S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. MB 11
...~•Happy Reading•~...
Mendengar ucapan Yuliane, Andreas mengangkat tangan dan mengusap pundak adiknya dengan sayang. "Dek, bantu Kak Ophel tangani cafe ini. Kak Ophel lagi gak bisa konsen. Bisa, bisa, pai nya keluar kaki dan berjalan keluar sendiri." Andreas bercanda untuk mengalihkan perhatian Ophelia dari kedua orang tuanya.
"Sudah, Mas. Pergi saja ke sebelah. Kalau lama di sini, ikannya bisa keluar kaki dan lari ke laut. Kasihan Faiz dan Mom Ruyyz, harus berenang malam-malam untuk tangkap lagi." Ophelia membalas sambil memukul pelan lengan Andreas dan sedikit mendorong. Ucapan dan tindakan Ophelia membuat Andreas ingin memeluknya.
"Dek, coba lihat itu..." Andreas menunjuk ke sembarang arah, agar Yuliane bisa melihat ke arah yang dimaksud, supaya dia bisa mencium pelipis Ophelia.
^^^Tindakan cepat Andreas mencium Ophelia sempat dilihat oleh kedua orang tuanya yang sedang memperhatikan mereka, begitu juga dengan pengunjung. Pegawai cafe yang melihat itu hanya tersenyum, sebab sudah tahu hubungan boss mereka.^^^
Wajah Ophelia langsung memerah, malu. Tapi tetap mendorong Andreas tanpa berani melihat ke arah orang tua Andreas. "Ada apa, Kak Ophel. Kak Andre lakukan sesuatu?" Tanya Yuliane yang merasa dikerjai kakaknya, sebab melihat wajah Ophelia memerah setelah ditinggal kakaknya.
"Dek, bisa bantu Chelle ngepak? Biar aku lihat di belakang dulu." Ophelia tidak menjawab pertanyaan Yuliane, tapi mengalihkan dengan meminta tolong supaya dia bisa bekerja di belakang. Dia tidak berani melihat ke arah lain, karena wajahnya sedang panas.
"Bisa, Kak. Hanya bantu ngepak, kan, ya." Yuliane merasa senang bisa membantu, karena cafe mulai sibuk dan terdengar bunyi bel di pembatas ruangan restoran dan cafe berulang kali berbunyi. Sebagai tanda ada pesanan minuman dari restoran dan minuman yang dipesan sudah siap diambil.
"Kalau begitu, aku ke belakang, ya. Makasih." Ophelia menepuk pundak Yuliane dengan hati lega, lalu menuju pentri.
Sedangkan Pak Bernad yang melihat kesibukan di restoran dan cafe, tidak bisa berdiam diri. "Ayo, Mah. Kita lihat dapur restoran. Mungkin ada yang bisa kita lakukan untuk bantu Andre." Pak Bernad mengajak Bu Marnise untuk pindah ke restoran, karena melihat sudah banyak yang antri di depan cafe.
"Mari, Pah. Pantes Andre gak bisa tinggal restoran dan cafe ini lama-lama. Coba kita lihat restorannya." Bu Marnise berdiri mengikuti Pak Bernad menuju pintu kaca penghubung restoran dan cafe.
"Maaf, Pak, Ibu. Pengunjung dari cafe tidak bisa pindah ke restoran ini. Harus masuk dari pintu restoran." Ruyyz yang sedang mengontrol restoran, melihat ada pengunjung yang pindah dari cafe ke restoran.
"Oh, anda manager baru di sini?" Tanya Bu Marnise yang sudah membaca nama Ruyyz dan jabatannya pada seragam yang dikenakan.
"Benar, Bu. Kami minta maaf, tidak bisa ijinkan pengunjung pindah dari cafe ke restoran atau sebaliknya." Ruyyz menjelaskan dengan ramah dan sopan.
"Kami bukan pengunjung. Kami orang tua Pak Andreas." Bisik Bu Marnise lalu menepuk pundak Ruyyz yang terkejut dan langsung mengatupkan kedua tangan di dada sebagai tanda minta maaf.
"Maaf, Ibu. Bapak." Ruyyz jadi tahu bahwa yang datang adalah orang tua bossnya, alias boss besar.
"Tidak apa. Kami mau ke belakang." Bu Marnise berkata sambil menepuk bahu Ruyyz yang masih mengatupkan tangan di dadanya.
"Mari, Bu, Pak. Saya antar." Ruyyz mempersilahkan sambil menggerakan jempolnya ke arah dapur restoran.
"Tidak usah antar. Kami bisa sendiri. Restoran sedang ramai, jadi konsen saja di sini. Terima kasih." Bisik Bu Marnise. Hatinya senang dengan manager pilihan putranya. Pak Bernad juga ikut senang dan memberikan isyarat OK dengan jarinya ke arah Ruyyz, lalu beranjak menemui Andreas.
Koki dari Kalingga Restaurant yang diperbantukan di restoran tersebut, terkejut melihat Pak Bernad dan Bu Marnise masuk ke dapur. Dia sontak menunduk, hormat. "Silahkan kerja saja. Kami hanya lihat-lihat, mungkin ada yang bisa kami bantu." Pak Bernad mempersilahkan koki tersebut bekerja.
"Baik, Pak, Ibu. Pak Andre sedang lihat tempat penyimpanan bahan mentah." Koki menjelaskan, lalu kembali bekerja.
Faiz yang sedang sibuk di dapur jadi bertanya tentang pengunjung yang diijinkan masuk ke dapur. "Mari kerja. Ada big boss dari Jakarta." Bisik koki, lalu mengajak Faiz menyiapkan pesanan yang terus berdatangan.
^^^Tidak lama kemudian, Pak Bernad turun tangan membantu Andreas dengan menyiapkan bahan-bahan menu sesuai petunjuk Andreas. Semuanya bisa dikerjakan dengan cepat sebab bumbu resep sudah tersedia dan diracik. Berbeda dengan resep menu restoran Kalingga miliknya.^^^
^^^Melihat situasi dapur restoran demikian, Bu Marnise kembali ke cafe menemui Yuliane dan Ophelia untuk melihat situasi dan sebisa mungkin membantu di cafe.^^^
^^^Kesibukan di restoran dan cafe membuat tidak ada yang bercakap-cakap, sebab pengunjung datang silih berganti, membuat mereka harus fokus pada apa yang sedang dikerjakan.^^^
Menjelang waktu tutup restoran dan cafe, Pak Bernad, Bu Marnise dan Yuliane duduk di cafe sambil menikmati alunan musik dan minum minuman yang disediakan cafe. "Mah, Pah, kita makan malam di sini saja, dari pada di Hotel. Yulia penasaran dengan menu restoran, kok sangat rame." Usul Yuliane yang melihat pegawai sudah menutup cafe dan juga restoran sambil menunggu pengunjung terakhir yang masih menikmati makan malam.
"Iya. Bicarakan dengan kakakmu, sebelum kita kembali ke hotel. Kemana Ophel?" Pak Bernad berkata sambil melihat ke sekeliling ruangan cafe untuk mencari Ophelia.
"Tadi pamit ke sebelah, Pah. Mungkin mau bicara dengan Kak Andre." Yuliane menunjuk dengan wajahnya ke arah restoran.
Sebelum Yuliane berdiri untuk mencari Ophelia, Andreas mendorong pintu penghubung untuk menemui mereka. "Mah, Pah, mau makan malam di sini atau restoran?"
"Di sini saja." Bu Marnise menjawab cepat, sebab suka dengan suasana cafe dan live musiknya.
Tidak lama kemudian, pegawai mengantar menu yang sudah disiapkan Ophelia. Dia ingin membalas kebaikan hati orang tua Andreas yang sudah menghiburnya dengan menyediakan masakan lezat dan mengundangnya untuk makan malam di rumah.
Andreas dan Ophelia duduk bersama mereka. "Silahkan dicoba, Bu. Semoga bisa dinikmati." Ophelia mempersilahkan orang tua Andreas dan Yuliane menikmati menu ikan bakar dengan bumbu resep dari Ibunya.
"Mmmm... Yuammiii..." Pak Bernad langsung memuji dengan mengangkat jempol, saat mencicipi ikan bakar dan juga sayuran yang disediakan.
"Pantes restorannya rame. Ternyata menunya sangat lezat. Selama ini Yulia gak terlalu suka makan ikan, tapi daging ikan ini gak kalah lezat dengan daging sapi atau ayam yang ada di Kalingga." Yuliane ikut memberikan jempol ke arah kakaknya dan Ophelia.
"Mamah setuju denganmu. Nanti kita bicarakan setelah ini, supaya menunya disediakan juga di Jakarta. Agar jangan hanya ada daging itu saja." Bu Marnise menanggapi serius ucapan Yuliane. Hal itu membuat Andreas dan Pak Bernad saling melirik dan tersenyum. Mereka sudah mengerti maksud Bu Marnise. Menu yang disediakan Marnise Restaurant akan disajikan juga menjadi menu spesial di Kalingga Restaurant.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...