NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalinya rasa Cemburu

Sinar mentari muncul dan merambat dengan cerahnya di kota itu, Maya dan Atma telah menjadi sorotan oleh kampusnya, mereka mendapatkan informasi bahwa rektor meminta Maya dan Atma untuk membahas “Menghargai dan berterimakasih pada diri sendiri”. Maya yang di hubungi oleh pihak kampus pagi ini sangat kaget karena ini sangat mendadak, Atma juga merasa ini kesempatan untuk menyuarakan apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Maya yang berangkat dari rumahnya bergegas menuju rumah Atma, Maya akan membicarakan ini dengan Atma karena ini pertama kali bagi Maya, sedangkan Atma sering kali mengadakan seminar bertajuk puisi, Maya begitu tegang dan membuat maya kepikiran, apa yang harus di bahas.

Sesampainya di rumah Atma, ketika pintu rumah terbuka, Maya disambut dengan senyum hangat dari Atma yang duduk di kursi rodanya. Dia melihat Maya dengan penuh cinta di matanya. "Selamat pagi, sayang," sapanya dengan lembut.

Maya tersenyum balik. "Selamat pagi, Atma. Apa kabar hari ini?"

Atma mengangguk. "Aku baik, terima kasih. Sudah siap untuk pergi ke kampus dan menjadi cahaya?"

Maya mengangguk dan berjalan mendekati Atma. Dia membantu Atma menyiapkan diri, membantu mengenakan jaket dan membawa tasnya. Setiap gerakan yang dilakukannya penuh dengan kelembutan dan perhatian.

Ketika semuanya sudah siap, Maya bergerak mendekati kursi roda Atma. Dia dengan lembut menempatkan tangannya di belakang kursi roda, bersiap untuk mendorongnya ke luar rumah.

Atma tersenyum pada Maya, matanya penuh dengan rasa syukur. "Terima kasih, Maya. Aku sangat beruntung memiliki kamu."

Maya tersenyum lembut. "Kita beruntung memiliki satu sama lain, Atma. Kita akan melewati semua ini bersama-sama."

Dengan cinta dan kebersamaan sebagai pendorong, Maya mendorong kursi roda Atma keluar rumah menuju perjalanan mereka ke kampus. Diperjalanan mereka membahas tentang permintaan kampus, Maya sangat bersemangat akan tetapi bingung akan mengatakan apa di depan.

Maya menghampiri rumah Atma pada pagi yang cerah, senyumnya berseri-seri ketika dia melihat Atma duduk di kursi roda, menunggunya dengan senyuman yang penuh harap. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, mereka berdua akan pergi ke kampus bersama untuk menghadiri seminar yang diadakan oleh rektor.

"Kamu pasti di hubungi oleh pihak kampus juga tentang seminar dan tamunya itu kita, kan?," Maya berkata sambil memandang Atma dengan rasa ragu. "Menghargai dan berterima kasih pada diri sendiri. Ini sangat relevan bagi kita, bukan? Tapi aku tidak tahu harus ngapain?" Maya yang kebingungan sambil menatap Atma dari sisi belakang.

Atma mengangguk. "Iya aku juga tahu, ini sangat mendadak, Tapi tidak apa-apa, kamu jangan bingung, bicarakan apa yang kamu alami saja." Ucap Atma.

“Mudah mengatakan saja, tapi aku akan coba ya.” Ucap Maya sedikit lega

“Terkadang cerita dari kamu akan menjadi inspirasi bagi yang merasakan apa yang sudah kamu lewati, bahkan mereka akan berterimakasih kepada kamu telah menunjukkan bagaimana cara kamu melewati semuanya” Ucap Atma dengan lembut.

Maya tersentak oleh kata-kata bijak Atma. "Kamu selalu bisa melihat sisi baik dari setiap situasi, Atma. Itu salah satu hal yang paling aku kagumi darimu."

Atma tersenyum lembut. "Karena aku memiliki kamu, Maya. Kamu selalu memberiku kekuatan dan inspirasi."

Mereka melanjutkan percakapan mereka sambil melintasi jalan-jalan kota menuju kampus. Diskusi mereka tentang menghargai dan bersyukur pada diri sendiri menginspirasi mereka untuk merenungkan tentang kehidupan mereka sendiri, dan bagaimana mereka bisa menjadi lebih baik dalam menghargai diri mereka sendiri dan satu sama lain.

Ketika Atma dan Maya tiba di tempat seminar, mereka disambut oleh panitia dengan senyum ramah dan ucapan selamat datang yang hangat. Panitia sangat senang melihat mereka berdua datang, mengapresiasi keinginan mereka untuk terlibat dalam seminar tentang menghargai diri sendiri.

Namun, di antara panitia, ada satu orang yang nampak tidak senang dengan kehadiran Atma dan Maya yaitu Lestari. Lestari, meskipun berusaha menyembunyikan perasaannya, tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya saat melihat kedekatan antara Atma dan Maya.

"Salam, Maya! Atma! Kami sangat senang kalian datang," sambut salah satu panitia dengan antusiasme.

Maya tersenyum ramah. "Terima kasih banyak atas sambutannya. Kami juga senang bisa hadir di sini."

Namun, senyum Maya tidak bisa meredakan ketegangan di udara. Lestari terlihat kaku dan canggung, bahkan mencoba untuk menghindari kontak mata dengan Atma.

Atma, yang peka terhadap suasana hati sekelilingnya, merasa ada yang tidak beres. "Apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Panitia memberi isyarat kepada Lestari untuk menjawab, tapi Lestari hanya tersenyum tipis dan mengangguk cepat. "Tentu saja, semuanya baik-baik saja," jawabnya dengan suara yang sedikit gemetar.

Maya menaruh tangan di pundak Lestari dengan penuh kebaikan. "Lestari, apakah semuanya baik-baik saja? Kamu terlihat agak canggung."

Lestari menatap Maya sebentar sebelum akhirnya melepaskan senyum paksa. "Iya, Maya, aku baik-baik saja. Terima kasih telah bertanya."

Sementara itu, Atma merasa suasananya yang sangat canggung dan mencoba meredakan ketegangan dengan humor. "Baiklah, kalau begitu mari kita semua masuk dan nikmati seminar. Kita semua di sini untuk belajar dan berkembang bersama, bukan?"

Semua orang setuju dengan saran Atma, dan mereka masuk ke dalam ruang seminar dan membicarakan apa saja yang harus di bahas dengan harapan seminar ini berhasil membawa teman-teman yang mendengarnya. Panitia akan mengajukan pertanyaan seperti talkshow, dan Atma dan Maya mengerti akan arahan panitia.

Saat seminar dimulai, suasana hati yang tegang mulai mereda sedikit demi sedikit. Pembicara seminar membawakan materi yang mendalam tentang pentingnya menghargai dan berterima kasih pada diri sendiri. Atma dan Maya duduk berdampingan, mencatat setiap kata yang diucapkan pembicara, dan sesekali bertukar pandang dengan senyuman penuh makna.

Namun, Lestari tetap terlihat agak terpisah dari mereka. Dia duduk agak jauh dari Atma dan Maya, mencoba menyembunyikan perasaannya yang rumit di balik senyumnya yang kaku.

Selama briefing, Lestari menatap mereka berdua dengan rasa cemburu yang menjalar disetiap tubuhnya, walau Lestari selalu menguatkan diri untuk tidak memiliki perasaan dan meninggalkan rasa cinta ke pada Atma, akan tetapi hati tidak bisa membohongi diri, rasa cemburu Lestari tidak seperti pertama kali melihat Atma dan Maya bersama.

Seminar dimulai dengan penuh semangat, peserta duduk dengan tegang dan antusias di kursi mereka, siap untuk mengambil inspirasi dari acara yang sedang berlangsung. Panitia membuka acara dengan sambutan hangat, mengucapkan selamat datang kepada semua peserta yang hadir.

Saat momentum semakin memuncak, panitia yang menjadi host mengumumkan sebuah kejutan yang mendebarkan: "Kami memiliki bintang tamu istimewa untuk acara hari ini! Seorang puitis yang karyanya selalu menyayat hati pembacanya."

Semua peserta mengeluarkan sorakan dan tepuk tangan penuh antusiasme, penasaran siapa puitis yang akan hadir di acara tersebut. Ketegangan di ruangan itu semakin terasa ketika panitia menyebutkan nama Atma.

Atma, terkejut oleh pengumuman tersebut, tersenyum malu-malu sambil menatap Maya di sampingnya. Maya meraih tangannya dengan penuh dukungan, memberinya kekuatan dalam momen yang menegangkan itu.

Host acara itu melanjutkan, "Dan puitis yang selalu menyayat hati pembacanya ini memiliki seseorang yang sangat istimewa dalam hidupnya. Dia adalah kekasihnya, yang selalu menjadi inspirasinya dalam menciptakan karya-karya indah."

Seketika, ruangan itu gemuruh oleh sorakan dan tepuk tangan. Semua mata tertuju pada Atma dan Maya, yang duduk di antara peserta dengan senyum yang penuh cinta dan kebanggaan.

Maya merasa hangat di hatinya, merasa bangga atas pencapaian Atma dan cintanya yang tak tergoyahkan. Dia memeluk Atma dengan penuh kasih sayang, menunjukkan kepada semua orang betapa mereka adalah satu paket, saling melengkapi satu sama lain.

Atma, meskipun terkejut dengan perhatian yang tiba-tiba itu, merasa bersemangat untuk berbagi keindahan kata-katanya dengan semua orang yang hadir. Dia merasa didukung oleh Maya di sampingnya, dan itu memberinya keberanian untuk tampil di panggung.

Sementara Atma dan Maya bersiap untuk menghadapi momen penting di panggung, Lestari duduk di tempatnya dengan perasaan yang rumit. Dia menatap Maya yang memeluk Atma dengan penuh cinta dari belakang, dan perasaan cemburu mulai menggerogoti hatinya.

Dalam benaknya, Lestari merasa iri pada kebersamaan yang begitu kuat antara Maya dan Atma. Dia merasa seperti dia bukan lagi bagian dari dunia mereka yang intim, dan perasaan cemburunya semakin memuncak ketika dia melihat kedekatan mereka yang begitu alami.

Lestari mencoba mengalihkan perhatiannya pada acara yang sedang berlangsung di panggung, mencoba menghilangkan rasa cemburu yang mengganggu. Tetapi setiap kali dia melihat Maya dan Atma tertawa bersama atau bertukar pandang, rasa cemburunya semakin tidak terkendali.

Dia berusaha menyembunyikan perasaannya di balik senyum yang dipaksakan, berharap tidak ada yang memperhatikan ketegangannya. Namun, perasaan cemburu itu tetap mengganggu pikirannya, membuatnya merasa semakin terisolasi dari mereka.

Sementara itu, Atma dan Maya naik ke panggung dengan percaya diri dan penuh semangat. Mereka siap untuk berbagi karya-karya indah Atma dan menginspirasi semua peserta seminar dengan kata-kata yang menyentuh hati.

Di tengah kerumunan, Lestari tetap duduk dengan hati yang berat. Dia menyadari bahwa dia harus mengatasi perasaannya sendiri dan menemukan cara untuk menerima kebahagiaan Maya dan Atma. Meskipun sulit, dia berjanji untuk tidak membiarkan perasaan cemburu menguasai dirinya, dan berusaha untuk merayakan keberhasilan dan cinta mereka, meskipun di dalam hatinya, dia tahu bahwa perjuangannya masih belum selesai.

Ketika Atma dan Maya naik ke atas panggung, sorakan dan tepuk tangan riuh rendah memenuhi ruangan. Mereka berdua tersenyum dengan bangga, merasa terharu oleh dukungan dan antusiasme dari semua peserta seminar.

Host acara memberikan kata sambutan yang hangat kepada Atma dan Maya. "Ladies and gentlemen, kita semua memiliki kehormatan hari ini untuk menyambut Atma dan Maya, pasangan yang luar biasa. Mereka adalah contoh nyata dari cinta sejati, keberanian, dan tekad yang tak tergoyahkan. Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan tantangan, mereka tetap bersama-sama, saling melengkapi satu sama lain."

Semua peserta mengangguk setuju, terkesan oleh kisah cinta yang inspiratif dari Atma dan Maya. Mereka melihat ke arah Atma yang duduk di kursi rodanya, didorong dengan penuh kasih sayang oleh Maya.

"Ketika saya melihat Atma dan Maya, saya melihat dua orang yang berani, kuat, dan penuh kasih," lanjut host dengan penuh penghargaan. "Atma, dengan kecerdasannya dan kepekaannya dalam puisi, telah menyentuh hati banyak orang dengan kata-katanya yang mendalam. Sedangkan Maya, dengan cintanya yang tulus dan kekuatannya yang tak tergoyahkan, telah menjadi pendorong utama dalam perjalanan Atma."

Peserta seminar memberikan tepuk tangan meriah, mengakui kebaikan dan inspirasi yang dibawa oleh Atma dan Maya ke dalam hidup mereka.

"Atma dan Maya, kalian adalah contoh nyata dari 'couple goals'," lanjut host sambil tersenyum. "Kalian saling melengkapi satu sama lain dengan indahnya. Atma, di kursi rodanya, tetap kokoh dengan Maya di sisinya, yang memberinya kekuatan dan dukungan tak terbatas."

Atma dan Maya bertukar pandang dengan senyum bahagia di wajah mereka. Mereka merasa didukung dan dihargai oleh semua orang yang hadir di seminar tersebut. Bersama-sama, mereka telah menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, tetapi cinta mereka terhadap satu sama lain selalu menjadi pendorong utama dalam perjalanan hidup mereka.

Saat host mengucapkan kata-kata itu, Lestari merasa seperti dunianya berputar. Dia terdiam sejenak, mencoba memproses informasi yang baru saja dia dengar. Perasaan cemburu yang telah dia pendam selama ini seolah meledak di dalam dirinya, dan dia merasa seperti sebuah paku yang menusuk hatinya.

Dengan perlahan, Lestari menatap Maya dan Atma di atas panggung dengan tatapan yang bingung dan terkejut. Hatinya berdesir dan dia merasa sulit untuk mengatur perasaannya. Dia tidak bisa percaya bahwa Maya, sahabatnya sendiri, telah menjadi kekasih Atma, pria yang selalu dia kagumi.

Perasaan cemburu dan kesedihan memenuhi hati Lestari saat dia menyaksikan Maya dan Atma, pasangan yang terlihat begitu bahagia dan lengkap bersama. Dia merasa seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga, meskipun dia tahu dia tidak memiliki hak untuk merasa seperti itu.

Di tengah kebimbangan dan kekacauan emosionalnya, Lestari mencoba tersenyum dengan paksa, berusaha menyembunyikan perasaannya yang rumit di balik masker kebahagiaan. Dia tidak ingin mengganggu momen indah Atma dan Maya, meskipun hatinya hancur dalam diam.

Sementara itu, di atas panggung, Atma dan Maya bersinar dengan kebahagiaan. Mereka merasa bersyukur atas dukungan dan cinta yang mereka terima dari semua peserta seminar. Namun, tanpa mereka sadari, di antara kerumunan, ada seorang sahabat yang tersakiti, mencoba untuk menyembunyikan rasa cemburunya yang mendalam di balik senyuman palsu.

1
Kana
semoga semua impian terwujud ya 🤗
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!