NovelToon NovelToon
Rujuk Kembali

Rujuk Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cerai / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Butterfly93_

Damar, seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Fasion dan Mode. Dia tidak bisa tidur dengan tenang ketika melihat nama seorang wanita yang ditugaskan sebagai perwakilan dari perusahaan luar negeri.

Thasya Wilona Adimerta, nama yang sama persis dengan mantan istrinya yang telah dia ceraikan dua tahun silam. Mereka harus berpisah dengan alasan yang tidak bisa Damar terima.

Tapi, setelah Damar tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu sebelum perceraian mereka, dia bertekat untuk memperbaiki hubungan mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11. MEMUTUSKAN BEKERJASAMA

Damar dan tamunya itu berdiri dan berbicara di ruang terpisah dengan Thasya berada. Tetapi, keduanya masih bisa dilihat Thasya karena ruangan itu hanya dipisahkan oleh tembok pendek sepinggang saja. Jadi, apa yang dilakukan Damar dan tamu wanitanya itu bisa dengan jelas dilihat.

“Sudah kubilang beritahu aku dulu kalau mau datang ke sini” kata Damar sambil berkaca pinggang sambil menatap tajam wanita di depannya itu.

“Aku sedang syuting iklan di dekat sini. Karena aku punya waktu istirahat cukup lama, jadi aku memutuskan datang ke sini sebentar” jawab wanita itu sambil melepaskan kaca mata yang dia pakai.

“Ah, maaf. Kakak sedang ada janji, ya? lanjutnya ketika dia melihat Thasya yang sedang berdiri seperti sedang menunggu mereka selesai berbicara.

“Ya sudah, kamu duduk aja di dalam. Ku suruh kau pergi juga nggak bakalan mau” balas Damar.

Thasya pun berjalan ke arah mereka berdua. Ketika wanita itu melihat Thasya mendekat, dia pun berkata. “Maaf, saya tidak tahu kalau kakak lagi ada tamu. Kalau begitu aku akan pergi…”

“Tidak! Anda tidak perlu meminta maaf. Karena urusan saya juga sudah selesai dan aku yakin Pak Damar juga berpikir begitu. Saya pamit dulu."

Thasya pun keluar dari dalam kamar tersebut.

"Thasya..." Damar ingin menghentikannya, tapi suaranya seperti tertahan di kerongkongannya.

"Apakah aku berniat akan menahannya dan memberi penjelasan? Padahal kami sudah tidak punya hubungan apa pun" batin Damar merasa kesal terhadap dirinya sendiri.

Sementara Thasya berjalan menuju lift dengan perasaan sedih juga. Dia juga jadi mempertanyakan dirinya sendiri.

"Kenapa aku datang ke sini merendahkan diri sendiri dan menerima perlakuan jahat seperti itu? Jadi, selama ini dia menganggap ku wanita seperti itu?"

"Padahal dia juga sudah punya wanita yang akan dia nikahi. Kenapa aku lancang sekali menjumpai dia saat malam hari seperti ini? Sebenarnya apa yang aku harapkan sekarang?"

Akhirnya Thasya tidak bisa menahan air matanya lagi. Diam tanpa suara dia menangis di dalam lift itu. Dadanya terasa sesak seperti ada ribuan ton besi yang menghimpitnya.

Sebelum keluar dari dalam lift, Thasya buru-buru menghapus air matanya. Dia tidak mau orang yang ada di lobby sana melihat dia sedang menangis.

Keluar dari pekarangan hotel tersebut, Thasya langsung menghentikan sebuah taxi. Malam ini dia berencana menemui temannya, Fami.

"Pak, minta tolong ke Ciroz Cafe di jalan melati" pinta Thasya saat dia sudah berada di dalam taxi.

"Baik, bu" jawab sang sopir lalu menjalankan mobilnya menuju ke tempat tujuan.

Thasya berniat menghubungi Fami memberitahukan kalau dia mau datang ke cafe tempat temannya itu bekerja. Tetapi setelah merogoh-rogoh tas, Thasya tidak menemukan ponselnya.

"Ponselku" gumamnya tidak sadar kalau benda tersebut tertinggal di sofa yang ada di kamar hotel Damar tadi.

Selesai menerima telepon dari Pak Faris tadi, Thasya lupa memasukkannya lagi ke dalam tasnya.

Akhirnya Thasya sampai di Ciroz Cafe tanpa memberitahu Fami kalau dia datang ke sana. Thasya masuk ke dalam cafe tersebut sambil memanggil temannya itu.

"Fami...! Fami...!"

Thasya melihat cafe tersebut sudah tidak ada pengunjung lagi. Seandainya sudah tutup, kenapa lampunya masih pada menyala?

"Fami...!" Thasya mencoba memanggil sekali lagi. Tapi, tetap saja tidak ada jawaban.

Melihat tidak ada tanda-tanda Fami di sana, Thasya pun berniat pergi. Tapi, tiba-tiba ada yang memanggilnya.

"Thasya..."

Ternyata yang memanggilnya itu adalah Vino, teman Damar sekaligus pemilik cafe itu.

"Benarkan kamu Thasya?" tanya Vino memastikan siapa wanita yang di depannya itu. Karena sudah lumayan lama mereka tidak pernah bertemu, takutnya dia salah orang.

"Ah, Vino" balas Thasya melihat laki-laki itu ada di sana.

"Lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" tanya Vino tahu kalau wanita itu adalah mantan istri temannya, Damar.

"Kabar saya baik. Fami di mana, ya?" tanya Thasya melihat belum ada penampakan temannya di sana.

"Ah, Fami. Dia dia pulang lebih awal hari ini. Apa sebelum datang ke sini tadi kamu tidak menghubunginya dulu?"

"Oh, begitu ya. Ponselku ketinggalan, jadi aku tidak bisa memberitahunya."

"Silahkan minum dulu sebentar. Mau minum apa? Biar aku buatin bentar. Sepertinya kamu kurang sehat, ya? Wajahmu terlihat pucat."

Vino memperhatikan Thasya dari tadi dan melihat wanita itu sepertinya kurang sehat.

"Tidak, terima kasih. Lebih baik sekarang saya pergi" pamit Thasya yang tidak mau berlama-lama lagi di sana.

Tujuannya ke sana kan mau ketemu sama temannya, Fami. Bukan laki-laki yang bernama Vino itu.

"Kenapa aku nggak kepikiran kalau pemilik cafe ini temannya Damar, sih" gumam Thasya setelah keluar dari cafe itu.

Sementara Damar yang sudah kembali sendiri di kamarnya setelah tamunya tadi pergi. Dia duduk di sofa dan melihat ponsel Thasya yang tertinggal di sana tadi.

Tadinya dia tidak tertarik untuk menyentuhnya. Tetapi, ketika dia melihat ada notifikasi pesan baru masuk dan dia melihat sebagian isinya terpampang di layar ponsel itu.

"Tiket pesawat ke Amerika?" Damar membaca pesan tersebut. Dan dia tahu kalau tiket yang dikirim ke ponsel Thasya itu adalah tiket pesawat dia kembali ke Amerika.

"Dia juga masih belum mengubah kebiasaannya membiarkan ponselnya tak ber password."

Tangannya pun tidak bisa berhenti ketika rasa penasarannya tidak kunjung padam. Jari-jari lincahnya semangat penuh membuka galery poto dan berakhir di aplikasi sosial media mantan istrinya itu.

Melihat beberapa kegiatan keseharian yang dibagikan Thasya di medsosnya membuat Damar berpikir jika mantan istrinya itu lebih bahagia setelah mereka berpisah.

Dia bisa melihat bagaimana Thasya mengekspresikan perasaannya yang terlihat lebih bahagia saat dia bandingkan ketika mereka masih hidup bersama beberapa tahun yang lalu.

"Senyumannya yang tak pernah aku tahu. Kebahagiaannya yang tak pernah aku tahu. Keinginannya yang juga tak pernah aku tahu" batin Damar setelah melihat beberapa postingan Thasya.

Dan satu malam itu Damar habiskan untuk mencari tahu bagaimana kehidupannya yang dijalani Thasya setelah mereka bercerai. Lewat foto-foto yang diabadikan dan disimpan di dalam ponsel mantan istrinya itu. Sedikit banyak Damar tahu bagaimana wanita itu menjalani hidupnya.

Damar jadi teringat waktu awal-awal perceraian di sahkan oleh pengadilan. Kenapa dia sampai sempat minum obat penenang, awalnya itu adalah perceraiannya yang masih tidak bisa dia terima.

Di mana dia sampai konsul sama Vino yang kebetulan dokter spesialis psikiater. Makanya Vino tahu bagaimana Damar begitu menolak perceraian itu terjadi.

Tetapi bagaimana pun cara dia menolak, setuju atau tidak setuju Thasya sudah memutuskan akan tetap bercerai. Damar marah saat itu. Marah pada dirinya sendiri karena tidak tahu caranya untuk menghentikan Thasya saat itu.

Semua tahapan perubahan psikologisnya itu Damar lalui. Mencoba berkompromi dengan masalah perceraiannya itu. Hingga dia benar-benar tidak bisa menerima mengakibatkan dia ditahap depresi. Makanya saat itulah dia butuh obat penang.

Untungnya Vino sabar menghadapi temannya itu. Bukan tanpa alasan Damar sebenarnya serapuh itu. Karena dia juga punya background kehidupan yang kurang baik di masa kecilnya.

Untung saja dia bisa melewati tahapan itu, sehingga dia akhirnya bisa menerima perceraian yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan akan terjadi di dalam hidupnya.

Menerima jika pernikahannya benar-benar sudah berakhir dengan Thasya.

Dan ini pertama kalinya juga setelah melihat bagaimana kehidupan sang mantan istrinya itu lewat momen-momen yang difoto, Damar mengharapkan kebahagiaan untuk seseorang.

1
Rose 19
mantan suami woy bukan suami,ngaku2 kamu Damar
Rose 19
aku penasaran apa yang membuat Thasya minta cerai dari Damar
Rose 19
pedes banget itu mulut
Rose 19
sepertinya seru
aira aira
thasya
Agus Tina
Kayaknya bagus, langsung subscribe .. dan berharao ditamatkan
Butterfly93_: Terima kasih kak atas dukungannya/Smile/
total 1 replies
Anto D Cotto
Luar biasa
Anto D Cotto
Biasa
Yuno
Nggak bisa berhenti!
Nakayn _2007
Sumpah lega banget nemu cerita yang bagus kayak gini di platform ini!
Butterfly93_: Terima kasih kak, semoga seterusnya suka dengan karya saya kak/Smile//Kiss/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!