Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 11
Setelah selesai mengeluarkan semua yang Nining tahan, ia pun ingin langsung mencuci wajah dan sikat gigi sebelum tidur. Mencari benda yang ia butuhkan, ternyata telah tersusun rapi di dalam tak plastik. Namanya sudah tertera di rak, dengan tulisan punya Nining.
"Apa-apaan ini? Banyak banget sabun. Kayaknya dari ujung rambut sampai ujung kaki deh ini ada semua sabunnya." gumam Nining memperhatikan semua benda di hadapannya itu. "Gila, paket komplit di sediakan oleh Gus." Nining hanya mengambil benda yang ia butuhkan saja. Dengan cepat wanita cantik itu menyelesaikan ritualnya sebelum tidur.
Setelah selesai Nining keluar kamar mandi dengan penampakan Ilham yang dengan santai melepaskan pakaiannya sambil membuka lemari.
'Wow... Ternyata Gus rajin olahraga juga. Badannya kencang, mana ototnya terlihat terbentuk begitu. Dia kira-kira olahraga dimana ya? Aku juga pengen punya otot kayak begitu.' Nining terpaku atas bentuk tubuh Ilham yang terlihat menarik.
"Ning... Besok baju-baju mu di letakkan di lemari ini. Susun dengan rapi." perintah Ilham menunjuk 4 pintu lemari dengan 2 di antaranya sudah di isi bajunya.
"Iya Gus." balas Nining yang sebenarnya ingin di ingatkan esok hari saja. Ia sering kelupaan.
Nining kembali memperhatikan Ilham yang santai menggunakan pakaian di rumah dengan hanya menggunakan kaos oblong berwarna putih dan celana boxer berwarna hitam batas lutut. Jika di pesantren Ilham setiap harinya menggunakan celana dasar dan pakaian kokoh, terkadang menggunakan sarung dan kopiah. Nining baru tahu, jika Ilham ternyata di rumah benar-benar sebebas itu.
Ilham mengambil buku dan berjalan untuk duduk di atas ranjang, ia juga menggunakan kacamata bundar. Lebih tampan dari biasanya. Gaya awet mudanya juga terlihat jelas sempurna.
"Kamu ngapain melamun di sana Ning? Gantilah baju mu." Ilham memecahkan perhatian Nining yang terpaku padanya.
Nining mengangguk tanpa menjawab. 'Lagian ngapain sih aku memperhatikan dia. Kayak enggak ada kerjaan lain aja.' Nining membuka hijabnya. 'Aku bebaskan mau ngapain. Gus Ilham aja santai aja. Berarti kalau buka-bukaan enggak masalah dong.'
"Ning... Jarum pentul, bros, letaknya di atas lemari. Di sana ada tempatnya. Jangan sampai benda tajam itu berserakan di mana-mana." perintah Ilham menunjuk lemari hias dekat lemari pakaian di hadapan Nining.
Nining meletakkan jarum di tempat yang suaminya itu perintahkan. "Kalau gantung hijab di mana Gus?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Ilham.
"Baju kotor di letakkan di tempat dekat kamar mandi Ning."
"Ini masalahnya baju ku masih bersih Gus. Masih bisa di gunakan."
"Gantung aja di belakang pintu." jawab Ilham.
Nining melihat gantungan yang di tunjukkan Ilham dengan langsung membuka pakaian drees miliknya. 'Lagian katanya bebas. Jadi aku santai juga melepaskan di depan Gus Ilham.' Nining menyisakan pakaian dalam dan celana pendek. Ia pun dengan cepat menggantung pakaian dan hijabnya di sana. 'Besok-besok masih bisa di pakek. Aku juga tadi menggunakannya hanya sekali lewat.'
Nining baru sadar dengan bra yang ia gunakan berukuran kecil. Dadanya saja terasa sesak menggunakan bra itu. 'Kenapa sih kecil banget kayak begini? Apa ukurannya sekarang sudah naik lagi ya?' Nining melepaskan bra tanpa melepaskan kaos tipisnya.
Terlihat dua benjolan di balik kaos tipis yang ia gunakan. 'Kalau tidur kayak begini enak, tapi matanya kelihatan menonjol banget.' Nining kembali membuka tasnya untuk mencari bra yang berukuran besar. Orang tua perempuannya sering membelikan dengan berbagai model, 'Ini kenapa sih pada ukuran kecil-kecil semua? Kayaknya kebawa punya teman-teman deh. Yang ukuran besarkan hanya aku dan Irma aja.'
Kembali Nining mencari bra yang tepat untuknya dengan membongkar tasnya tanpa mengeluarkan semua isinya. Setelah mencari-cari akhirnya Nining menemukan bra tanpa pengait. Ia pun segera melepaskan semua bagian atas dan menggunakan bra. 'Kalau ini nggak perlu pakek kaos lagi, pas, dan nyaman. Berhubung ini di rumah berarti aku pakek baju daster. Di asrama mana boleh aku pakek yang kayak beginian. Ah... Rasanya hidup ku merdeka.' Nining kembali mencari pakaian daster dan menggunakannya.
Setelah selesai ia kembali berjalan ke depan cermin untuk berkaca sebentar. 'Cocok juga aku pakek kayak beginian.' Nining memperhatikan rambutnya yang masih di kuncir. 'Oh ya rambut ku lupa di lepas.' ia segera melepaskan ikatan rambut itu dengan merapikannya sebentar. 'Nah... Begini nih baru yang namanya benar-benar nyaman saatnya tidur.' Nining merasakan tubuhnya sangat ringan malam ini.
