Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Pasangan Yang Romantis

" Kamu habis dari mana?! Bukankah sudah aku bilang untuk bilang jika ingin keluar?" Bentak seorang pria yang sangat marah. " Aku bilang habis dari mana kau!!!" Bentaknya sekali lagi.

" Maaf, aku hanya dari makam ayah kok. Jangan membentak ku seperti itu... Kamu ini kenapasih." Ucap Sara Kesal. " Aku lelah, aku ingi istirahat. Jangan mengajak ku bertengkar lagi..."

" Makam ayah kamu? Kamu otu tidak dari makam ayah mu tapi ke rumah orang lain!" Pria bernama Leo itu dengan kasar mengekik lengan Sara begitu kuat. " Belakangan kamu ini sangat berani ya."

" Memangnya kenapa gue harus takut pada lo! Isss sakit Leo... Lepasin nggak."

" Lo? Kamu bilang lo? Oooo, jadi Lo ingin mulai Ama gue?" Leo tak terima.

" Hhhha." Sara tersenyum meremehkan. " Tapi Lo yang duluan, gue baru datang dan Lo langsung nyolotin gue. Maksudnya apa coba?"

Leo lantas tertawa lepas sambil bertepuk tangan di hadapan wajah Sara.

" Lo? Bicaralah yang sopan pada suami mu! Kamu ini nggak sopan banget sih!" Kesal Leo.

" Oke, selama Lo sopan Ama gue. Ya gue juga nurut, masalahnya Lo ini ugghhh banget sih! Iii pengen cakar Banget tau!"

" Sara..."

" Sebenarnya apa aku bagi mu ha? Apa kau mencintai ku?"

" Kenapa menanyakan pertanyaan bodoh itu lagi? Kamu nggak cape apa?"

" Nggak, nggak sama sekali." Nyolot Sara membesarkan bola matanya. " Apa? marah?"

Leo lantas menarik napas dalam-dalam. " Oke , oke. Aku salah sama kamu, ya udah, aku minta maaf ya. Tapi kalau kamu mau pergi, tolong bilang sama aku dong. Aku kan juga khawatir sama kamu."

Sara hanya menyilangkan tangannya di dadanya dan mengalihkan pandangannya merasa kesal.

Leo juga hanya menghela napas pasrah, seharusnya dia tak mencari masalah saat Sara baru datang tadi. Tapi ya emang keras kepala sih, jadi gini deh.

" Aku tuh cinta banget sama kamu, jadi jangan marah lagi ya." Leo meraih tangan Sara.

" Apasih, lebay banget."

" Ya udah sih, kamu maunya apasih. Aku udah minta maaf sama kamu loh..."

" Minta maaf kamu tuh nggak tulus."

" Yang tulus bagaimana dong?"

" Iii, sebel banget ih. Kok malah nanyak, seharusnya kamu itu peluk aku dan cium ni pala lalu minta maaf. Nah itu yang aku mau."

" Itu aja? Ya udah sini." Leo memeluk Sara. " Udah kan?"

" Sebenarnya, kau terlalu terobsesi pada ku. Aku tidak suka itu, kau penuh kekerasan, itu benar-benar menyebalkan."

" Benarkah? Yang nggak kasar bagaimana?"

Sara menyipitkan matanya dan melepaskan pelukannya. " Kau kasar dalam hal itu, itu enak namun terlalu kasar juga. Tapi sebenernya aku suka, tapi kadang-kadang itu menyebalkan."

" Kasar di mananya?" Leo memiringkan kepalanya ke kanan. " Perasaan aku sudah melakukannya dengan sangat lembut."

" Aiishh pikiran mu sangat kotor, tapi terserah kamu aja deh.'

Tak lama setelah itu, handphone milik Sara berdering. Sara menatap layar ponselnya dan penelpon itu adalah Bian yang merupakan rekan kerjanya.

Sara lantas menjauh dari Leo dan menjawabnya.

" Ada apa?" Tanya Sara.

" Ada mayat di bawah jembatan."

" Tapi ni uda malam."

" Gue tahu ni udah malam, gue juga di panggil. Sebaiknya Lo kemari deh, gue capek benget njir."

" Ckkk yang benar aje, gue baru sampai juga. Oke, tungguin gue

. Gue sampai di sono 15 menit lagi."

" Buruan, Lo terlambat gaji Lo dipotong."

" Ya udah gi."

" Siapa yang nelpon?" Tanya Leo.

" Bian."

" Ngapain dia nelpon kamu?" Wajah Leo langsung murung.

" Dia kan rekan kerja aku, emangnya kenapa? Dia juga kakak aku coba, kamu ada masalah apa sih?"

" Ya enggak juga, tapi jangan terlalu dekat lah. Ya meski dia kakak kamu tapi....ya aku benci sama dia."

" Gini ya, kamu ini jika benci sama kakak aku kenapa kamu suka aku?"

" Ha?"

" Aku mau pergi." Sara tersenyum.

Saat Sara hendak pergi, Leo dengan cepat menghalanginya dan menutup pintu utama bahkan menyuruh pengawalnya mengunci gerbang depan dan belakang.

Sara tentu merasa kesal akan hal itu namun tetap diam menatap tajam Leo yang juga balik menatapnya dengan tajam.

" Apa yang coba kamu lakukan?" Tanya Sara tersenyum. " Ini maksudnya apa coba?"

" Udah malam, di luar bahaya."

" Tapi kamu lebih bahaya Leo."

" Udah ya, aku nggak mau bertengkar lagi sama kamu. Jadi kamu nggak boleh pergi sekarang, Kamu itu sedang sakit sekarang. Pergilah saat kau sudah sembuh."

" Aku udah sembuh Leo, minggir nggak."

" Nggak mau."

Sara kembali tersenyum miring dan melihat kesana kemari kembali merasa kesal pada Leo yang mencoba menghalanginya lagi.

" Pliss deh suami ku sayang, ini penting."

" Aku nggak mau dengerin kamu apapun itu, pokoknya kamu nggak boleh keluar."

" Ahhh, nggak boleh ya?" Sara memajukan bibir bawahnya. " Aaaa, baiklah. Aku akan melaporkan mu, bahwa kau seorang mafia penggelapan dokumen. Kau selalu membuat dokumen ilegal untuk memalsukan biodata orang lain, memasukkan imigran gelap di negara mana saja, dan mafia tanah yang selalu memalsukan sertifikat."

Leo tentu tertawa gemmes menatap Sara yang berjinjit sambil menaikkan kepalanya menatap Leo segitunya.

" Kau salah istri ku sayang." Leo mencubit pipi Sara. " Aku bukan mafia tanah, jadi jika kau tak mengerti lebih baik kau diam saja. Iii kau sangat menggemaskan."

" Apasih!"

" Memangnya kau tahu apa itu mafia ha?"

" Tentu aku tahu! Kau meremehkan ku?" Sara membulatkan matanya. " Kau mafia yang meresahkan semua orang."

" Benarkah? Baiklah, laporkan saja aku. Laporkan saja aku agar kau tak punya suami yang terobsesi pada mu. Astaga kau pendek sekali, imutnya (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)"

" Iiii apasih!" Wajah Sara memerah.

" Jika kamu memang mau laporin aku, kamu itu udah lakuin itu sejak dulu, tapi kami nggak lakuin itu karena kamu sayang banget sama aku, astaga iiii sangat menggemaskan!!!"

" Aku serius..."

" Aku juga serius baby."

" Ckkk menyebalkan, pokoknya aku mau pergi."

" Nggak boleh." Leo kembali menarik tangan Sara. " Ini tuh udah jam 11 malam, bentar lagi jam 12. Aku tahu kami wanita gila yang tidak takut apapun dan bisa ngelindungi diri kamu, tapi aku tetap cemas."

" Pokoknya aku mau pergi, kamu mau apa?"

" Pliss lah, kemarin lengan kamu kena tusuk pisau gara-gara nangkap pembunuh itu. Baru sehari loh kamu terluka, udah mau berulah lagi? Setidaknya lengan kamu kering dulu...."

" Aku nggak mau dengerin kamu."

" Ya udah." Leo melepaskan tangan Sara.

" Ya udah, aku pergi ya."

" Tapi jika kamu beneran pergi, besok kamu nggak usah balik lagi ke rumah aku deh."

Sara lalu berbalik. " Kamu usir aku?"

" Iya."

" Jadi kamu ancam aku dengan itu?"

" Menurut kamu apa?"

" Ya udah, aku nggak bakalan balik."

" Emangnya kamu mau ke mana? Kamu aja nggak punya rumah."

" Iii, mulut kamu tuh jahat banget sih."

" Ya udah jangan pergi."

" Wah, kamu pikir dengan ancaman kecil itu aku akan nurut? Nggak bakalan, aku tetap mau pergi." Sara mengerutkan keningnya.

" Ya udah pergi, jangan coba balik lagi nantinya."

" Ya udah aku pergi."

" Ya udah."

" Ya udah."

" Terserah."

Sara dengan kesal menendang pintu itu hingga gagang pintu itu sampai rusak.

Leo yang juga marah, kembali naik ke kamarnya. Mereka kembali saling tadi peduli lagi yang akan membawa bencana di orang-orang sekitarnya.

xxxxxxxxxxxxx

Esok harinya...

Sara kini terlihat tengah tidur pulas di sebuah sofa di ruang tamu yang kecil.

Melihat gaya tidur Sara yang memang aneh, hal itu membuat Bian langsung mengerti kenapa Leo seagresif itu padanya.

" Woi bangun, makan dulu." Bian meletakkan nampang berisikan roti dan susu di meja. " Bangun woi, Lo dengerin gue nggak sih?"

" Hmmm."

" Hhm HM HM, bangun nggak!"

" Apaan si, marah-marah di pagi hari."

" Mata Lo pagi, udah jam 1 siang juga. Bangun nggak!"

" Ya udah gih, nih gue bangun nih." Wajah Sara begitu kusut dengan rambutnya yang berantakan. " Apa?"

" Lo itu haru makan biar Lo tetap idup, ni makam biar Lo nggak mati." Bian menyuap Sara. " Bertengkar lagi Lo sama suami Lo, Lo berdua ngalahin anak kecil bertengkar tahu nggak sih?"

" Suapin gue yang bener."

" Eh anjing, gue nggak ketemuan pacar gue gara-gara Lo."

" Pacar ke 7?"

" Ke 9."

Sara lantas membuka matanya lebar. " Perasaan kemarin baru 6 deh, kok udah 9 aja?"

" Lo penasaran?"

" Nggak sih." Sara menggelengkan kepalanya. " Cuma, kepo dikit aja."

" Bedanya apa? Ni air jangan sampai ke wajah Lo yah, Lo kan numpang ni di apartemen gue. Seharusnya Lo nge babu di sini. Lo malah tidur ampe siang."

" Eh babi, 4 tahun yang lalu Lo punya utang ke gue ya sebanyak 6 juta ye. Lo bahkan belum ngasih gue duit sepeserpun. Lo jangan macam-macam Ama gue..."

" Ya lupain aja Napa sih? Lo mendingan jujur deh, Lo suka gue kan?"

" Ha?" Sara menampar wajah Bian. " Yang benar aje gue suka sama Lo, Lo boti babi."

" Lo anjing."

" Gue lebih cinta sama suami gue, Lo itu hanya sahabat dan kakak kesayangan gue. Ngerti?" Sara mencekik leher Bian.

" Apasih Lo!"

" Ya makanya berhenti, sebelum gue laporin Lo sama pacar Lo."

" Btw dari tadi suami Lo nelpon..."

" Dia ngapain nelpon gue? Dia udah ngusir gue."

" Lo masih mabuk?"

" Kalo tahu gini, gue Ama Adrian aja..."

" Nggak boleh, Adrian dah mati."

" Sekarang gue nyesel tapi gue suka sih, tapi nggak suka juga. Tapi kek cinta aja gitu..."

" Bedanya apa sih? Sekali lagi Lo ngomong gue tabok Lo pake ni piring ya."

Sara lalu kembali menjatuhkan dirinya di sofa dan melanjutkan tidurnya.

" Ni anak bener-bener ya, beban banget anjing. Kalo gue nggak sayang Ama Lo ya, gue buang Lo. Gue harus nelpon suaminya, Ni anak bedua bener-bener nyusahin kisah cinta gue banget njir. Capek banget gue."

Beberapa saat kemudyannn...

Bel pintu mulai terdengar dan segera Bian pergi membukanya. Terlihat Leo yang berwajah kesal padanya dan langsung masuk saja.

Bian hanya tersenyum miring memutar bola matanya malas, bagi Bian, Leo sangat menyebalkan karena sifat Leo yang memang sangat kasar kecuali pada istrinya.

" Lo berdua kenapa lagi sih? Kalo udah nggak ada harapan, cerai kan bisa." Ucap Bian.

" Gue paling nggak suka jika ada orang lain yang suka campurin masalah keluarga gue, apalagi Lo."

" Gue bukan orang lain bagi Sara, gue udah dari kecil Ama dia. Sedang Lo baru 11 tahun yang lalu. Gue tahu lebih banyak tentang Sara daripada Lo."

Leo kembali menghembuskan napas beratnya. " Sara bangun, ayo pulang."

" Leo?" Sara lalu bangun. " Kamu ngapain di sini? Kok kamu tahu aku di sini?"

" Sadar lah. Kau mabuk berat? Ckkk dasar wanita gila ini..."

" Husstt! Kau berisik sekali..."

" Kamu habis minum? Kamu ngapain sih minum di sini."

" Aku hanya minum, kenapa kamu marah? Aku juga nggak ngelakuin apapun, ya meski aku ingin melakukannya ya bukan dengan Bian juga, Bian dan aku saudara tiri, kamu kan tahu ayah aku dan ibu dia udah kawin apsihh... Ya intinya Bian kakak aku."

" Tapi orang tua kalian sudah meninggal..."

" Ya hubungannya apa coba? Jadi jika mereka meninggal, kami putus sebagai saudara? Leo, dalam keluarga ada yang di bilang KK, nama aku dan dia berdampingan sebagai saudara. Apsihh... Ya aku juga Nggak tahu sahabat aku bakal jadi saudara."

" Ya udah jika kalian bersaudara, ayo pulang."

" Dan 1 keajaiban lagi, kami rekan kerja di kantor. Membingungkan bukan, sahabat jadi adik kakak, Adik kakak jadi rekan kerja..."

" Mulut mu sangat bau. Ayo pulang kalau begitu."

" Aku tidak mau..." Sara langsung tak sadarkan diri.

Leo lantas menghela napas pasrah dan segera menggendong Liah ala bridal style.

" 15 tahun yang lalu, dia udah jadi adek gue. Jadi jika Lo Ampe nyakitin dia, gue bakal bikin Lo nyesel selamanya." Ancam Bian.

" Ya udah sih, nggak usah lebay juga."

" Nggak sopan banget sih Lo sama kakak ipar Lo sendiri."

" Adik Lo aja nggak sopan banget sama Lo, kenapa gue harus sopan coba?" Leo tersenyum.

" Ya kecuali adik gue sendiri, dia bebas ngatain gue apa aja. Orang lain nggak boleh."

" Sok iye Lo."

" Gue tahu Lo siapa ya, gue diam karena Sara aja. Gue nggak mau Sara nantinya terluka hanya karena Lo doang, sebab gue tahu ni anak tolol jika Lo Ampe pergi."

" Huff, baiklah. Gue pergi dulu."

Leo dan Sara lalu pergi dari apartemen Bian, semuanya langsung beres membuat Bian merasa lega.

xxxxxxxxxxxxx

Sara kembali terbangun saat berada di mobil Leo, ia melihat kesana kemari dan langsung merasa jengkel saat melihat Leo.

Rasa jengkelnya yang besar semakin membuat kepalanya begitu sakit.

" Aku kenapa bisa ada di sini?" Tanya Sara.

" Kamu ngapain sih minum-minum segala?"

" Kamu kan usir aku dari rumah kamu, ya aku ke rumah kakak aku lah."

" Kamu udah nggak mabuk kan? Udah sadar?"

" Nggak usah sok perhatian ya, kamu tuh nyebelin banget. Pake usir aku segala baru jemput aku lagi."

" Ya udah maaf, ckkk aku nggak bisa tidur tanpa kamu. Jangan siksa aku kek gini dong."

" Aku nggak siksa kamu, aku nggak pukul kamu, nggak cambuk, nggak aniaya, nggak tendang, nggak nembak, dan nggak bunuh kamu kok."

" Kami ini benar-benar ya..." Kesal Leo.

" Capek kan berantem Ama aku?"

" Nggak."

" Kok kamu yang marah sih?"

" Kamu boleh marah dan aku nggak boleh?"

" Iii apaan sih pake marah-marah segala."

" Ya udah kami jangan marah dong."

" Emangnya ada aku marah?!"

" Iiiishh ccckk nyebelin iii." Leo meminggirkan mobilnya.

" Kenapa berenti? Mau nurunin aku?"

Namun Leo masih diam dan berbalik menatapnya kesal. Sara juga bingung dan terciptalah wajah menggemaskannya di mata Leo yang membuat Leo kembali tersenyum.

Sara tentu semakin bingung melihat suaminya senyum-senyum seperti itu.

" Kamu baik-baik aja kan..."

Namun belum selesai bicara, Leo langsung memeluk Sara dan mencium pipinya.

" Aku rindu banget sama kamu, aku nggak bisa tidur tanpa kamu. Jangan ninggalin aku lagi."

" Ha?"

" Aku nggak bisa apa-apa tanpa kamu, aku sangat mencintai mu lebih dari apapun."

" Yang bener?" Sara tersenyum.

" Iyalah, aku minta maaf ya."

" Aku juga mencintai mu, aku juga minta maaf jika bikin kamu kesusahan."

" Segampang itu?"

" Maksudnya?"

" Saar nikah sama kamu, kamu tuh unik banget. Kamu minta juga selalu minta maaf saat aku minta maaf sama kamu."

" Anehnya di mana?"

" Aku lihat banyak wanita yang tak mau minta maaf dan mengaku salah jika berbaikan dengan pasangannya."

" Emang ada yang kek gitu?"

" Nggak tahu juga, yang penting kamu mencintai ku."

" Lebay nggak sih?"

" Nggak baby." Leo mencubit hidung Sara. " Sangat imut."

Sara kembali tersenyum tanpa beban dan merasa baikan setelah Leo meminta maaf.

Sering terjadi, jadi Leo terbiasa dan tahu cara minta maaf yang benar pada istrinya yang lebih keras kepala darinya.

Sejak menikah 11 tahun yang lalu, sifat mereka memang sangat terbuka satu sama lain hingga membuat pernikahan mereka terbilang awet. Tanpa di sadari Sara menikah dengan Leo saat usianya baru 18 tahun di mana Leo berusia 22 tahun saat itu.

xxxxxxxxxxxxx

Sesampainya mereka di rumah...

" Kita makan dulu." Ajak Leo.

" Tidak usah, aku kenyang."

" Makanlah dulu, biar dikit aja."

" Nggak mau, aku kenyang banget habis makan di apartemen Bian."

" Beneran nggak mau makan nih?" Leo tersenyum.

" Omong-omong, kamu kenapa senyum-senyum gitu?"

" Nggak apa-apa." Leo menggelengkan kepalanya. " Kamu mikir apa?"

" Ini kan hari Selasa... Nanti malam..."

" Kamu ingatkan?"

" Ya... Ingat sih, tapi..."

" Kamu nggak haid kan?"

" Nggak kok."

" Baguslah."

" Itu..."

" Ada apa? Kamu baik-baik aja kan?"

" Aku..." Sara memegang hidungnya. " Berdarah?"

Hidung Sara tiba-tiba mengeluarkan darah yang membuat kepalanya juga sakit.

" Hidung aku berdarah..."

Leo langas mengelap-gelapnya menggunakan tangannya. " Apa kau tidak mandi kemarin?"

" Sepertinya iya..." Sara langsung tak sadarkan diri.

" Sara... Huff dasar anak ini." Leo segera menggendongnya naik ke atas. " Ckkk dia demam lagi." Leo merasa kecewa.

TO BE CONTINUED...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!