NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahaya Mulai Mengintai

Sara terus berjalan seperti orang yang tengah depresi berat karena dirinya di skor selama seminggu.

Sedang Leo hanya terus mengikutinya kemanapun kakinya melangkah.

Hingga tak sadar Sara tiba-tiba sudah sampai di taman pinggir danau. Sara melihat kesana kemari dan menemui Leo yang berada di belakangnya.

" Kita ngapain di sini?" Tanya Sara bingung.

" Kamu sendiri yang ke sini."

" Iya kah?" Sara menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. " Bagaimana bisa? Kok kamu nggak negur aku sih?"

" Ya aku nggak mau ganggu kamu, jadi aku ikutin aja."

" Astaga." Sara mengacak-acak rambutnya lalu duduk di kursi taman. " Benar-benar menyebalkan."

" Apa menyebalkan itu nggak pergi kerja? Kan bagus kamu nggak kerja selama seminggu."

" Iya sih, tapi kaga aneh gitu aja."

" Ayo pergi berlibur besok."

" Kemana?"

" Kemana aja yang kamu mau."

" Nggak usah keluar negeri, gimana jika besok kita ke taman hiburan?"

" Taman hiburan? Itu bukannya permainan anak-anak?"

" Iih banyak orang dewasa di sana tahu."

" Yang benner?"

" Iya, aku, Bian, ayah, dan mama sering ke sana saat aku berusia 10 tahun. Sangat banyak orang dewasa yang ada di sana, bahkan ada yang pacaran."

" Masalahnya aku nggak pernah ke tempat gituan."

" Kamu pasti ke luar negeri saat liburan sekolah, pantas saja."

" Ayo kita pergi besok."

" Iya." Sara tersenyum lebar. " Aku akan ngajarin kamu banyak hal besok."

" Umur kamu udah 28 tapi kamu masih cantik gini." Leo mencubit pipi Sara. " Aku makin cinta kamu tahu."

" Aku juga cinta kamu iii."

" Mau makan es krim nggak?"

" Tentu mau dong."

Mereka lalu kembali pergi mencari toko es krim yang ada di sana.

xxxxxxxxxxx

Malam harinya*

" Leo, kancing baju yang kemarin kamu pake ini hilang satu." Ucap Sara.

" Iya kah? Mungkin hilang di mobil kali."

" Kamu gimana sih, pake baju aja nggak benner."

" Ya mau gimana lagi jika udah hilang. Buang aja."

" Enak aja langsung buang, ini tu masih bisa di benerin. Baju ini mahal tahu."

" Aku bisa beli lagi besok."

" Sombong banget sih kamu."

" Ya udah aku minta maaf."

Sara lalu menaruh baju itu di atas ranjang dan mengambil alat jahitnya di atas lemari. Ia pun menjahit kembali baju itu dengan kancing baru.

Saat fokus menjahitnya, Leo tiba-tiba memeluknya dari belakang yang kembali membuat jantungnya berdegup kencang.

Padahal tak biasanya jantungnya seperti itu, hal biasa jika Leo memeluknya seperti itu karena sering. Namun kali ini Sara malah merasa merona.

" Leo lepasin ih. Aku sedang ngejahit ini, kalo jari aku ketusuk gimana?"

" Aku ingin peluk istri aku, aku capek banget."

" Kamu bisa meluk aku nanti, aku sedang ngejahit baju kamu..."

Namun Leo malah mendorong tubuh Sara ke ranjang dan naik ke atasnya.

Sara tak hentinya terus mengedip-edipkan matanya menatap takjub Leo yang begitu tampan.

Wajahnya bahkan merah padam saat di tatap oleh Leo segitunya, apalagi saat Leo tersenyum tipis padanya, jantungnya seakan ingin keluar saking terpesonanya.

" Wajah kamu merah banget, kamu nggak apa-apa kan?"

Sara langsung mengangguk cepat dan tersenyum lebar.

" Benar-benar menggemaskan."

" Kamu sangat tampan." Puji Sara.

" Aku emang tampan dari dulu sih."

" Aku cantik nggak?"

" Nggak sih, biasa aja."

Senyuman Sara langsung luntur dengan mimik wajahnya yang langsung berubah kesal.

Melihat istrinya yang cemberut seperti itu, Leo merasa sangat gemas.

" Kalo aku nggak cantik kenapa kamu mau sama aku." Sara hendak bangun.

Namun Leo dengan cepat mendorongnya kembali dan mengecup bibirnya hingga mebuat wajah Sara semakin merah.

" Aku minta maaf. Aku cinta kamu itu bukan karena kamu cantik, tali aku emang cinta kamu aja."

" Jadi aku nggak cantik gitu?" Mata Sara berkaca-kaca.

" Aku nggak bilang kamu jelek."

" Lepasin nggak."

" Nggak mau."

Saat Leo hendak menciumnya, Sara dengan cepat memalingkan wajahnya. Berkali-kali Leo ingin mengecup bibir mungilnya itu, Sara terus saja menghindar membaut Leo semakin tak sabar.

Leo pun menahan kedua tangan Sara di atas kepalanya dan satu tangannya lagi menahan wajah Sara.

Setelah melakukan hal itu, Leo pun lebih leluasa mengecup bibirnya bahkan melumatnya begitu brutal hingga meninggalkan bekas.

Leo mengecup leher istrinya hingga membuat Sara mengeluarkan desahan nikmat dari mulutnya.

" Kamu mau nggak?" Tanya Leo nakal merobek pembungkus kond*mnya dengan giginya.

" Nggak usah make ini."

" Kenapa?"

" Mungkin akan lebih nikmat." Sara melumat bibir Leo.

Malam itu pun berakhir dengan mereka yang begitu bergairah melakukan olahraga malam.

xxxxxxxxxxx

" Gimana hasilnya?" Tanya Bian pada Reva.

" Dari yang gue periksa, tusukannya tu 2 kali dan tusukannya ini bukan pake pisau tapi belati."

" Bedanya belati Ama pisau apa?"

" Ya beda lah, Lo sekolah nggak sih." Kesal Reva.

" Nyolot banget sih Lo."

" Emang ada senjata sih yang kita temuin di sel, tapi itu cuma pisau biasa." Ucap Sam. " Misalnya nih ya, kalo dia emang mau bunuh diri dia pasti udah lakuin dari dulu."

" Maksud Lo ada yang bunuh dia?"

" Kek gitu sih, tapi cctv-nya kok bisa rusak ya? Apalagi 2 penjaga sel itu pada berhenti tiba-tiba. Aneh nggak sih? Selama gue kerja tu cctv nggak pernah rusak meski udah 4 tahun."

" Iya sih aneh, tapi gimana caranya kita mastiin itu pembunuhan apalagi kita nggak punya bukti."

" Ah iya, kemarin gue nemuin kancing di tangannya." Ucap Reva memperlihatkan sebuah kancing. " Menurut Lo ini kancing apa?"

" Ini kek nya kancing baju cowok deh." Ucap Bian. " Ini kancing kemeja mahal ni, tapi gue nggak tahu apa mereknya."

" Lo yakin ini kancing kemeja? Bukan jas?" Tanya Reva.

" Ye kemeja Ama jas beda, Lo sekolah nggak sih?" Ejek Bian.

" Apasih Lo."

" Plis deh kalian berdua, coba tanyain Sara aja. Suaminya suka pake kemeja tuh, siapa tahu dia tahu ni kancing kemaja apa..."

" Lo nuduh suaminya?"

" Dengerin gue dulu anjink." Kesal Sam. " Siapa tau si Sara tahu ni kancing kemeja apa, kan tadi Lo bilang ini kancing kemeja mahal dan branded, kan suaminya pake kemeja mahal. Mungkin Sara tahu."

" Kenapa nggak cari di google aja?" Saran Reva.

" Gue malas cari di google, bikin pusing aja."

" Ya udah deh." Angguk Reva.

" Gue kirim dulu sama Sara, moga aja dia tau."

" Kalo dia nggak tahu gimana?" Tanya Bian lagi.

" Kalo dia juga nggak tahu, ya kita harus kirim ke mana aja supaya tu kancing kita tahu." Jawab Sam.

" Sara nggak bakalan nggak tahu sih, dia tahu semua barang mahal dan branded."

xxxxxxxxxxx

Tepat jam 6 pagi, Leo terbangun karena mendengar gemuruh petir yang begitu keras. Di luar ternyata sedang hujan deras.

" Hujan? Dingin banget njir." Leo lalu mematikan AC kamarnya.

Leo lalu kembali menyelimuti sang istri yang masih tertidur lelap di pelukannya.

Saat ia melihat handphone Sara yang kebetulan ada di dekat kepala Sara, Leo lantas mengambilnya.

Dia membuka pesan yang ada di sana dan tersenyum smir. Leo pun mengotak-atik handphone Sara sebelum dia tidur kembali.

Namun Sara keburu bangun hingga Leo juga kembali bangun.

" Jam berapa sekarang..." Tanya Sara masih mengantuk.

" Jam 6 mungkin."

" Kita harus bangun..."

Namun Leo kembali menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya erat.

" Kita harus bangun Leo, ii lepasin nggak."

" Kita tidur lagi, mumpung hujan."

" Aku mau pake baju, ini aku telanjang loh ini."

" Ngga apa-apa."

" Aku mau bangun." Sara mendorong Leo.

Namun saat ia kembali bangun, Leo dengan cepat menghalanginya dan kembali mendorongnya ke ranjang.

Sara menyipitkan matanya heran melihat Leo. " Kamu kenapa sih?"

" Aku cuma mau tidur lebih lama sama kamu. Kemarin kita kurang tidur."

" Leo."

" Hmm?"

" Kamu tahu nggak kenapa aku mau nikah sama kamu saat aku masih berusia 17 tahun?"

" Karena kamu cinta sama aku."

" Nggak, bukan itu alasannya."

" Atau aku ganteng."

" Kepedean banget sih kamu."

" Apa karena aku melamar mu saat itu?"

" Itu karena kamu jebak aku."

" Maksud kamu apa?"

" Aku tuh nggak cinta sama kamu waktu itu, tapi cuma suka."

" Bedanya cinta sama suka apa?"

" Kamu bodohin aku, kamu bilang jika udah bersentuhan dengan pria apalagi berciuman maka mereka sudah sah menjadi suami istri dan kamu juga bilang aku bisa hamil karena ciuman itu, aku panik lah lalu kamu tiba-tiba datang ngelamar ya aku terima aja buat cari aman. Tapi semuanya kamu sengaja kan?"

" Tapi kamu suka kan?"

" Nggak. Aku nggak bodoh ya."

" Lalu kenapa kamu percaya?"

" Ya bayangin aja anak 17 tahun dibodohi anak remaja berusia 21 tahun."

" Kamu ini kan pintar ya, kok percaya aja gitu sama aku. Itu tandanya kamu memang cinta sama aku saat itu dan kamu juga pernah bilang saat aku bawa bunga hari itu kamu udah cinta sama aku disitu."

" Itu kan aku cuma ngasal omong aja."

" Tapi aku nepatin janji aku kan? Mau sama kamu sampai kamu lulus kuliah dan bahkan sampai kamu kerja. Selama 4 tahun setelah menikah kita bahkan nggak berhubungan suami istri karena usia kamu yang masih muda, aku bisa tahan loh, bukankah aku suami yang baik?"

" Ya itu kan... Kamu sendiri yang janji, aku nggak pernah minta." Sara memalingkan wajahnya.

" Coba lihat aku."

Leo tersenyum dan Sara memasang wajah herannya. Leo perlahan mendekatkan wajahnya pada Sara dan Sara langsung menutup matanya.

Lama dia menunggu sebuah kecupan, Sara malah di buat kecewa saat Leo malah bersandar ke dadanya.

Sara mengedip-edipkan matanya heran saat melihat Leo bertingkah seperti anak kucing yang sedang bermanja pada pemiliknya.

" Menurut kamu cinta aku ke kamu itu gimana?" Tanya Leo. " Kamu nggak tertekan kan?"

" Kamu itu posesif banget, Terobsesi berlebihan juga dan kasar juga toxic. Tapi entah kenapa aku malah suka banget..."

" Baguslah aku terobsesi sama kamu."

" Bagusnya di mana?"

" Karena aku nggak bisa cinta sama orang lain selain kamu."

" Apasih lebay banget." Pipi Sara memerah. " Emangnya ada yang mau sama cowok kasar kayak kamu selain aku?"

" Untunglah kamu mau, aku puas mendapatkan pujaan hati aku."

" Nggak usah lebay ya."

" Aku harap kita bisa bersama sampai mati."

Leo terus mengungkap kata hatinya dengan Sara yang terus mengelus-elus kepalanya lembut.

Meski Sara terus mengatakan hal-hal jahat sekaan tak peduli dengan ucapan Leo yang membahas masa lalu, sebenarnya dia juga begitu senang mendengarnya.

Beberapa saat kemudian*

Sara kini tengah sibuk membersihkan dan membentuk bunga-bunganya yang ada di taman sambil di temani Leo yang tengah bersantai di kursi taman.

Hingga tak beberapa lama kemudian, Sara pun kembali duduk di hadapan Leo karena sudah merasa lelah.

" Apa kita tak ke taman hiburan hari ini?" Tanya Leo.

" Kek nya nggak bisa deh, hujan tadi pagi deras banget. Aku mager banget jika harus keluar malam."

" Kenapa?"

" Di malam hari banyak kejahatan yang terjadi, aku ingin menghabiskan hari libur aku tanpa memikirkan hal-hal seperti itu."

" Baguslah." Leo tersenyum.

" Kenapa jus alpukatnya belum datang?"

" Jus alpukat?"

" Tadi aku suruh pelayan buatin kita."

" Oh."

" Leo." Sara tersenyum menopang dagunya.

" Hmm?"

" Ada yang berbeda nggak di muka aku?"

" Apa?"

" Coba perhatiin deh." Sara tersenyum lebar penuh harapan.

Leo lalu mencoba memerhatikan wajah Sara yang katanya ada perbedaan. Namun lama ia mencari, ia tak menemukan perbedaan sama sekali.

Sara terus memayungka bibirny membuat Leo heran. Karena Sara terus bertingkah seperti itu, Leo lalu berdiri dan mengecup bibirnya yang sedang manyung itu.

" Kamu ngapain sih?" Kesal Sara.

" Cium kamu."

" Ih aku nyuruh kamu cari perbedaan di wajah aku, bukannya malah cium."

" Ya maksud kamu manyung manyung gitu apa kalo bukan minta cium? Minta di tendang?"

" Ih kamu, nggak peka banget sih. Lihat ni bibir aku, lipstiknya beda." Ucap Sara.

Leo pun langsung mengerutkan keningnya dan memerhatikan bibir Sara begitu fokus.

" Nggak kok, bedanya apa coba?"

" Ini tu warna nude nya tu agak gelap, yang dulu terang-terang gelap."

" Bedanya apa sih?"

" Bedanya warnanya lah."

" Sama ni kok aku lihat."

" Ih udah ih, kamu tentu nggak tahu..."

" Ya gimana aku mau tahu aku aja nggak pernah pakai lipstik. Apasih kamu. Bilang langsung aja susahnya apa sih."

" Nyeyyyenye."

" Ini jus alpukatnya nyonya." Ucap sang pelayan.

" Makasih." Sara kembali tersenyum.

" Kalau begitu saya perg nyonya." Pelayan itu tersenyum.

Saat pelayan itu hendak pergi, Sara kembali memanggilnya yang membaut pelayan itu entah kenapa kaget.

" Kenapa bukan Siti yang buat? Kamu pelayan yang baru masuk kemarin kan?" Tanya Sara.

" Kepala pelayan tadi ada kerjaan lain nyonya, jadi saya yang buat."

" Oh gitu ya, kamu boleh pergi. Sebelum itu, nama kamu siapa?"

" Tiara Nyonya."

" Oh ya udah, kamu pergi."

Namun saat pelayan itu hendak pergi, tiba-tiba Sara kembali memanggilnya.

" Tunggu."

" Iya nyonya?"

" Coba kau minum ini." Sara menjulurkan jus alpukatnya.

Melihat Leo yang hampir meminum jusnya, Sara dengan cepat membuang gelas itu dari tangan Leo hingga pecah.

" Ada apa?" Heran Leo. " Baru mau minum juga."

" Maaf." Sara tersenyum. " Dan kau, minumlah ini."

" Tapi Nyonya..."

" Minumlah, ini perintah."

" Saya membuat jus ini khusus untuk nyonya dan tuan, bagaimana bisa saya meminumnya sebelum nyonya."

" Tidak apa-apa, aku bilang minum lah ini."

" Tapi nyonya."

" Majikan Lo bilang minum yang minum dong." Tegur Leo membuat pelayan itu menunduk takut.

Sara terus menekannya untuk meminum jus itu, namun Tiara terusnsaja menolak karena alasan tak enak meminum jus untuk Sara dan Leo.

Melihat tingkah laku Tiara yang semakin mencurigakan, Sara tersenyum miring.

" Sudah aku duga. Kamu racuni minuman ini kan?"

" Nggak nyonya!"

" Ya kalo kamu nggak ngelakuin itu, minum dong."

Karena sudah merasa terpojok, Tiara langsung berlutut meminta maaf.

" Saya minta maaf nyonya!"

" Lo ya bener-bener..."

" Leo sabar, jangan gitu ih."

" Dia mau ngeracuni kita loh."

" Ya nggak langsung ambil tindakan juga kali. Biar aku yang nanya, kamu ini kebiasaan langsung sikat orang."

" Kamu aja yang lemot."

" Kamu juga, kenapa ngelakuin itu ha? Kamu pikir aku nggak tahu apa? Seorang detektif kamu mau bohongi, ini pekerjaan yang mudah."

" Kok kamu malah banggain diri kamu sih."

" Iii sabar dulu kek, eh kamu dari tadi ngajak aku berantem ya?"

" Nggak kok."

" Bicara nggak, kenapa kamu ngelakuin itu?"

" Saya minta maaf nyonya... Mohon maafkan saya... Saya hanya..."

" Bicaralah."

" Itu, saya hanya..."

" Bicaralah dengan benar." Sara masih berusaha sabar.

" Saya... Saya yang membuatnya... Tapi, saya minta maaf nyonya...."

" AKU BILANG BICARALAH YANG BENAR!!" Gertak Sara membaut semua orang terkejut. " Lo jangan bikin kesabaran gue habis ya."

" Saya hanya memberi racun pada minuman Nyonya karena saya di suruh." Tiara langsung bicara dengan lancar. " Maafkan saya nyonya."

" Kok gue aja yang mau racunin? Kenapa suami gue nggak?"

" Ih kamu mau aku mati."

" Ya nggak adil dong kalo cuma aku yang mati, yang bener aja. Sekarang beritahu gue siapa yang suruh Lo!!"

" S- saya tidak tahu... Tidak tahu nyonya..." Gagal Tiara.

" Kok Lo nggak tahu sih! Terus gimana cara Lo di suruh ha!!" Gertak Sara.

" Dia cuma... Saya benar-benar nggak tahu nyonya."

" Eh jangan sampai gue yang cari lalu tahu kebenarannya sendiri, gue bisa penjarain Lo seumur hidup Lo. Mau nggak?"

" Saya minta maaf nyonya..."

" Minta maaf bae Lo, kalo gue tolol, gue udah mati dari tadi. Dan Lo minta maaf setelah mau ngebunuh gue Lo."

" Saya benar-benar minta maaf nyonya." Tiara menitihkan air matanya. " Ku mohon ampuni saya, saya masih punya 2 anak untuk saya nafkahi."

" Ah? Lo punya 2 anak? Kan suami Lo ada..."

" Dia sudah meninggal nyonya. Kalo saya pergi, siapa yang ngerawat anak saya. Anak saya baru 7 tahun dan 5 tahun dan saya tidak punya keluarga lain."

" Oh gitu ya." Suara Sara tiba-tiba lembut.

" Sara jangan lagi ya." Tegur Leo.

" Iii kasihan tahu."

" Orang kek gini tu nggak bisa di kasihanin, kalo dia berulah lagi gimana?"

" Dia kan cuman di suruh." Sara melipat kedua tangannya di dadanya. " Aku juga nggak tega ah."

" Iiii, kamu ini gimana sih."

" Kamu pergi gih dari sini." Ucap Sara pada Tiara.

" Terimakasih nyonya." Tiara mengucapkannya berkali-kali sebelum pergi dari sana.

" Kamu apa-apaan sih, gimana jika kamu mati tadi?"

" Dia kasihan tahu, dia punya 2 anak yang masih kecil."

" Hubungannya apa coba? Ya terserah dia, dia juga yang ngelakuin kesalahan."

" Kamu nggak bakalan tahu karena kita nggak pernah ngerasa punya anak!" Kesal Sara lalu pergi.

" Sara! Maksud kamu ngomong gitu apa?! Sara!!!"

TO BE COUNTED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!