JANDA PERAWAN CEO

"APA?" Yara seakan tidak percaya.

"Iya, temanmu itu ingin macam-macam dengan mu. Jangan dekati dia lagi!" Farrel semakin emosi.

"Kalau boleh nanya. Apa yang kalian lakukan tadi malam?" Naldo menatap penuh kecurigaan kepada Farrel.

Farrel berdiri dan membisikkan sesuatu kepada Naldo, "Yara telah merampas keperjakaan ku."

Mata Naldo melotot dan memandang penuh kecewa ke arah Yara.

"Dan kamu Yara, kamu sudah menyentuh ku. Kamu harus bertanggung jawab." Farrel meninggalkan restoran.

"Yara, apa yang kamu lakukan?" Naldo mencari tahu berharap semua yang dikatakan Farrel adalah suatu kebohongan.

"Naldo, apa Farrel orang yang mempunyai kekuasaan?" Yara sedikit berbisik.

"Iya, jangan macam-macam dengannya. Atau kamu tidak bisa lagi tinggal di Kota A."

"Apa yang harus aku lakukan?" nampak ketakutan di wajah Yara.

"Apa benar yang dikatakan Farrel, kamu ...?" selidik Naldo.

"Naldo, bawa aku pergi dari sini." Yara berdiri menarik tangan Naldo.

"Mau kemana kita?"

"Kemana saja, ayo, cepetan." Yara tanpa sengaja menggandeng lengan Naldo.

Naldo tersipu, tidak menyia-nyiakan kesempatan Naldo membawa Yara pergi diam-diam tanpa sepengetahuan Farrel. Akhirnya mereka pergi ke kota A tanpa Farrel. Naldo penasaran mengapa Yara menjadi jandanya Farrel. Yara pun menceritakan awal pertemuannya dengan Farrel sampai terjadi pernikahan kontrak dan akhirnya mereka bercerai.

Wanda, gara-gara dia Farrel menceraikan Yara. Wanda, apa karena Yara mirip dengan Wanda sehingga Farrel memutuskan menikahi Yara. Atau apakah Farrel yang salah menganggap Yara adalah Wanda.

Naldo teringat ketika mereka jadi tetangga. Wanda sering bermain sendirian, Wanda tinggal bersama dengan papanya. Entah apa yang terjadi pada mamanya Wanda, yang jelas Wanda hanya tinggal bersama papanya. Wanda selalu diawasi gerak geriknya, papanya melarang Wanda untuk bermain dengan anak-anak yang lain.

Wanda selalu mengintip dari balik tirai jendela kamarnya. Terkadang Naldo mendapati Wanda yang ingin bermain keluar, tapi lagi-lagi papanya marah dan menyuruh Wanda masuk ke dalam rumah. Wanda sering menangis kesepian. Wanda layaknya anak-anak yang lain ingin sekali menghabiskan waktu bermainnya dengan teman-teman.

"Yara, benarkah kamu tidak mengingat masa kecil mu?" Naldo menoleh ke arah Yara sambil fokus dengan setirnya.

"Iya, aku tidak mengingatnya. Maaf Naldo aku juga tidak mengenalimu." Yara menghela nafas.

"Yara, aku sejak dulu sudah menyukaimu. Kenangan-kenangan kita selalu aku ingat. Dan akhirnya kita kembali bertemu. Bolehkah aku ingin lebih dekat denganmu?" tanya Naldo.

"Boleh," jawab Yara.

"Apa rencanamu setelah tiba di kota A?"

Yara kemudian memberitahu rencananya kepada Naldo setelah tiba di kota A, Yara akan mencari pekerjaan. Sebenarnya orang tuanya sudah menawarkan bekerja di kantor mereka, tapi Yara menolak dengan halus. Alasannya Yara ingin mandiri.

"Orang tuamu? Mereka orang tuamu?" Naldo mengernyitkan keningnya.

"Iya, aku juga baru mengetahuinya. Mereka bilang Papa Arya dan Mama Dewi adalah sahabat mereka. Karena terjadi sesuatu di masa lalu, orang tua kandung ku menitipkan aku kepada mereka," jawab Yara.

"Yara, kamu bisa bekerja di kantor ku jika kamu mau," tawar Naldo.

"Benarkah? Sungguh?" wajah Yara berseri-seri menatap Naldo.

"Iya, tentu saja." Naldo tersenyum ke arah Yara.

Yara sangat berterima kasih kepada Naldo. Naldo juga begitu, ini kesempatan bagi Naldo untuk lebih dekat dengan Yara. Semoga saja Yara membuka hatinya untuk Naldo. Naldo akan bersaing dengan Farrel CEO yang dikenal sangat dingin. Naldo percaya dirinya akan memenangkan hati Yara. Naldo juga tidak kalah tampan sama seperti Farrel.

- Di Hotel Metro

Farrel ada meeting pagi. Setelah menyelesaikan sarapannya, Farrel tanpa permisi kepada Yara dan Naldo meninggalkan restoran. Setelah meeting berakhir, Farrel baru sadar Yara bersama Naldo.

Farrel kembali ke restoran dan ternyata mereka berdua sudah tidak ada. Farrel merasa cemburu. Farrel akhirnya menghubungi Yara. Ponsel Yara tidak aktif, Farrel semakin emosi. Farrel khawatir jika terjadi sesuatu lagi kepada Yara. Apakah Yara aman bersama Naldo. Farrel takut Naldo akan seperti Dokter Ozil yang mau berbuat mesum kepada Yara.

Farrel memutar otaknya mencari cara agar bisa bertemu dengan Naldo. Farrel menghubungi Naldo. Naldo menjawab panggilan Farrel. Farrel bertanya sekarang mereka ada dimana. Naldo memberitahu lokasi mereka saat ini. Dan Farrel menyuruh Naldo agar berhenti di tempat yang aman karena di dalam mobil Naldo dipasangi bom.

Betapa terkejutnya Naldo sehingga Naldo dalam keadaan panik menginjak rem mobil secara mendadak. Yara yang saat itu tidak menggunakan sabuk pengaman, kepalanya terbentur dashboard mobil.

BRAAKK!

"Yara, Yara!" teriak Naldo.

Naldo dalam kepanikannya memberitahu Farrel keadaan Yara. Dan Naldo akan membawa Yara ke rumah sakit terdekat. Yara dalam keadaan pingsan, kepalanya mengeluarkan darah.

Farrel menyesal, Farrel segera menyusul Yara dan Naldo menggunakan helikopter pribadinya. Sepanjang perjalanan Farrel menyesal. Farrel hanya berniat untuk melindungi Yara. Farrel terlalu cinta sama Yara, Farrel takut Yara akan terluka dengan pria lain.

- Rumah sakit kota B

Yara masih belum sadarkan diri. Yara sudah berada di dalam ruangan. Kepala Yara hanya terluka ringan tidak terlalu serius. Naldo dengan setia menemani Yara. Tidak berapa lama, Farrel tiba. Farrel meneteskan air mata penuh penyesalan. Farrel menggenggam jemari Yara.

"Yara, maaf, maafin aku." Farrel menangis sambil menciumi punggung tangan Yara.

"Farrel, Yara baik-baik saja. Kepalanya terbentur dashboard mobil. Karena Yara tidak menggunakan sabuk pengaman," ujar Naldo.

"Naldo, maaf. Tidak ada bom di dalam mobilmu," kata Farrel.

"APA!" Naldo berdiri dari tempat tidurnya.

 Naldo mencengkram kerah baju Farrel, "Gara-gara kamu Yara terluka!"

"Maaf, maaf. Aku cemburu melihat kamu dekat dengan Yara. Aku takut kamu seperti Dokter Ozil yang berniat jahat kepada Yara,"

"Tidak semua orang berbuat jahat kepada Yara. Aku melindunginya. Kamu, kamu melukainya." Naldo dengan kasar mendorong Farrel.

"Maaf." Farrel terduduk di lantai kamar Yara.

"Farrel, seandainya hari ini terjadi kecelakaan kepada kami, aku pastikan kamu tidak akan bertemu dengan Yara!" Naldo menghampiri Yara.

Yara mendengar semuanya, Yara perlahan membuka matanya. Yara menatap ke arah Naldo yang berada disampingnya. Yara mencari Farrel.

"Naldo." Panggil Yara.

"Iya, aku di sini," Naldo tersenyum penuh cinta kepada Yara.

"Dimana Farrel?" tanya Yara.

"Yara, ngapain mencari orang yang sudah membuat mu celaka!" wajah Naldo berubah merah menyala.

"Dia, membuat ku celaka?" Yara menyipitkan matanya.

"Dia bilang, di dalam mobil ku ada bom. Karena itu aku mendadak menginjak rem dan kepala mu terluka. Dia jahat Yara!" Naldo semakin emosi.

"Farrel." Yara memanggil Farrel.

Farrel bangun dan berdiri di samping hospital bed, tertunduk menghadap Yara.

"Yara, maaf. Aku sudah menyakiti mu. Hukumlah aku." Farrel meneteskan air mata.

"Farrel kamu jahat!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...