NovelToon NovelToon
Pendekar Sakti Thung Seng

Pendekar Sakti Thung Seng

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / kelahiran kembali menjadi kuat / Dunia Lain / Dendam Kesumat / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pencari keabadian

Thung Seng seorang jenius beladiri yang juga memiliki seorang istri yang cantik jelita, dimana hal tersebut memancing iri dan dengki dari kakak seperguruannya sendiri.

Dengan memanfaatkan kekuasaannya sebagai seorang Raja dan melakukan kolaborasi dengan orang kepercayaannya Thung Seng, maka kakak seperguruan Thung Seng berhasil menangkap bahkan menghancurkan ilmu kungfu yang dimiliki oleh Thung Seng.

Sanggupkah Thung Seng yang kehilangan ingatan dan kehilangan kungfunya melakukan balas dendam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pencari keabadian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10.Jembatan Maut.

“Tu…tuan hendak memesan makanan apa?”tanya Pelayan tersebut mengubah nada bicaranya.

“Hmm apakah uang di atas meja ini cukup untuk membeli makanan di sini?”ucap Thung Seng.

“Apakah orang di depanKu ini hendak mengetest Aku? Jangan-jangan Orang di depanKu adalah bangsawan yang sedang menyamar,”pikir Pelayan itu.

“Lebih dari cukup untuk membeli makanan terenak dari restoran Kami,”jawab Pelayan.

“Hmm kalau begitu lekas sediakan makanan terenak itu!”perintah Thung Seng.

“Baik Tuan,”jawab Pelayan tersebut yang langsung pergi ke dalam dapur.

Seorang wanita cantik yang tadinya memandang rendah Thung Seng mulai mendekati meja Thung Seng kemudian berkata,”Adik boleh Aku duduk menemani Adik makan?”

“Oh silahkan,”ucap Thung Seng dengan ramah.

Wanita yang duduk semeja dengan Thung Seng sangat piawai dalam berkomunikasi, tahu mengenai wilayah kita Siczan dan sekitarnya dengan mendetail.

Badan Wanita tersebut sangat wangi membuat Thung Seng terbuai.

Kalau dari usia sebenarnya Thung Seng seusia dengan Wanita disebelahnya tapi wajah Thung Seng yang awet muda dan imut membuat semua orang di dunia Mycondrian menyangka Thung Seng baru berumur delapan belas tahun, padahal usia Thung Seng sebenarnya adalah tiga puluh lima tahun.

Pelayan datang dan menaruh beberapa hidangan di depan Thung Seng.

“Adik, biar Kakak Zhao Hua yang menuangkan minum.”

“Baik, terima kasih,”jawab Thung Seng.

Zhao Hua menuangkan minum tapi malah terjatuh menubruk badan Thung Seng dan segera memperbaiki posisinya.

“Aduh maaf Adik bajuMu jadi basah,”ucap Zhao Hua sambil mengelap baju Thung Seng dengan sapu tangannya.

“Adik Aku ada keperluan lain, lain kali Kita bertemu,”ucap Zhao Hua.

“Emm baiklah,”jawab Thung Seng.

“Hey Nona, tidak semudah itu Kau keluar dari restoran ini,”ucap seorang Pria tua sambil menghalangi jalan Wanita itu.

“Tolong ada Orang cabul!”teriak Zhao Hua.

Teriakkan Zhao Hua menarik perhatian para pengunjung restoran.

“Pak tua, biarkan Wanita ini keluar!”seru Thung Seng sambil bergegas berdiri.

“Hehehe Anak muda Kau telah kena jebakkan rayuan dari Wanita ini. Kantong uangMu telah diambil oleh Wanita ini,”ucap Pria tua.

Thung Seng segera meraba bajunya dan tidak menemukan kantong uangnya.

“Kakak Zhao Hua kembalikan kantong uangKu,”ucap Thung Seng.

Ucapan Thung Seng membuat emosi para lelaki terhadap Pria tua menyusut.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan, Zhao Hua segera membanting sebuah tabung kecil ke lantai restoran, seketika suasana di dalam restoran menjadi gelap.

Ketika asap hitam lenyap, baik Zhao Hua maupun pria tua tadi sudah tidak terlihat batang hidungnya.

“Sial, Aku jadi orang dungu, Aku tidak tahu kemana Zhao Hua dan pria tua tadi pergi. Kantong uang yang Kuambil dari Lie Chuan, karena kecerobohanKu sekarang berpindah tangan,”pikir Thung Seng sambil melanjutkan makannya.

“Pelayan tolong bungkus sisa makanan ini dan berapa Aku harus bayar?”

“Baik Tuan, untuk biayanya tiga koin perak,”jawab Pelayan.

Tak lama kemudian Thung Seng keluar dari restoran dan melanjutkan perjalanan dengan kudanya.

“Benar dugaanKu, orang tadi pasti Bangsawan, ketika kantong uangnya dicuri mendadak pengawalnya muncul dan dia tidak terlihat panik,”pikir Pelayan yang sebelumnya mengusir Thung Seng.

Disaat yang sama tapi di tempat kediaman Lie Chuan, terlihat istri Lie Chuan beserta seluruh pengikutnya yang berlutut ketakutan karena Yang Mi dan Bibinya telah mengacak-acak dan merubuhkan semua penjaga.

“Bibi, Kita telah masuk ke gudang rahasia Lie Chuan, tapi kitab pusaka perguruan tidak ditemukan sama sekali,”ucap Yang Mi.

“Hmm apa mungkin pemuda yang Kita temui di hutan yang membawa kitab pusaka milik perguruan Kita?”ucap Bibinya Yang Mi.

“Maksud Bibi?”tanya Yang Mi yang tidak mengerti.

“Jenazah Lie Chuan tidak memakai cincin penyimpanan ruang. Kalau benar pemuda itu yang membunuh Lie Chuan, sepertinya dia mengambil cincin milik Lie Chuan, dan ada kemungkinan kitab pusaka perguruan Kita ada di dalam cincin tersebut,”jawab Yang Giok.

“Wah gawat, kalau begitu lekas Kita menyusulnya!”seru Yang Mi panik.

Sementara itu orang yang menjadi bahan pembicaraan Mereka berdua sedang dengan tenangnya naik kuda dan bertanya-tanya arah ke gunung.

Satu jam kemudian Thung Seng sudah berada di luar gerbang kota Siczan dan di hadapannya terlihat sebuah gunung.

“Hmm tinggal lurus terus dan Aku akan sampai ke sana. Kalau dantianKu sudah sembuh, Aku akan berlatih kungfu dengan tekun sehingga tidak ada lagi orang yang bisa seenaknya memukuliKu,”pikir Thung Seng.

Hari sudah mulai gelap, Thung Seng melewati perempatan jalan dan tetap mengambil arah jalan lurus menuju ke sebuah gunung.

Setelah berjalan selama setengah jam di depan terlihat sebuah jembatan dimana ditengah jembatan terlihat seorang yang berkepala botak dan bertubuh besar.

Thung Seng memajukan kudanya sampai akhirnya berhenti di depan orang yang berkepala botak dan memiliki badan setinggi tiga setengah meter.

“Anak muda apakah Kau hendak melewati jembatan ini,”tanya Orang berkepala botak tersebut.

“Iya benar, silahkan Anda minggir karena Anda menghalangi jalan,”ucap Thung Seng.

“Huh kalau mau lewat ada syaratnya dan Kau boleh memilih,”ucap Orang berkepala botak.

“Syarat apa?”

“Pilihan pertama adalah membayar tiga keping perak dan kalau Kau tidak mau membayar ataupun tidak memiliki tiga keping perak maka bisa memilih pilihan kedua,”jawab Orang berkepala botak.

“Apa pilihan keduanya?”tanya Thung Seng.

“Sanggup menerima tiga pukulanKu,”jawab Orang botak tersebut.

“Oh Aku memilih yang kedua,”ucap Thung Seng.

“Apakah Orang ini gila? Tanpa memiliki kungfu tapi hendak menerima pukulanKu,”pikir Orang botak ini dengan terkejut dan heran.

“Anak muda, apa Kau tidak sayang dengan nyawaMu?”

“Tentu saja Aku sayang dengan nyawaKu tapi kurasa pukulanMu tidak akan melukaiKu,”jawab Thung Seng dengan tenang.

“Hahahaha Kau adalah orang gila yang sombong,”ucap Orang botak bertubuh tinggi besar tersebut seraya memukul ke arah wajah Thung Seng.

“Bang!”bunyi pukulan terdengar dan Orang bertubuh tinggi besar tersebut meringgis kesakitan.

“Masih dua kali pukulan lagi, silahkan diteruskan,”ucap Thung Seng.

Orang bertubuh tinggi besar menggeser tubuhnya memberi jalan untuk Thung Seng lewat.

Ketika Thung Seng sedikit melewati Orang bertubuh tinggi besar itu, tanpa disangka oleh Thung Seng, sebuah pukulan lagi kembali dilancarkan ke arah iga Thung Seng.

Posisi Thung Seng yang tidak menguntungkan membuat Thung Seng terlempar dari kudanya dan terjatuh ke dalam jurang.

“Li Cong dan Lieh Lo, lekas Kau ambil barang-barangnya!”perintah Orang yang berbadan tinggi besar kepada dua anak buahnya yang menunggu di bawah jurang.

Hening tidak ada jawaban.

“Bagaimana apakah ada barang berharga yang dibawanya?”

“B…boss, orang yang boss kirim ke bawah masih hidup dan tidak kurang suatu apapun,”jawab Li Cong dengan ketakutan.

“Apaaaa!!!”seru Orang tinggi besar itu terkejut seraya melihat ke bawah.

“Ayo ke bawah, Aku masih berhutang satu pukulan lagi,”jawab Thung Seng sambil cengar-cengir.

“Hieeehhh.”

Seakan mengerti ucapan Tuannya, Kuda milik Thung Seng segera menendang Orang tinggi besar tersebut sehingga Ia pun jatuh ke jurang.

Berbeda dengan Thung Seng, ketika badan Orang tinggi besar ini menyentuh dasar jurang, maka nyawanya pun terbang ke atas, sehingga tamatlah riwayatnya.

“Tidaakkkk boss!”teriak kedua Anak buah dari mendiang Orang tinggi besar dengan sedih.

Tanpa memperdulikan Mereka, Thung Seng kembali berjalan dan kemudian dengan tangan dan kakinya merambat ke atas.

Bersambung:))

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
RisingPhoenix: Terima kasih atas kunjungannya dan salam kenal juga 🙏🏼😃.
total 1 replies
ayub tambunan
ini yang bikin malas baca masa jadi anak 12 tahun giman mau berkelahi nya maaf nda jadi lanjut baca
RisingPhoenix: Terima kasih atas kunjungannya. 🙏🏼.

Justru di situ uniknya cerita ini, karena dengan tubuh istimewanya serta kungfunya yang naik dengan cepat serta interaksi yang unik dengan burung besar 🙏🏼😃.
total 1 replies
jaka saba jati
katanya pek liong...knapa manggilnya tung seng
RisingPhoenix: Pek Liong nama pemberian ketika Dia tidak tahu nama aslinya, sedangkan Thung Seng adalah nama aslinya.

Terima kasih sudah berkunjung membaca 🙏🏼🙏🏼🙏🏼.
total 1 replies
Membo 69
cocok judulnya pendekar bloon😆😆😆
RisingPhoenix: 😂😂namanya juga lupa ingatan jadi minim pengalaman 😃😃😃😅🙏🏼
total 1 replies
Membo 69
kalau alur cerita ada POV sepertinya kurang apik Thor..Napa ngga dijadikan satu dgn. plot ceritanya .seakan terkesan cerita dipaksakan jadinya🥱
RisingPhoenix: Baik, terima kasih atas sarannya 🙏🏼
total 1 replies
Membo 69
jgn diulang ulang kalimat yg sama..dan kosakata juga perlu dibenahi bro
Razali Azli
cerita novel dah menarik. tapi nama² watak sangat tidak menarik. saranku thor, akan datang atau jika ada novel baru usahakan agar nama watak dan tempat dijadikan lebih baik.
RisingPhoenix: Razali Azli, terima kasih atas masukannya 🙏🏼
total 1 replies
RisingPhoenix
Terima kasih 🙏🏼🙏🏼🙏🏼😃
Ismaeni
lanjut thor,ceritanya menarik
RisingPhoenix: Terima kasih atas dukungannya @ismaeni 🙏🏼
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!