NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

“Ck, kenapa kau sangat suka berteriak?” Nanda membekap mulut Delilah agar tak berlanjut teriakan tadi.

Netra mereka tentu saja saling beradu dan memelotot. Delilah masih tak terbiasa melihat Nanda yang bertelanjang dada. Padahal, si pria sudah menekan ego untuk tetap mengenakan pakaian ketika tidur. Hanya saja tetap sulit bagi Nanda menghilangkan kebiasaan melepas baju sepulang kerja begini. Dia lupa, terlanjur terlepas begitu saja dan dia tak menyangka Delilah akan menyusul ke kamar.

“Jangan berteriak lagi, oke?” Nanda melepas perlahan bekapan tangan setelah mendapat anggukan Delilah.

“Lekas mandi, sudah gelap. Ada yang perlu kita bicarakan setelah ini.” Suara Delilah sudah tenang, cepat sekali si wanita mengendalikan emosi dalam diri.

Nanda mengamati semburat kemerahan di pipi sang istri. Si jelita bahkan, tak berani menatap lurus pada sang suami yang kini tengah tersenyum tipis. Dia hanya mengangguk sekilas dan berlalu. Baru saja Delilah hendak menghembuskan napas lega, langkah Nanda tertahan dan mundur kembali sambil menatap Delilah.

“Apa kau tak ingin ikut saja sekalian kita diskusi di dalam, hm?” Nanda meninggalkan seringai di wajah tampannya.

Bukan jawaban yang dia dapat. Melainkan serangan bantal tak berakhir dari si jelita. Hingga dia memutuskan masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri.

Suara air masih terdengar, Delilah memilih duduk di balkon luar kamar menikmati semilir angin malam dengan sebuah buku di tangan. Sedang mengalihkan pikiran keruh yang mampir. Hei, meski sekeras baja. Dia tetaplah wanita normal pada umumnya. Entah sampai kapan kewarasan setia berada di kepala, tak ada yang tahu. Apalagi terus menerima godaan dari pria rupawan yang kerap mendengkur halus di atas sofa satu kamar.

Ceklek! Suara pintu kamar mandi terbuka. Nanda keluar dengan rambut berantakan dan basah. Uap mengekori langkah keluar dari dalam kamar mandi. Si pria terlihat segar, air bahkan masih menetes dari ujung rambut. Dia kemudian menyusul tempat Delilah berada.

“Kenapa kau di sini? Masuklah, dingin.” Nanda bersandar di ambang pintu dengan kerlingan nakal.

Aku perlu mendinginkan kepalaku, bodoh, umpatan hati Delilah.

“Kakek menyuruh kita untuk mandiri, kau setuju?” Delilah mengungkapkan tanpa basa-basi terlebih dahulu.

“Dia bahkan telah menyiapkan apartemen untuk kita, kau tahu?” Kalimat Nanda lebih mencengangkan, hampir saja Delilah tersedak ludah sendiri.

Nanda bertatapan dengan pemilik bibir mungil nan tipis yang sedang ternganga. Si istri tak segera reda dari rasa terkejut, bola mata Delilah kini berlarian. Berbagai macam pikiran dan pertimbangan singgah begitu saja. Sampai dia kehilangan kalimat untuk menanggapi pernyataan disambung pertanyaan Nanda barusan.

“Kau, ah, kita akan meninggalkan kakek juga? Sendirian di rumah sebesar ini? Apa kau benar-benar tega melakukan itu?” Delilah menatap Nanda yang bergerak mendekat lalu duduk di lantai, bersandar pada pagar pembatas balkon sambil menghadap Delilah.

“Hhhh … ini rumit untuk dijelaskan. Tapi, alasan klasik membuat kakek mengambil keputusan begini.” Nanda menghembuskan napas berat, sedangkan Delilah terlihat tak mengerti. Si wanita memiringkan kepala dengan kening berkerut.

“Kau tahu, jika ditinggalkan tidak menyenangkan. Jadi, sebelum kita melakukannya, kakek lebih dulu mengambil keputusan. Yah, ketimbang terkejut ditinggalkan. Kira-kira, begitulah.” Nanda bangkit berdiri dan masuk kembali ke dalam kamar.

Setelah kalimat Nanda barusan, Delilah seperti mengerti luka dan trauma yang disandang oleh Wisnu Dirgantara. Tak jauh berbeda dengan dirinya yang sangat takut untuk membiarkan seseorang masuk ke dalam hati. Terlalu takut jika pada akhir ditinggalkan sendirian kembali atau bahkan, tertolak dan terasa sama sekali tak layak. Wanita jelita itu terlihat lesu dan tertunduk sendirian masih bergeming di tempat yang sama. Nanda terdiam mengamati tubuh mungil sang istri dari dalam kamar.

Tak tega membiarkan si jelita terus sendirian. Nanda kembali menyusul Delilah dengan selimut di tangan. Berjalan perlahan dan mengenakan selimut ke tubuh Delilah. Tentu si pemilik tubuh mungil tersentak sedikit, terpaksa lamunan buyar dan kesadaran kembali ke badan.

“Tenanglah, kita bisa mampir di akhir minggu. Atau kapanpun kau mau, hm?” Nanda tersenyum sehangat mungkin sambil menepuk pelan bahu Delilah.

Masih enggan bersuara, tetapi si jelita tersenyum samar dengan anggukan pelan. Barangkali terselip rasa iba, si kakek berada di rumah tanpa satupun keluarga di sisi. Dia juga baru merasa akrab dengan sang pemilik rumah. Sedikit sayang sekali jika setelah ini hubungan mereka renggang lagi.

Malam kian larut, Nanda sudah bersiap memejamkan mata saat merasa sedang ditatap di balik kamar temaram. Dia menoleh dan benar, mendapati Delilah sedang fokus melihat ke arahnya.

“S-sedang apa? Tidak tidur? Apa kau lapar?” Otak Nanda mendadak beku, sejak tadi si istri tak mengeluarkan suara dan hanya melempar tatapan dengan penuh tanda tanya di hati Nanda.

Lagi-lagi Delilah tak bersuara, dia hanya menggeleng. Masih terus menatap Nanda tanpa berkedip dengan muka serius. Si pria justru mengerjap-ngerjap sambil mencoba menebak isi kepala mungil yang rumit.

“Kalau begitu tidurlah, kenapa kau malah ingin lomba adu tatap malam-malam begini?” Nanda sedang berusaha mengendalikan pikiran sendiri.

Saking banyak kalimat yang berdesakan ingin keluar, sampai aku sendiri tak tahu mulai dari mana dulu, sial! Delilah berkata lewat tatapan mata.

“Delilah, kau tidak sedang ingin menggodaku, bukan?” Nanda sudah duduk di tepi sofa dan bersiap menerkam mangsa.

“Cih, otak mesum!” Akhirnya suara Delilah terdengar sesaat sebelum dia menggulung rapat diri ke dalam selimut dan menghindari tatapan Nanda dengan memunggungi sang suami.

Merasa menang, Nanda menyeringai dan membaringkan diri kembali. Tanpa sadar, mereka terbuai dingin malam dan suara gemericik gerimis di luar rumah. Hingga menjelajahi dunia mimpi.

***

Ruangan bercat krem dengan paduan aksen keemasan dan langit-langit putih. Jendela besar dengan kelambu berwarna senada, menambah kesan cerah ketika cahaya matahari menelusup masuk dalam ruangan. Memaksa netra penghuni kamar mengernyit sesaat sebelum benar terbuka. Menyesuaikan cahaya yang berebut masuk, Nanda memijat sedikit ujung dalam mata dan mendapati Delilah di sana.

“Ah, selamat pagi.” Suara serak Nanda sehabis bangun tidur adalah favorit si jelita, jika diijinkan.

“Hari ini bolehkah aku pergi?” Delilah mencondongkan tubuh pada Nanda, seperti biasa. Tanpa basa-basi.

“Hm?” Nanda masih sibuk mencerna kalimat, kesadaran si pria baru terkumpul hampir setengah saja.

“Aku mendengar jika kak Feli selalu berada dirumah dan berbaring, bukankah sangat membosankan? Aku ingin mampir menemaninya, agar tak bosan. Boleh?”

Nanda terkekeh pelan, “Felicia, dia lebih muda dari kita.” Keterangan yang membuat netra Delilah hampir menggelinding, “aku memang menyuruhmu untuk menjadi Nyonya di rumah. Tapi, bukan berarti aku akan mengurungmu. Kau tidak memerlukan izin, Delilah. Asalkan kau tahu batas, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja saat berpesan jangan sering keluar tanpa diriku.” Senyum manis terpasang di wajah rupawan Nanda.

Kemudian di sisi lain, seseorang sedang sibuk dan ribut oleh pikiran sendiri. Mondar-mandir dia melihat lagi dan lagi foto dalam layar ponsel. Memastikan berulang kali dia tak salah lihat. Pria yang berada di dalam potret itu bukan Nanda, tetapi si wanita jelas adalah Delilah.

“Sudah kubilang menikah belum tentu menyenangkan, malah berakhir begini padahal belum genap satu bulan. Si jalang sialan!” geramnya sambil mengibaskan kertas hasil cetak foto yang dia lakukan barusan. Kemudian memasukkan beberapa lembar foto lain ke dalam satu amplop.

***

Hayo, jangan lupa support author please 🫣 dengan cara Like dan tinggalkan komentar yang baik ya guys 🥰 see you next part 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!