NovelToon NovelToon
Obsessed With My Handsome Duke

Obsessed With My Handsome Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

Emily terkejut saat menyadari bahwa dia telah transmigrasi ke dalam sebuah novel yang dia baca sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, dia menyadari bahwa dia tidak menjadi tokoh utama seperti yang dia harapkan, melainkan menjadi seorang putri pendukung yang sombong, bernama Adeline. Adeline dikenal sebagai seorang putri sombong dan arogan yang akhirnya mati keracunan karena perselisihan cinta antara protagonis wanita, yang disebabkan oleh ulah antagonis wanita.

"Kenapa aku harus mati konyol?" batin Emily. "Dari pada hanya menjadi pemeran pendukung, sekalian saja aku yang jadi protagonis! Hey, aku seorang putri raja!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Ke Istana

Adeline melangkah keluar dari kereta kuda dengan langkah yang hati-hati, memperhatikan sekelilingnya dengan cermat.

Saat matanya menangkap bayangan punggung seseorang di kejauhan, ia tanpa ragu memanggil dengan suara riang, "Kak Nathan!"

Punggung yang tadinya menghadapinya tiba-tiba berbalik, dan matanya bertemu dengan sosok yang ia nantikan: Nathaniel.

Sebuah senyum terpancar di wajahnya saat ia melihat adik perempuannya kesayangan, Adeline, berlari ke arahnya dengan penuh semangat.

Namun, suara Duke Emeric terus berkumandang di telinga Adeline, memperingatkannya untuk berhati-hati.

"Sayang, berhati-hatilah." seru Duke Emeric dengan wajah khawatir.

Nathaniel dengan penuh kerinduan memeluk Adeline begitu erat, seolah ingin menangkap seluruh momen itu dalam pelukannya.

"Adeline," gumamnya dengan suara hangat yang penuh dengan kerinduan.

Adeline membalas pelukan itu dengan lembut, kemudian menyelipkan pertanyaannya, "Apakah kau baik-baik saja?"

Nathaniel mengangguk dengan senyum yang lemah, meskipun ekspresinya sedikit kecewa karena belum puas memeluk Adeline.

Dia mengarahkan pandangannya ke arah Duke Emeric, memberikan tanda penghargaan terhadap kehadiran sang Duke.

Kemudian, dengan nada yang menenangkan, ia menjawab, "Aku baik-baik saja, Adeline. "

Adeline, dengan wajah yang penuh kekhawatiran, menyampaikan betapa terkejutnya ia mendengar berita tentang munculnya monster di hutan dekat istana.

"Kau tahu, betapa terkejutnya aku mendengar...berita ada serangan monster di istana."

Dia dengan jelas menyatakan kekhawatirannya terhadap keadaan istana Putra Mahkota yang berada di dekat hutan tersebut.

Nathaniel tersenyum lembut, mencoba meredakan kekhawatiran Adeline, "Semuanya baik-baik saja. Berkat bantuan Elisa dengan kekuatan suci yang dimilikinya, semuanya berjalan lancar."

"Apakah Nona Elisa baik-baik saja?!" Adeline merasa lega mendengar kabar baik dari Nathaniel, lalu dengan cepat ia bertanya tentang keberadaan Elisa.

Nathaniel, dengan wajah yang cerah, menjawab bahwa Elisa mungkin berada di istana Putri Mahkota, dan bahwa dia sendiri juga sedang dalam perjalanan menuju sana.

"Ya, tentu saja, Adeline. "

"Dimana Nona Elisa sekarang?"

"Dia mungkin berada di istana Putri Mahkota. Aku sendiri sedang dalam perjalanan menuju sana."

"Bisakah aku ikut denganmu? Aku sangat ingin melihat Elisa dan memastikan dia dalam keadaan baik." Adeline, penuh antusias, memohon untuk ikut serta.

"Tentu saja, Adeline. Aku yakin Elisa akan senang melihatmu."

"Terima kasih, Kak Nathan. Aku benar-benar merindukannya."

Kemudian, bersama-sama dengan Duke Emeric, mereka melanjutkan perjalanan menuju istana Putri Mahkota.

Dalam perjalanan mereka,

"Mungkin lebih baik jika kita bertemu dengan Raja dan Ratu terlebih dahulu sebelum mengunjungi Nona Elisa." Duke Emeric menyarankan untuk bertemu dengan Raja dan Ratu terlebih dahulu, namun Adeline dengan cepat menanggapi bahwa mereka akan bertemu dengan Elisa terlebih dahulu.

"Maaf, Emeric, tapi aku ingin memastikan Nona Elisa dalam keadaan baik terlebih dahulu. Aku merasa khawatir dan ingin segera bertemu dengannya."

"Baiklah, Adeline. Seperti yang kau inginkan." Duke Emeric hanya tersenyum pasrah, mengikuti langkah istri tercintanya.

"Kamu sudah membuat keputusan yang tepat, Adeline. Elisa pasti akan senang melihatmu."

Setibanya di istana Putri Mahkota, mata mereka langsung tertuju pada keindahan taman bunga yang memikat. Di tengah-tengah keindahan itu, terlihat Elisa duduk tenang sambil menikmati secangkir teh.

Adeline, dipenuhi kegembiraan, memanggil Elisa dengan suara yang penuh antusias. Elisa membalikkan badannya, wajahnya terpancar senyum hangat begitu melihat kedatangan mereka.

Dengan langkah yang anggun, Elisa menyambut mereka.

"Selamat datang, senang mendapat kunjungan mengejutkan ini." sambutnya ramah, seraya mengundang mereka untuk bergabung menikmati teh di tengah-tengah kebun bunga yang indah.

"Bagaimana jika kalian bergabung menikmati taman bunga ini dan minum teh?"

"Ide Bagus, Elisa." seru Nathaniel dengan semangat.

"Terima kasih banyak atas undangan nya, Putri Mahkota." ucap Duke Emeric dengan sopan.

Adeline dengan langkah cepat mendekati Elisa, lalu meraih tangan Elisa dengan lembut.

"Bagaimana keadaanmu, Nona Elisa?" tanya Adeline penuh perhatian.

Elisa tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja," jawabnya, "meskipun masih terkejut karena ini pertama kalinya aku melihat monster."

Sorot matanya mencerminkan rasa heran dan keajaiban atas pengalaman yang baru saja dialaminya.

Adeline mengungkapkan kekhawatirannya pada Elisa, menyarankan agar dia beristirahat dan tidak memaksakan diri.

Namun, Elisa dengan ramah menolak saran tersebut sambil tersenyum.

"Aku sudah bosan beristirahat, Duchess Bethel," katanya dengan tegas namun tetap tersenyum hangat, meskipun ekspresi wajahnya masih memancarkan ketenangan yang khas.

Tanpa menunda lebih lama, mereka bergerak menuju meja tempat Elisa duduk, di bawah naungan pohon-pohon yang rindang.

Dengan gerakan yang anggun, mereka duduk di kursi masing-masing, menikmati suasana yang tenang di taman bunga itu.

Adeline memandang Elisa dengan penuh kehangatan, merasa lega melihat bahwa temannya itu tampak baik-baik saja meskipun pengalaman yang baru saja dialaminya.

Di bawah sinar matahari yang lembut, mereka duduk bersantai di taman bunga, menikmati secangkir teh yang harum dan segar.

Pemandangan bunga-bunga yang mekar di sekitar mereka memberikan nuansa yang menenangkan dan menyegarkan.

Ketika duduk bersama, mereka tak henti-hentinya bercerita dengan antusias.Adeline, dengan semangat yang memancar dari matanya, mulai menceritakan pengalaman bulan madunya dengan Duke Emeric.

Kata-katanya mengalir dengan lancar, memperlihatkan betapa bahagianya ia selama perjalanan romantis itu.

Setiap detail cerita disampaikan dengan penuh gairah, dan setiap kali Adeline tertawa atau tersenyum, cahaya matahari sepertinya lebih bercahaya.

Nathaniel dan Elisa mendengarkan dengan penuh perhatian, wajah mereka dipenuhi oleh ekspresi yang berubah-ubah.

Terkadang mereka tertawa geli, terkadang merona karena kekaguman atas cerita-cerita yang diceritakan Adeline.

Sementara itu, Duke Emeric duduk di sampingnya, sesekali tersenyum dan tertawa kecil, menyaksikan dengan bangga kegembiraan yang dirasakan oleh istrinya.

Meskipun cerita-cerita itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan petualangan hidup mereka, namun momen itu di taman bunga terasa begitu indah dan berarti bagi mereka semua.

Di bawah naungan pohon-pohon dan di antara aroma bunga yang harum, mereka merasakan kehangatan persahabatan dan cinta yang tak tergantikan.

Duke Emeric mengingatkan Adeline bahwa waktunya untuk bertemu dengan Raja dan Ratu sudah dekat, mengingatkan mereka akan kewajiban mereka sebagai anggota kerajaan.

Meskipun enggan meninggalkan kesenangan bersama Elisa dan Nathaniel di taman bunga, Adeline akhirnya setuju dengan suaminya. Dengan terhormat, mereka berdiri dari tempat duduk mereka.

"Sayang, aku pikir sudah waktunya kita bertemu dengan Raja dan Ratu. Mereka pasti menantikan kedatangan kita."

"Benar, meskipun aku merasa enggan meninggalkan kesenangan bersama Nona Elisa dan kak Nathan di taman bunga."

"Tapi sebagai anggota kerajaan, kita memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi."

"Nina Elisa, Kak Nathan, terima kasih atas waktu yang menyenangkan. Aku berharap kita bisa melanjutkan pesta teh ini di lain waktu."

"Tentu saja, Duchess Bethel. Kami sangat menikmati kehadiranmu. Sampai jumpa lagi." seru Rlisa dengan sopan.

"Ya, sampai jumpa, Adeline. Semoga perjalananmu ke ruang utama berjalan lancar."

Duke Emeric menawarkan tangan nya kepada Adeline, dan dengan lembut mereka berjalan bersama-sama, meninggalkan taman bunga menuju ruang utama istana.

Mereka berdua melangkah dengan langkah mantap menuju ruang utama istana. Di sana, Raja dan Ratu sering menghabiskan waktu untuk berbincang sebelum makan malam.

1
salwi
/Chuckle/
Melsbay
Halo... terima kasih sudah menjadi pembaca setia. Untuk mendukung author, mohon di like, subscribe, komentar, kasih bintanng dan di vote ya... terima kasih banyak...
Melsbay
mohon di like, subscribe, bintang dan follow akun ya gaess ya...😇 biar authir lebih semangat up karya dan jangan lupa di komen juga ya😇😇😇 Sankyuuu...
Olive
/CoolGuy//CoolGuy/
Niaa🥰🥰
Luar biasa
Niaa🥰🥰
😁😁🥰🥰
Melsbay
mohon bantu support author dengan like, subscribe, follow dan bintang ya... jangan lupa dikomen ya, teman2... sankyu😇😇😇
Bird
👣👣👣
Keyzie
👣👣👣👣
Pembaca Setia
update terus ya thor👍👍
Pembaca Setia
gentle👍👍
Pembaca Setia
/Hey//Facepalm/
Ryfca
🥰🥰🥰
Vallleri Abel
up up up
Suryavajra
Saintes itu apa kak?
Melsbay: sama sama😄
Suryavajra: wah keren.. insight baru.. thanks kak
total 3 replies
Suryavajra
buat aku, author yang bisa bikin cerita kerajaan itu sesuatu banget.. keren ah kak.. baca pelan2 ah 👍👍👍
Suryavajra
wow.. produktif sekali kak.. udah keluar karya baru lagi 👍👍👍👍👍
Ryfca
🥰🥰🥰🥰
Keyzie
keren👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!