waktu kita SMP. Kenapa?”
Medina mendesah. “Kalau gue suka sama laki-laki wajar kan, ya?”
“Ya Allah, Medina! Wajar, dong! Ada-ada aja ‘sih lu kalau ngomong.”
Medina tersenyum simpul. “Tapi, apa gue pantas suka sama dia? Gue ini, ck! Apalah gue ini.”
“Hah? Maksud elu?”
Medina menyerahkan hp-nya untuk Nona lihat. Mata Nona membulat ketika membaca semua pesan dari Halim pada Medina. Senyumnya langsung muncul.
‘Tuh ‘kan! Bener dugaan gue kalau Pak Halim suka sama Medina.’
“Masya Allah, Me. Beruntung banget ‘sih elu jadi orang. Orang yang digilai sama seluruh siswi di sekolah ini, ternyata menempatkan hatinya sama elu!”
Medina menghela nafas. “Tapi apa iya, bisa dibilang dia suka sama gue?”
“Ya Allah, Medina?” Nona gemas sendiri dengan sahabatnya ini. Sudah jelas-jelas Halim itu memang suka sama dia. Dilihat dari cara mandangin Medina, dan sekarang sibuk mengirim chat.
‘Gue jadi yakin! Pak Halim pasti mengira kalau Medi ngelihat dia jalan berdampingan sama Bu Rania tadi. Dan Pak Halim takut Medi marah. Uuhh sweet banget gak ‘sih?’
“Me, memang lu dah pernah ketemu sebelumnya sama Pak Halim?”
“Udah. Waktu itu gue baru pulang nganter tempe sore-sore. Tiba-tiba hujan, ya gue cari tempat teduh di halte simpang sekolah. Di sana ternyata udah ada Pak Halim duluan. Gue gak tahu kalau dia ternyata guru baru di sini, Na. Memang ‘sih, dia sering ngelihatin gue selama neduh di sana.”
Nona yang mendengar langsung menutup mulut dan mata berbinar. “Ya ampun! Sweet banget. Tapi beneran ‘deh! Gue ngerasa Bapak itu suka sama elu, Me.”
“Ah, sok tahu!”
“Ck! Ah elah! Gue udah sering merhatiin Pak Halim mandangin elu, tahu! Cara mandangin dia sama elu itu beda dari yang lain.”
Medina geleng-geleng kepala. Tidak mengerti what the maksud si Nona.
Nona mendengus. Lubang hidungnya langsung kelihatan seketika. “Lain kali kalau lu gak punya kerjaan, coba ‘deh perhatikan Pak Halim. Beliau pasti kasih tatapan horor sama yang lain. Tapi pas tiba sama elu, tatapan beliau langsung berubah sendu dan penuh cinta.”
“Ya, nanti gue perhatikan.”
“Eh, Me? Tapi elu sendiri gimana? Lu suka juga 'kan sama beliau?”
Medina diam sejenak, lalu mengambil nafas dalam-dalam dan menghembusnya. “Hehe, perempuan mana yang gak suka sama dia, Na?”
Mulut Nona naik sebelah. “Eeeegh?”
Medina ilfeel. Dia mencebikkan bibir. “Astagfirullah. Lu gak ngerti maksud gue?”
Nona menggeleng cepat. “Kagak!”
“Gue yakin, semua perempuan yang ngelihat wajah Pak Halim, pasti akan langsung suka, Na.”
“Tapi, elu memang suka ‘kan? Maksudnya, bukan sekedar kagum karena handsome-nya, tapi karena memang dari hati elu ‘kan?”
Nona sudah gemas setengah mati. Rasanya ingin sekali dia mengguncangkan kepala Medina saking gemasnya.
Medina tersenyum. Nona menahan nafas melihat senyum Medina. Jangan sampai Medina memberikan jawaban yang ingin membuat dirinya menggaplok kepala sahabatnya itu.
“Ayo jawab ‘dong, Me!”
“Gue sebenarnya suka sama pria yang 2 kali gue temuin di mushola. Yang suaranya begitu merdu membaca ayat-ayat Alquran ketika dia sholat waktu itu.”
Gubrak! Nona langsung cengap-cengap. Tuh ‘kan! Medina! Lain yang ditanya lain yang dijawab. Hem, begini banget bahas percintaan dengan Medina-yang notabene gadis alim berhijab syar’i spek bidadari, yang tidak pernah dekat dengan cowok.
Eh tunggu dulu! Bukannya pria itu Pak Halim, ya? Medina ‘kan pernah cerita soal pria itu. Omaygat!
“Me, Me! Tunggu dulu! Itu bukannya-“
Medina mengangguk. “Kayaknya gue udah merasa berdosa ‘deh kalau ingat-ingat itu. Soalnya, 2 kali gue denger dia melafalkan ayat suci, gue langsung merasa nyaman. Semenjak gue tahu kalau pria itu ternyata Pak Halim, dada gue jadi sering berdebar-debar.” Medina menyentuh ujung hijab dan meremasnya sedikit.
Nona tersenyum geli. “Medi! Medi! Itu namanya kasmaran, ege! Lagi pula, dosa apa ‘sih? Elu kan Cuma suka. Toh, rasa suka pada seseorang itu wajar di usia kita.”
Medina memandang geli Nona yang semangat bicaranya mirip motivator.
“Tapi elu harus tahu, Na! Menyukai seseorang yang bukan mahram itu ‘kan dosa. Gue dan beliau itu, gak ada hubungan apa-apa.”
Nona terkekeh. “Iya sekarang gak ada hubungan apa-apa. Siapa yang bisa menjamin suatu hari nanti kalian berjodoh? Acecepiwit! Langsung terikat dengan hubungan pernikahan.”
Medina mendelik dan mendengus. “Terserah elu mau ngomong apa!”
Medina menggeser gelas jus dan menyedotnya hingga tandas.
“Na, nih pesanan elu!” Zial-Anak pemilik kantin-meletakkan sepiring nugget ke atas meja.
“Aduh! Aduh! Maacih banyak Kak Zial. Manis banget ‘deh, ah!”
Zial yang dipuji begitu jadi senyum-senyum sendiri. Dia langsung pergi karena harus membantu Ibunya lagi.
Medina memukul lengan Nona. Nona langsung protes.
.........*****........
Halim yang hatinya sudah gelisah, memilih untuk pergi ke kantin. Mana tahu si doi sedang berada di sana. Karena belakangan ini, dia sudah tidak betah lagi berada di ruang Guru saat jam istirahat.
Di sana, Halim merasa terus diawasi oleh para pemilik mata-mata lenjeh. Jadi tempat alternatif untuk kabur kalau tidak ke perpus ya ke kantin.
“Bang Halim! Tunggu!”
Suara berat seorang pria menghentikan langkah Halim. Halim segera menoleh. Seorang pria tengah berlari kecil ke arahnya.
“Bang Halim mau ke kantin? Saya ikut, ya?”
Halim tersenyum lalu mengangguk. Mereka berjalan berdampingan.
‘Serasa memiliki Adek cowok aku!’
Pria yang berjalan di samping Halim bernama Abbas, 25 tahun. Seorang Guru PNS yang baru saja ditugaskan di sekolah itu. Dia mengajar mata pelajaran olahraga.
Abbas memiliki wajah manis. Tinggi proporsional dan bertubuh tegap. Dia sering ikut Halim ke kantin ataupun ke perpus saat jam istirahat.
Abbas merasa, Halim begitu ‘welcome’ sama dia yang notabene Guru baru di sekolah. Makanya, alih-alih memanggil teman sejawatnya itu dengan ‘Pak’, Abbas malah memilih memanggil Halim dengan ‘Abang’.
‘Serasa memiliki Abang gak ‘sih?’
Melihat para Guru tampan berjalan bersama begitu, membuat mata para Siswi langsung keluar bintang.
“OMG! Para aktor tampan datang ke sini, weee?”
“Mata gue kelilipan, ingin berkedip-kedip manjah terus sama Pak Halim!!”
“Pak Abbas! Manis banget!”
“Pak Halim! Godain kita ‘dong!”
Halim hanya diam saja. Pandangannya tetap lurus ke depan. Berbeda dengan Abbas yang masih mau tersenyum menanggapi Siswi-siswi genit itu.
Hanya beberapa langkah lagi dekat dengan kantin, netra Halim langsung berkeliling mencari keberadaan Medina.
Gotcha! Halim tersenyum, ketika sudah menemukan gadis pujaannya sedang makan seblak dengan semangat di meja yang berada di pojokan.
Mana ingusnya meler lagi. Uuhh, seblaknya pasti pedes. Manis banget gak ‘sih pemandangan itu?
‘Ah! Hati ini kenapa bisa tahu dia ada di sana? Duh, itu ingusnya meler! Tanganku jadi ingin tergerak untuk mengelapnya. Apakah ini yang dinamakan jodoh? Ya Allah, jodoh! Jodoh! Jodoh!’
........*****........
Assalamu'alaikum Pembaca akoh yang manis. Akoh ucapkan selamat datang untuk Pembaca-pembaca yang baru aja mampir. 😊
Rasa bahagia dikunjungi sama Pembaca akoh yang manis, langsung menyeruak masuk ke dalam dada. Eaaaak.
Kalau begitu, jangan lupa like, komen positif, dan subscribe ya pembaca akoh. Kalau mau sedekah vote sama ulasan, wah boleh kale. akoh tunggu. Hihihi.
Selamat membaca pembaca akoh yang manis melebihi gula tebu 😊💐❤️. Asek kali!