Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Switch
Tiba saatnya mereka bertukar tempat. Keduanya sudah tidak sabar ingin menemui buah hati masing-masing. Rasa rindu membuncah di dalam dada keduanya.
Gayathi memandang sekeliling dengan takjub. Halaman yang sangat luas. Berkali lipat lebih luas dari ladang miliknya.
Setibanya di rumah. Matanya nyaris meloncat keluar dari tempatnya. Sangat indah, luas serta megah. Dirinya disergap perasaan grogi.
"Silahkan turun nyonya." Pinta supir sambil membukakan pintu mobilnya.
Mereka bertukar tempat di tempat wisata yang sudah direncanakan dengan baik oleh keduanya dengan bantuan uwak mereka.
Gayathi memandang berkeliling dengan takjub. Tidak pernah terlintas di dalam pikiran maupun bayangannya mengenai keindahan serta kemewahan semacam ini.
Rumah yang paling bagus di desanya adalah milik kepala desa. Tetapi tentu saja tidak seluas dan seindah ini. Walaupun bagi penduduk desa rumah kepala desa, para tengkulak dan tuan tanah adalah sudah merupakan hal yang sangat mewah di desa mereka.
Gayathi berjalan berkeliling mengitari rumah tersebut. Dia ingin menuju kamar bayinya sesegera mungkin tetapi tidak tahu dimana letaknya.
Alhasil dia tersasar ke dapur. Sangat berbeda dengan dapurnya yang terbuat dari tanah. Dapur yang dilihatnya sangat bersih dan indah.
Dia membuka satu per satu kabinet yang ada. Serta membuka kulkas dengan ukuran besar. Melihat ada banyak makanan di dalamnya. Membuat perutnya berteriak kelaparan.
Meraih buah apel, jeruk, anggur serta pear. Mengeluarkan makanan yang terlihat enak. Walaupun dia baru melihatnya saat itu. Makanan yang sangat berbeda dengan makanan yang ada di desanya.
Membawa semuanya ke meja yang terdapat bangku panjang. Dia mengunyah apel dan bermaksud untuk menyuap makanan yang diambilnya dari kulkas dengan menggunakan tangan.
"Nyonya!" Sapa seseorang mengenakan seragam dengan menggunakan celemek.
Dia tidak segera menyadari bahwa panggilan tersebut untuknya hingga pelayan tersebut mengulanginya.
"Astaga! Anda kelaparan? Saya akan memanaskan makanan untuk anda. Maafkan saya sudah membereskan meja makan karena sudah lewat jam makan siang." Pelayan tersebut bergegas mengambil makanan di hadapannya. Memasukkannya ke dalam kotak yang menyerupai oven. Berbeda dengan oven tangkring miliknya tetapi sepertinya itu adalah oven.
"Aku akan memanaskan makanan di microwave terlebih dahulu." Sahut pelayan tersebut.
Dengan gesit pelayan tersebut menyiapkan makanan di meja yang dia tempati. Nasi panas yang diletakkan pada wadah kaca mengepul. Sepiring ikan yang digoreng dengan diberi saus, irisan cabai, tomat, bawang putih, merah, jahe dan potongan nanas yang tampaknya sangat menggoda dan membuat perutnya semakin lapar. Makanan yang akan dimakannya tadi sudah disajikan dalam keadaan hangat. Sepiring ayam panggang yang juga dalam keadaan hangat. Sayuran dilengkapi dengan bakso, jamur, sosis dan suwiran ayam. Sepinggan gado-gado beserta kuah kacangnya. Tidak lupa peralatan makan dan gelas berisi air putih.
"Apa ini?" Tanyanya menunjukkan makanan yang dituangnya ke dalam piring makannya. Yang akan dimakannya dengan menggunakan sendok.
"Pasta creamy. Apakah anda lupa? Itu makanan kesukaan anda."
"Oh ya? Pantas saja lezat sekali." Ujarnya melahap makanan tersebut hingga tandas. Gayathi meneruskan makannya dengan mengambil nasi, ikan, sayur, ayam panggang dan gado-gado. Melahap semuanya dengan nikmat serta habis tidak bersisa.
Setelah kenyang. Dia baru teringat ingin menemui dan melihat bayinya. Tetapi dimana?
"Aku ingin melihat bayiku." Ujarnya.
"Dia ada di kamarnya. Aku akan memanggil Karina. Apakah anda ingin tuan Satria dibawa kemari?"
"Boleh!" Ujarnya berbinar. Ah, enak sekali menjadi orang kaya. Banyak yang membantu.
"Lebih baik anda ke ruang keluarga atau ingin ke kamar anda? Kurang nyaman membawa tuan Satria ke dapur."
"Bagaimana jika aku mengikutimu? Bolehkah?"
"Tentu saja nyonya! Dengan senang hati."
Gayathi mengikuti pelayan yang mengantarnya menuju kamar bayi. Dirinya memandang dengan takjub kamar bayi yang sangat indah. Dadanya terasa sesak dan seperti ingin menangis membayangkan anaknya hidup dalam kenyamanan. Membuatnya sangat terharu dan berterima kasih kepada saudara kembarnya yang sudah memberikan yang terbaik untuk bayinya.
"Karina, nyonya ingin menemui tuan Satria." Ujar pelayan pada seorang wanita yang sedang mengganti pampers bayinya.
"Tentu saja. Sebentar, nyonya, aku sedang mengganti pampers tuan Satria. Akan kuberikan padamu setelah selesai membersihkannya."
"Nyonya, aku pamit ke dapur sekarang." Ujar pelayan yang mengantarnya berpamitan.
Gayathi menganggukkan kepalanya. Dirinya tidak mampu berkata. Air matanya seperti ingin tumpah ruah.
Saat Karina mengangsurkan bayinya. Tanpa bisa ditahan, air matanya mengalir turun.
"Nyonya! Anda tidak apa-apa kan?" Tanya Karina cemas.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa sangat rindu pada anakku." Sahutnya memandangi wajah putranya dengan penuh kerinduan.
"Apakah anda ingin menginap di kamar ini?Menemani tuan Satria?"
"Apakah boleh?"
"Tentu saja boleh. Anda kan sedang menstruasi. Kalau ingin tidur disini sepertinya tidak apa-apa. Tuan Putra bisa mengerti jika anda ingin menemani putra anda saat tuan Putra tidak membutuhkan anda."
Wajah Gayathi berbinar,"baiklah aku akan tidur disini."
"Aku akan menyiapkan tempat tidurnya. Mengganti spreinya untuk anda. Ujar Karina menuju kamar yang terletak di sebelah kamar bayi.
Gayathi tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyusui putranya. Dia membawa putranya ke sofa yang terdapat di ruangan tersebut dan bersiap menyusui putranya.
Satria melahap ASInya dan menyusu lebih kuat dari pada Delima. Gayathi memandang dengan senang ke arah putranya. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu dengan buah hatinya. Semakin bahagia melihat keadaan putranya yang sangat baik. Semua kebahagiaan tersebut benar-benar di luar imajinasinya.
Sementara itu Gayatri menuju kediaman Gayathi dengan menggunakan ojol. Kemudian meneruskannya dengan angkot untuk menghindari kecurigaan dari suami Gayathi.
Peluh mengucur di dahi serta wajahnya. Dia turun dari angkot dan berjalan menuju jalan yang sepertinya menuju rumah Gayathi sesuai petunjuk yang diberikan oleh Gayathi. Memutuskan naik ojek menuju rumah Gayathi dengan menyodorkan alamat Gayathi.
"Kayak orang laen aja nyodorin alamat." Sahut tukang ojek yang ternyata tetangga Gayathi.
"Dari mana Mpok?" Sapanya.
"Taman hiburan. Refreshing."
"Udah kayak orang kaya aja refreshing ke taman hiburan. " Keduanya tertawa.
"Mumpung dapat tiket gratis." Sahut Gayatri setelah reda tawa mereka berdua.
"Ajak-ajak napa pok! Bagi-bagi tiket gratisnya! "
"Cuma satu. Suami saya aja gak bisa ikut apalagi yang lain."
"Mpok sendirian?"
Gayatri menganggukkan kepalanya.
"Ayo pok! Naik, ntar kesorean!"
Gayatri mematuhi dan menaiki ojek tersebut.
Sesampainya di rumah yang terletak di tengah ladang. Seorang lelaki keluar dengan menggendong bayi.
Jantungnya berdetak cepat. Dirinya dipenuhi kerinduan ingin menemui bayinya. Matanya memanas. Dadanya terasa sesak.
"Terima kasih ya Jenal!" Sahut lelaki itu.
"Sama-sama bang!"
Jenal adalah keluarga pendatang di desa mereka. Keluarganya ada campuran Betawi. Sehari-harinya kerap menggunakan bahasa serta logat Betawi.
"Akhirnya kau pulang!" Ujar lelaki tersebut,"Delima sudah sangat merindukanmu. Sepertinya dia ingin menyusu. Aku sudah menyendokinya dengan susu yang kau tinggal untuknya tetapi sepertinya tidak senyaman jika dia langsung menyusu denganmu. Aku juga sudah memanaskan MPASI yang kau buat untuknya. Dia memakannya dengan lahap. Sepertinya, dia sangat menyukai kentang dan wortel yang kau kukus dan haluskan untuknya."
"Berikan padaku!" Pinta Gayatri dengan suara serak. Air matanya tumpah begitu menggendong putrinya.
"Kau kenapa?" tanya lelaki yang sepertinya suami kembarannya.
"Tidak apa-apa."Sahutnya dengan derai airmata membasahi kedua pipinya,"aku sangat merindukannya."
"Sepertinya Delima juga begitu. Masuklah dan susui dia di dalam"