NovelToon NovelToon
As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:46.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eva IM

Elia putri Duke Haliden menikah dengan putra selir kaisar yang berstatus Duke, Julius Harbert.
Pernikahan yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan selamanya, itulah yang Elia percaya. Julius selalu melihatnya sebagai gangguan di matanya.
Selama tiga tahun pernikahan Elia siang malam memikirkan bagaimana caranya lepas dari rumah Harbert yang tidak pernah menghargainya.
Kematian.
Hanya ada satu ide yang terlintas di benaknya.
"Seperti apa yang kamu inginkan, Duke! Kematianku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva IM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan Ines

Dua jam yang lalu sebuah utusan dari istana datang ke ruang arsip. Menyampaikan perintah raja dengan panjang lebar. Meminta berbagai dokumen terkait perjanjian antara Inoa dan Delian.

Ines mengikuti Moa yang sedang sibuk mempersiapkan dokumen tersebut. Mereka berdua telah terbiasa bekerja di ruang arsip setelah tiga bulan lamanya berusaha keras menyesuaikan diri.

Hanya satu orang yang diizinkan membawa dokumen ke hadapan raja. Tidak mungkin membawa dua orang keluar bersamaan. Selama jam kunjungan perpustakaan dilarang untuk tutup operasional.

Jadi Moa tetap tinggal karena yang diminta oleh raja adalah orang yang mengerti bahasa Delian. Ines memenuhi syarat utamanya, dia ahli bahasa. Moa memang mengerti sedikit tapi tidak sebanyak Ines. Jadi dia mendorong Ines pergi.

Selama perjalanan mengantar berkas tersebut perasaan Ines resah. Bukan karena dia ahli bahasa tapi dia memang bisa berbahasa Delian dengan lancar. Jujur Ines takut. Mendengar nama Delian saja sudah membuatnya merinding. Dia terus menenangkan dan menguatkan diri dengan kata-kata ampuhnya, 'semua akan baik-baik saja'.

Tapi tidak. Upaya penguatan dirinya hancur berantakan. Melihat wajah yang tidak asing baginya, membuat tubuh Ines bergetar hebat. Jika saja dihadapannya bukanlah raja Inoa, Ines akan melarikan diri pada detik pertama saat dia menginjak lantai taman. Di belakangnya ada seorang utusan yang tadi menemuinya. Jika dia berbalik dan lari, sudah tentu Ines akan mudah ditangkap olehnya.

Belum lagi beberapa pengawal yang sedang berjaga di sekitar taman. Jika dilihat sekilas tidak nampak wajah kakaknya.

Orang itu sama terkejutnya dengan Ines saat mata mereka bertatapan.

"Elia?"

Ines hampir pingsan. Orang itu mengingatnya. Dia memang tidak merubah penampilannya. Hanya beberapa bagian yang tumbuh dan berubah. Seperti tubuhnya yang semakin dewasa di usia awal dua puluh delapan. Kemudian rambutnya yang lebih panjang dan bergelombang.

Dia yakin tidak akan ada orang yang mengenalinya meskipun mereka berpapasan satu kali. Karena tidak ada yang menghiraukannya.

'Tapi kenapa?' Ines hampir menjatuhkan dokumen ditangannya jika raja tidak membuka suaranya.

Tatapannya masih melekat padanya saat Ines mencoba tersenyum canggung dan mengatasi gemetarnya. Dia tidak mau ketahuan. Setalah lima tahun bersusah payah Ines tidak ingin gagal.

Orang itu bukan siapa-siapa baginya. Ines mencoba menguatkan perasaannya. Elia Haliden telah terkubur jauh di dalam tanah.

'Tidak apa-apa jangan takut'.

Meskipun gemetar Ines berusaha untuk menyembunyikannya.

"Lady Ines silahkan duduk." Wilhem mempersilahkan Ines yang sudah cukup lama berdiri dengan banyak dokumen ditangannya.

Ines mengangguk kemudian menarik kursi yang tak jauh dari Wilhem. Mari berhindarinya sebanyak mungkin. Dia akan menentangnya sekeras mungkin jika orang itu mencoba mendekatinya atau mengungkitnya. Ines harus menang.

"Bukankah lebih baik anda duduk di dekat saya Lady Ines? Kursi anda terlalu jauh dari saya." Ucap Julius penuh penekanan. Senyum tipisnya terbit.

Ines meliriknya dengan tatapan tajam sekilas kemudian mengalihkan pandangannya pada Wilhem. Mencoba untuk mencari bantuan dengan wajah kusutnya ini.

"Anda benar pangeran. Akan lebih mudah menjelaskan jika Lady Ines duduk dekat anda."

Wilhem mengkhianati ekspektasi Ines dengan kenyataan. Dengan rasa enggan, Ines menarik kursi dan duduk tepat di samping Julius. Rasa asing langsung menyerbunya. Marah, jijik, hingga takut merayapi tubuhnya. Ines berusaha untuk duduk nyaman tapi tidak bisa.

Saat sebuah meja ottoman kecil di depannya kapala Ines terangkat dan tatapannya langsung bertemu dengan seseorang yang tak kalah membuatnya jantungan.

Hampir saja Ines menjerit jika sebuah tubuh besar menghalangi pandangannya. Salah satu pelayan raja membawakannya teh yang masih panas lengkap dengan makanan ringannya.

Setelah pelayan itu selesai menata mejanya Ines kembali menunduk berusaha untuk fokus pada dokumen yang ada di pangkuannya.

'Jangan goyah Ines.' Bisiknya dalam hati berulang kali seperti mantra ajaib.

Dua orang yang baru saja bertemu pandang dengannya, adalah orang Delian yang sangat Ines kenal. Tapi Ines ragu mereka juga mengingat Ines. Dia tidak sempat memperhatikan raut wajah orang lainnya karena Ines buru-buru menyembunyikan wajahnya.

Orang pertama adalah Julius Harbert. Suaminya, tidak, sekarang adalah mantan suaminya karena dia tidak lagi hidup sebagai Elia Haliden. Orang yang paling ingin dia hindari nomor satu.

Orang kedua yang ingin dia hindari adalah orang yang sedang berdiri tegap menghadapnya. Ajudan pribadi Julius. Ines tidak pernah tahu namanya. Orang yang menyebutnya darah tercemar. Orang yang paling setia dan sama gilanya dengan tuannya.

Saat mendengar Delian Ines seharusnya waspada. Dia terlalu santai dan berani pada waktu yang bersamaan. Dia lupa bawa Delian adalah kelemahannya. Ines bodoh. Terlalu sombong bahwa tidak ada yang akan mengenalnya.

Tapi itu hanya asumsi bodoh. Ines tidak ingin gegabah. Siapa tahu Julius hanya menerkanya karena dia tidak memiliki bukti ataupun menyudutkannya. Julius sendiri yang mengubur jasad Elia, jadi Elia sudah mati baginya. Kepercayaan diri Ines bangkit sedikit demi sedikit.

Namun itu hanya berumur pendek.

"Anda sepertinya tidak nyaman duduk di dekat saya Lady Ines." Julius menekankan kata Ines dibelakangnya. "Anda tampak gugup." Lanjutnya.

Ines yang mendengarnya sedikit terkejut. Sontak dia menoleh dan tatapannya kembali bertemu dengan Julius. Orang itu tersenyum. Senyum yang aneh bagi Ines. Dia tidak pernah melihat orang itu tersenyum dan menarik banyak emosi di wajahnya.

Julius Delian Harbert adalah orang yang sangat dingin. Wajahnya kaku dan sinis bersamaan. Tidak pernah tersenyum ataupun mengeluarkan kata-kata. Kata pertama yang pernah Ines dengar adalah saat malam pernikahan mereka. Sebagai Elia itu juga kara terakhir yang dia dengar.

Kadang suatu ketika mereka berpapasan dan terpaksa harus menyapa Julius, orang itu tidak pernah menjawab dan hanya menatapnya dengan kaku kemudian berlalu begitu saja. Seperti baru saja melihat sebuah penyakit yang mengganggu.

Kali ini Julius bukanlah Julius yang pernah dia kenal. Tiga tahun lamanya, cukup lama bagi usia pernikahan dua orang yang tidak saling mencintai. Tidak pernah saling kenal apalagi.

Ines buru-buru menjawab untuk membela diri. Sebuah naluri mangsa yang terpojok.

"Ini adalah tugas pertama saya Yang Mulia. Maafkan saya jika saya tidak sesuai keinginan anda. Mungkin saya bisa merekomendasikan teman saya yang lebih berpengalaman untuk membantu Duke."

Alis Julius berkerut yang tampak nyata di mata Ines. Dia cepat sadar akan kesalahannya. Tidak banyak orang kuat tahu jika Julius memiliki gelar Duke Harbert.

"Maaf, Yang Mulia maksud saya." Ines menunduk kemudian kembali menegakkan postur tubuhnya.

"Lady Ines sepertinya mengenal saya dengan baik."

Tak disangka tawa meledak dari bibir Julius yang biasa terpatri dalam diam. Bibir tipis dengan garis menawan yang simetris dengan hidungnya yang tinggi mengkhianati ingatan Ines. Ini adalah pertamanya kalinya Ines melihat momen Julius tertawa.

"Anda sangat populer di surat kabar Yang Mulia. Saya sering membaca surat kabar dari berbagai wilayah untuk memperdalam pengetahuan saya." Jelas Ines tetap anggun. Setidaknya dia sangat berusaha tidak terguncang.

"Sungguh? Sepertinya Lady Ines mengenal saya lebih baik daripada surat kabar murahan itu." Tawa Julius hilang. Wajahnya kembali ke pengaturan awal, dingin.

"Maaf jika anda tidak berkenan Yang Mulia. Saya bersalah." Ines mundur teratur. Tidak baik menyinggung perasaan orang lain.

Julius mengangguk namun terlihat tidak puas. Ines membasahi bibirnya dan berusaha tetap tenang.

"Lady Ines, apakah anda ingin mengetahui satu hal yang menarik?" Seloroh Julius.

Ines ingin mengatakan tidak. Namun dia memilih untuk tetap diam. Dia tidak ingin Julius terprovokasi dan mengakibatkan gangguan yang tidak dia inginkan.

"Lady Ines sangat mirip dengan mendiang istri saya, Elia Harbert."

Topeng Ines pecah seketika. Orang itu bagaimana bisa begitu percaya dirinya mengatakan hal itu. Bukan karena penyebutan dirinya sebagai istri Julius namun panggilan namanya yang mengada-ada. Selama dia menjadi Elia istri Julius, tidak pernah ada yang memanggilnya Elia Harbert, bahkan Duchess Harbert juga tidak. Mereka cukup memanggilnya dengan Nona Haliden atau Nona Elia.

Beraninya dia. Apa maksudnya. Amarah Ines mendidih. Sepertinya dialah yang terprovokasi.

"Sungguh?"

"Ya." Jawab Julius dengan senyum lebarnya.

Dia melirik Wilhem sekilas kembali menatap Ines. Betapa kurangajarnya.

"Apakah dia cantik?"

"Ya." Julius mengangguk cepat.

"Apakah anda mencintainya Yang Mulia?"

Bersambung...

1
Sri Lia Mulyati
👍
vio~~~~
jangan lama2 ya thor kasian si ines jongkok ma nangisnya kelamaan..😅😅
vio~~~~
ditunggu lanjutannya ya..😊
Yulia Nengrum
lanjut ceritanya bagus ni torr
Esti Afitri88
siaap thor
Esti Afitri88
thanks.. thor
Diah Al Khalifi
dulu acuh ko sekarang jd peduli ,suami GK jelas😓
meee
semangat up thor... 💪💪💪
Frando Wijaya
gw semkin kesel bner....bknny jauhi semua bangsawan sialan tpi knp hrs dkti lg.....
Frando Wijaya
klo gw jd Ines gw langsung bicara inti....persetan dgn status uang mwpun kekuasaan....gk ada bedany bahwa mereka sendiri jg aib gk layak bicara dgn org yg sebut org lain aib
Frando Wijaya
lah? tua bangka busuk itu adalah paman Giselle ini?! jika bner....mka gk heran ines gk sudi dkt2 pda spapun
Anonymous
up
Frando Wijaya
skrg tdk heran....alasan hidup menderita krn ulah seorang orgtua kandung yg tdk punya tanggung jwb sedikitpun.....asal2 buat anak tpi tanggung jwb gk ada sikitpun....
Dede Mila
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Dede Mila
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
Dede Mila
/Proud//Proud//Proud//Proud/
Dede Mila
/Whimper/
Frando Wijaya
bknny mahasiswi??
Frando Wijaya
ini sih....gk ada bedany buat putra sendiri di jdikn mesin pembunuh
Esti Afitri88
aq yakin kalo ines pasti bakal kembali sama julius . entah gimana usaha julius .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!