Karina Fransiska Arnold tidak pernah menyangka jika dirinya akan dijadikan kambing hitam atas meninggalnya Gloria calon tunangan adik iparnya oleh wanita yang dicintai suaminya. Masyarakat berlomba-lomba mengutuknya dan menghujaninya dengan kalimat-kalimat umpatan dan sumpah serapan. Hingga membuat hidup Karina tidak tenang. Ia meninggalkan kota kelahiran ibunya dan kembali menjadi wanita yang paling dihormati di negaranya.
Kepergian Karina membuat hidup Ocean Dirgantara Gultom berubah 160 derajat.
10 tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dalam keadaan tak terduga. Namun, kebencian dari putra-putrinya merupakan penyesalan terbesar kedua yang ia rasakan setelah kehilangan wanita yang selama ini menjadi istrinya.
"Mungkin caraku salah dalam melindungi mu. Tapi, aku sadar menyesal pun tak ada gunanya." Ocean Dirgantara Gultom
"Sejauh apa pun aku bersembunyi. Tapi, takdir justru selalu memihak pada mu." Karina Fransiska Arnold
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Disinilah Karina sekarang berdiri. Di depan gedung pencakar langit Gultom group. Beberapa karyawan terlihat berlalu lalang melakukan pekerjaan mereka. Karina langsung melangkah menuju meja resepsionis.
"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya staff bagian resepsionis lobi depan perusahaan Gultom group.
"Saya ingin bertemu dengan Tuan muda Ocean." jawab Karina dngan wajah datar. Tak ada ekspresi lain di wajah itu.
"Mohon maaf. Apa Nona sudah membuat janji?" tanya resepsionis itu lagi dengan lembut dan sopan.
"Tidak! namun saya ingin bertemu dengan tuan muda Ocean!" jawab Karina dengan tegas. Ia terlihat seperti orang yang tidak sabaran. Ia ingin secepatnya menyelesaikan urusannya di negara ini dan kembali ke Italia. Ia merasa perasaannya tidak tenang saat kembali dipertemukan dengan Ocean.
"Mohon maaf, Nona. Sebaiknya Anda membuat janji terlebih dahulu dengan beliau. Karena kami tidak memiliki wewenang untuk mengijinkan Anda masuk ke dalam perusahaan tanpa adanya kepentingan." kata resepsionis itu lagi dengan sikap ramahnya.
Karina mengabaikan perkataan resepsionis itu. Ia langsung menyelonong masuk ke dalam lift dan naik ke lantai atas. Ia bersikap acuh saat tanpa sengaja melihat resepsionis itu berlari mengejarnya.
"Cih! merepotkan!" dengus Karina dengan dingin.
Disisi lain
"Tuan, tebakan Anda benar. Nona muda terlihat datang ke perusahaan." celetuk Charles dengan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan Ocean.
"Karina tidak akan menyerah dengan hasil keputusan kemaren. Aku yakin ayahnya sudah memaksanya mendapatkan proyek ini."balas Ocean dengan wajah datar.
Tak beberapa lama terdengar bantingan pintu yang cukup kuat mengusik pendengar mereka. Karina menatap Ocean dengan wajah membunuh.
"Aku tidak memiliki rasa sabar yah cukup banyak dengan peraturan aneh di perusahaan mu! apa begini sikap profesional mu saat mengelola perusahaan keluarga Gultom!" gerutu Karina menatap sinis kearah Ocean. Ia masih kesal dengan hasil meeting kemaren.
Hanya karena Karina terlambat beberapa menit saja. Pria itu sampai mengabaikan proposal yang sudah ia siapkan dalam waktu singkat sebelum terbang ke Indonesia. Pria itu benar-benar tidak menghargai usaha besarnya.
"Aturan perusahaan saya melarang orang asing masuk tanpa adanya kepentingan penting merupakan salah satu peraturan umum yang diterapkan setiap perusahaan. Apakah saat Anda menjabat sebagai CEO di perusahaan Arnold Anda membiarkan siapa saja boleh bertamu ke perusahaan Anda, Nona. Jika memang begitu dengan senang hati andaikan saya bisa menjadi bagian dari tamu itu." celetuk Ocean meremehkan Karina.
"Ijinkan saya bergabung dengan proyek kali ini!" tegas Karina menatap Ocean dengan datar.
"Sebaiknya saya undur diri, Tuan. Saya akan melanjutkan pekerjaan saya yang lain." sela Charles tidak mau ikut campur dengan obrolan kedua mantan pasangan suami istri itu.
"Cih! Ternyata kau sudah banyak berubah ya." celetuk Ocean mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Aku sedang berbicara mengenai proyek kemaren dengan mu! Ijinkan perusahaan Arnold bergabung dengan proyek pembangunan kali ini!" tegas Karina dengan memaksa.
"Jika aku tidak mau bagaimana?" tanya Ocean dengan wajah tenang.
"Maka aku sendiri yang akan turun tangan meminta tuan Budiman dan juga Raharja mengundurkan diri dari proyek ini!" tegas Karina dengan percaya diri. Sebenarnya Karina juga tidak tahu mengapa ayahnya sangat berharap dengan proyek kali ini. Ia sampai berani-beraninya mengadaikan anaknya agar proyek ini bisa di menangkan oleh Arnold group.
"Let's see. Aku akan menunggu kedatangan tuan Budiman dan Raharja mengurungkan niatnya bergabung dalam tender kali ini. Aku yakin mereka tidak akan mau rugi." celetuk Ocean mengacuhkan keberadaan Karina.
"Bajingan! Sialan! kau benar-benar pecundang brengsek!" umpat Karina berteriak marah.
"Aku akan tetap pada pendirian ku. Aku akan tetap menolak perusahaan Arnold bergabung dalam proyek kali ini." tegas Ocean dengan wajah datar.
Karina yang akhir-akhir ini memiliki emosi yang terkadang tidak bisa dikontrol langsung menghampiri pria itu dengan amarah berapi-api.
Dengan berani Karina menampar pipi Ocean dengan kuat.
Plak
"Ini untuk kesakitan ku selama 10 tahun ini. Satu tamparan tidak akan cukup menghukum mu sialan!"
Plak
Plak
"Ini untuk anak-anak ku! dua tampar kuat ini juga tidak akan cukup mengubah semuanya!"
"Setelah sepuluh tahun berlalu. Tapi, kau tetap berdiri menjadi sosok Ocean yang pecundang. Kau lemah! Kau tidak memiliki kekuatan untuk membela dirimu sendiri meskipun kau memiliki kekuasaan penuh atas Gultom group. Bukan hanya itu, kau juga pria bajingan yang tega membunuh darah daging mu sendiri. Sampai kapan pun hatimu akan terus dihantui rasa bersalah! aku bersumpah! Kau akan menyesali semua yang terjadi sepuluh tahun lalu" umpat Karina dengan menggebu-gebu.
"Apa kau sudah selesai mengeluarkan semua umpatan mu?" tanya Ocean tanpa ekspresi. Ia tidak peduli dengan bekas cap lima jari yang menempel di kedua pipi.
Karina tidak menyangka Ocean terlihat biasa saja mendengar umpatannya. Pria itu tidak marah ataupun sedih mendengar kalimat penghinaan yang terucap dari bibirnya.
"Ocean, kau-"
Karina ingin menampar pipi pria itu lagi. Namun, Ocean dengan cepat menahan tangan Karina dan mendorongnya ke belakang hingga wanita itu terjatuh ke lantai.
"Berhenti mempermalukan diri mu sendiri! setelah sepuluh tahun berlalu kau masih saja lemah. Bukan aku yang lemah! tapi kau yang lemah dan kau yang ingin menyerah dengan semua yang kau alami dalam hidup mu!" sindir Ocean tanpa perasaan.
ini yg paling sulit kupahami jalan critanya