#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Sulit Ditebak
"Aku Devanka, dan Kakak sendiri yang meminta untuk memulai bersamaku tanpa menjadi bayang-bayang Kak Talita," tambah Devanka lagi yang kemudian Zeshan angguki.
Bukan karena merasa berkuasa sepenuhnya atas diri Zeshan, bukan pula bermaksud agar Talita dilupakan. Namun, sebagai wanita Devanka hanya berusaha menjaga hati. Sejak dulu prinsipnya begitu, Devanka tidak pernah berdiam diri dan pasrah jika hendak disakiti, oleh siapapun itu.
Hero saja tidak pernah melukainya, jelas Devanka tidak akan memberikan kesempatan untuk Zeshan melakukan hal itu. Tidak peduli bagaimana pun pernikahan mereka bermula, tapi menyebut nama Talita saat tengah menyentuhnya adalah hal menyakitkan bagi Devanka, dan dia tidak suka.
Karena itulah, dia sampai berani mengganggu konsentrasi Zeshan yang tengah berada di puncaknya. Beruntung saja konsenstrasi Zeshan tidak buyar, jika tidak entah akan sekesal apa dirinya.
Mendapati Zeshan yang berhasil tanpa beban, jujur saja Devanka yang kesal sebenarnya. Lima menit berlalu sejak Zeshan melepas penyatuannya, Devanka masih setia membelakangi pria itu dan bergemul di bawah selimut sembari meringkuk dan menggigit jemarinya.
Tak pernah Devanka rasakan sakitnya, tidak hanya fisik, tapi juga hati hingga membuat jiwa Devanka seolah dilahap sijago merah. Ditambah lagi, sejak tadi Zeshan masih diam saja dan fokus dengan diri sendiri, jika saja tidak dosa dan berpikir ruginya, mungkin Devanka dengan tegas akan minta talak detik ini juga.
"Dev ...."
"Dih ngapain manggil-manggil ... nggak tau malu."
Sejak tadi dia menunggu tindakan Zeshan, tapi begitu mendengar suaranya Devanka justru menggerutu dalam hati. Tak ketinggalan, dia mengumpat dengan kata-kata mutiara yang sudah pasti tertuju pada suaminya.
"Sayang tidur ya?" Suara Zeshan terdengar lebih dekat, pria itu memastikan mata Devanka yang kini sontak terpejam demi menghindari sang suami.
Tanpa banyak bicara dan tanpa mengusik tidur Devanka yang dia kira sungguhan, pria itu mengecup pipi sang istri penuh perasaan. Tidak hanya selesai di sana, usai mengecup pipi pria itu ikut masuk ke bawah selimut demi bisa mendekap tubuh Devanka begitu erat. Tak lupa sesekali mengecup punggung polos sang istri hingga membuat pemilik tubuh molek itu mengerjap pelan.
"Maaf, Sayang," ucap Zeshan pula disela-sela kegiatannya.
Jelas hal itu membuat Devanka bingung, apa yang sebenarnya dipikirkan Zeshan. Jika benar dia marah, kenapa kini peluk dan kecupnya begitu hangat, Devanka mati penasaran dan kebetulan sentuhan semacam itu tak tertahankan hingga dia bergerak dan meminta Zeshan untuk berhenti.
"Kakak sedang apa? Belum puas kah?" tanya Devanka dengan emosi tertahan dan melayangkan tatapan tajam ke arah Zeshan.
Sama seperti Zeshan yang bisa marah, Devanka juga sama. Dadanya sampai naik turun, sedikit pun dia tidak takut andai harus ada ronde kedua yang nantinya lebih gila.
Alih-alih membalas, Zeshan hanya mengulum senyum dan menepikan anak rambut yang mengganggu pemandangan di wajah sang istri yang kini kembali berkaca-kaca.
"Puas, sangat-sangat puas," jawab Zeshan dengan begitu santainya seolah tidak ada masalah di antara mereka.
"Ya sudah sana kalau puas!!" ketus Devanka mendorong dada Zeshan agar segera menjauh darinya.
"Kamu marah?"
Konyol sekali pertanyaan Zeshan, agaknya anak TK saja mungkin mengerti Devanka pasti marah, dan dia dengan bodohnya justru bertanya.
Devanka yang sebal tidak menjawab, dia tetap konsisten dengan wajah cemberut dan benar-benar menghindari tatapan Zeshan. Bahkan, dia berusaha untuk bangun dari tempat tidur, tapi terhenti tatkala merasakan sakit dan ngilu luar biasa di bagian intinya.
"Mau kemana?" tanya Zeshan mengenggam pergelangan tangan sang istri dan berakhir dihempas begitu kasarnya.
"Bukan urusanmu, Kak, san_aaawwhh," rintih Devanka kemudian menekan bagian bawah perutnya, setelah dia paksakan berdiri ternyata rasanya lebih sakit dari sebelumnya.
Wajahnya sampai pucat, tapi Devanka berusaha menguatkan diri hingga pada akhirnya berhasil dan bermaksud berlalu ke kamar mandi. Sialnya, selimut itu terlalu besar hingga membuatnya tersungkur dan saat itu juga Zeshan membopong tubuhnya tanpa aba-aba.
"Lepasin!! Jangan pegang_"
"Jangan bandel, Nadeo saja nurut," tukas Zeshan kemudian berlalu membawa Devanka menuju kamar mandi segera.
.
.
- To Be Continued -