NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9

Gramedia. Aku sangat suka tempat ini. Buku-buku ditata dengan rapi. Mereka memiliki sampul yang cukup unik yang dilindungi dengan sampul bening. Banyak sekali buku berdiam di rak kayu ini. Sangat sayang peminat membaca buku sangat sedikit. Bayangkan peminat membaca buku sangat banyak, pasti buku-buku ini akan habis dibawa pulang.

Kevin sangat tahu seleraku. Aku suka toko buku, aku suka membeli buku, aku suka membaca buku. Tidak harus ke toko buku untuk membuatku senang, diajak ke perpustakaan membaca buku bersama-sama aku juga senang. Semua yang berhubungan dengan buku aku pasti senang.

Ini serius? Kevin mengambil banyak buku dari rak buku. Dia mau membeli semua buku itu? Serius? Bahkan ada novel. Kevin tidak sesuka itu membaca novel, kan? Apalagi novel yang dia pegang novel romantis (yang biasanya dibaca wanita). "Kamu serius beli semua buku itu? Hampir 1 keranjang lho."

"Kenapa? Kamu juga mau nitip? Masukkan saja ke sini."

Aku benar-benar terkejut. Aku memang pecinta buku, tapi aku tidak pernah membeli buku langsung sebanyak itu. Bukannya aku tidak memiliki uang, hanya saja aku menyisihkan sebagian uangku untuk diberikan kepada Mama. "Tidak usah lah Kevin, nanti malah kamu yang bayar punyaku."

"Sudah, masukkan saja Tasya." Kevin mengambil buku yang aku pegang, dia memasukkan buku ku ke keranjangnya. Dia memang suka begitu, tanpa izinku langsung melakukan hal yang dia suka.

"Awas saja kalau kamu yang bayar!"

Kami mencari buku yang ingin kami beli lagi. Kalau bisa, aku ingin membeli semua buku yang ada di toko buku ini, atau mungkin suatu saat nanti aku akan mempunyai toko buku sendiri, atau mempunyai perpustakaan. Kalau aku punya toko buku, pasti masuknya gratis, keluar bayar (jika membeli buku), sementara kalau buka perpustakaan, masuk gratis, keluar gratis, dan perpustakaan bisa membantu banyak orang. Bukankah itu ide yang bagus?

"Sudah selesai ngelamun nya?"

Pria aneh ini ternyata memperhatikan aku. Ini tidak adil sih, jika di sampingnya aku kesusahan untuk memperhatikan dia, soalnya dia sangat tinggi, aku pasti lelah mengangkat kepalaku setiap saat, sementara dia sesuka hatinya memperhatikan aku, dia cuman perlu tunduk sedikit. Beginilah nasib cewek pendek.

"Kamu jangan selalu memperhatikan aku deh! Aku bukan anak kecil lagi, kita seumuran lho," ucapku dengan menahan rasa malu. Aku sangat malu ketika Kevin terlalu memperhatikan aku. Sebagai teman biasa seharusnya dia tidak memberi perhatian lebih seperti itu.

Kevin membawa keranjang yang berisi buku itu ke kasir. Dia pergi begitu saja tanpa menjawab perkataan ku, dia juga tidak mengajak aku untuk pergi membayar. Untung saja aku sudah selesai memilih buku yang mau aku beli, kalau tidak aku sudah mencubitnya sampai dia meminta ampun.

Aku menyusul pria tiang listrik itu secepat yang aku bisa. Tempat kasir lumayan agak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Kevin memiliki kaki yang panjang, tentu saja dia lebih cepat berjalan daripada aku. Aku tidak mau Kevin yang membayar barang ku karena dia tidak mau menerima uang ganti yang aku beri. Kalau dihitung-hitung, mungkin utang ku kepada Kevin sudah banyak.

"Tarasya, halo!"

Aku menoleh kebelakang, ternyata itu Kezia. Dia sendirian. "Kamu mau beli buku juga? Sendirian juga, ya?"

"Tentu, uang tabunganku sudah lumayan, aku tidak tahu mau membeli apa lagi. Kamu sama siapa kesini?" Kezia melihat sekeliling tempat itu. "Oh, sama Kevin. Cie, cie udah jadian nih. Ya sudah deh, kamu kesana temani dia. Aku mau berkeliling dulu. Have a nice day Tarasya. Aku akan mendukung mu dan Kevin."

Apaan, mana mungkin aku dan Kevin jadian, dasar manusia aneh. Kami cuma berjalan bersama, belum tentu artinya kami pacaran. Dia pasti menyukai cewek lain, tentu saja cewek itu bukan aku.

"Sudah, ayo Tar."

"Apa? Kamu sudah bayar? Punya aku berapa Kev? Aku transfer saja, ya." Aku mengambil handphone ku dari dalam saku ku.

"Tidak usah Tar, walaupun kamu transfer, tetap aku balikin nanti. Bayar pakai hati saja."

"Kamu gila ya? Maksud kamu aku menjual hati ku kepadamu? Benar-benar tidak waras kamu. Aku transfer saja!"

"Kalau kamu transfer, aku akan beli hati mu. Ayo pulang."

Aku ingin menangis, tapi bukan karena sedih, aku tidak tahu, aku hanya ingin menangis, menangis bahagia sepertinya, terharu? Tidak tahu lah, aku tidak mengerti perasaanku.

Kami berdua masuk kedalam mobil yang dibawa Kevin ke sekolah. Kevin membawa mobil bukan untuk pamer kekayaan, dia membawa mobil sederhana kok. "Aku boleh ambil buku ku?"

"Ambil saja," ucap Kevin sambil minum. Kevin sangat haus, dia menghabiskan air yang ada di botol minumnya dalam sekejap.

"Oh ya Tar,"

"Iya?"

"Kemarin kita janji tukar kado, kan? Maaf ya tadi engga ngasih di sekolah. Untuk menebus permintaan maaf ku, dalam hitungan ke-3 kamu lihat kursi belakang ya. Siap-siap. Satu, dua, ti..., ti...,"

"Cepatan Kevin!!"

"Kamu memang tidak sabaran. Lihat kursi belakang."

Aku memang tidak sabaran, aku melihat ke arah yang diperintahkan oleh Kevin, kursi belakang. Aku belum pernah merasa sesenang ini, maksud ku, belum ada cowok yang mengejutkan aku dengan hadiah yang begitu lucu. Mata ku berkaca-kaca, ingin menangis, aku sangat terharu, aku sangat senang. Tidak peduli Kevin hanya sebatas kawan dengan ku, aku tidak mau kehilangan dia seumur hidupku.

"Kamu serius ini semua untukku?"

"Aku serius."

"Kamu tidak merasa rugi? Padahal aku hanya teman biasa kamu lho Kev, kamu kok baik banget."

Sentuhan lembut mendarat di kepalaku. "Rugi? Tidak ada kata rugi untuk wanita spesial di hatiku, bahkan di hidupku. Aku tidak pernah menganggap kamu sebagai teman biasa Tar, kalau kamu menganggap aku seperti itu, tidak apa-apa bagiku. Menurutku menghargai perasaan dan pilihan mu jauh lebih penting. Aku yakin tidak mungkin aku tidak ada tempat di hati mu. Aku yakin suatu saat nanti kamu tidak akan menganggap aku sebagai teman biasa mu lagi. Aku hanya ingin bilang, aku melakukan semua ini hanya kepada dirimu. Mungkin kamu belum mengerti maksud ku. Aku tahu kamu sedang jatuh cinta kepada seseorang, aku tidak akan memaksa kamu untuk melupakan orang yang kamu cintai itu. Aku tetap akan mendukung pilihan mu karena aku yakin suatu saat nanti aku pasti punya kesempatan."

Aku tidak terlalu mendengarkan perkataan Kevin. Aku sibuk memikirkan hadiah-hadiah ini. Ini cuman hari valentine, tidak perlu hadiah yang begitu mewah (bagiku). Kevin seperti sedang menembak cewek yang disukainya, bayangkan ada buket bunga mawar yang diselipkan cokelat di dalamnya, buket nya besar, bukan kecil. Lalu ada boneka kesukaan ku, boneka Stitch, ukurannya besar. Bukan itu saja, ada paper bag berukuran sedang, aku tidak tahu apa di dalamnya.

"Kamu mau lihat isi paper bag nya? Sebentar aku ambil."

Padahal aku tidak menyuruh Kevin mengambil paper bag itu, dia tahu isi hatiku, senangnya. Tapi apa mungkin karena kami sudah lama berteman? Anggap saja begitu.

"Aku boleh buka?"

"Dengan senang hati."

Figure. Ada figure anime yang aku mau, figure Anos Voldigoad. Ya ampun, Kevin membelikannya untukku! Betapa baiknya dia! Ada gantungan lucu juga, sepertinya kami couple-an, gantungan kunci itu bentuknya petak, terus di dalamnya ada foto kami waktu kami masih kecil (foto kami bersama). Masih banyak lagi! Aku tidak mau mengatakannya satu-persatu. "Kev, ini banyak banget lho, aku jadi segan menerima semuanya. Aku engga enakan sama kamu."

"Kalau kamu tidak menerima hadiah yang aku kasih, kita tidak usah berteman lagi."

"Eh, aku terima semua kok. Terimakasih banyak ya Kevin. Kita ke rumah aku ya, aku bawa hadiah untuk kamu kok, cuman ada sebagian aku lupa menaruhnya. Tidak mungkin aku ngasih setengah-setengah."

"Iya, aku juga mau ketemu sama orangtua kamu." Kevin mulai memasukkan mobilnya ke jalan raya.

"Untuk?"

"Kebetulan aku juga menyiapkan hadiah untuk mereka. Tidak sopan kalau dititip ke kamu, lebih baik aku ngasih langsung. Selagi aku masih bisa, kenapa harus ada perantara?"

"Kamu memang selalu seperti itu, tapi yang kamu bilang benar juga, jika kita masih bisa, kenapa kita harus menyuruh orang lain untuk melakukannya?"

1
Zetti Afiatnun
👍👍👍👍👍
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!