#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Istriku Berbeda
Sesantai itu Zeshan sampai menganggap Devanka berlebihan. Sama sekali dia tidak menduga jika kalemnya Zain hanya berlaku di hadapan Devanka, begitu berhadapan dengannya seorang, Zain kembali ke setelan pabrik, super julid.
"Widih pengantin baru ... auranya beda, kalau kata anak muda zaman sekarang Menyala Abangku!!"
"Menyala kepalamu!!" timpal Zeshan sembari menghempaskan tubuhnya di samping Zain.
Berusaha untuk terlihat biasa saja, walau dia akui saat ini ada perasaan malu juga. Akan tetapi, lagi dan lagi Zeshan tidak akan bersedia dilihat kelemahannya, khawatir Zain semakin menjadi tentu saja.
"Hahaha, gimana rasanya? Apa berdebar seperti kali pertama?" tanya Zain dengan tersenyum miring dengan berbagai makna di sana.
"Zain ... hari ini biasanya Nadin kajian, 'kan? Kau tidak berniat mengantarnya?" Zeshan mengalihkan pertanyaan sebelum Zain makin merajalela.
"Memang, tapi jam sepuluh katanya."
Zeshan berdecak, jika dilihat dari gelagatnya pria itu tidak akan berlalu segera. Terlebih lagi kali ini dia merogoh ponsel dan merebahkan tubuhnya di sofa dengan kaki yang sengaja naik ke pangkuan Zeshan.
"Ck, etikamu mana?" kesal Zeshan sontak mendorong kaki Zain yang naik seenaknya.
"Sorry ... tidak kelihatan, mataku agak rabun akhir-akhir ini."
"Bukan rabun lagi, itu namanya buta!!" sentak Zeshan yang kemudian kembali menjadi celah untuk Zain mengejeknya.
"Iya buta memang, sekarang percaya aku tidak melihat adegan ciumanmu, 'kan?" Tak lupa disertai gelak tawa, Zain melontarkan pertanyaan sedemikian rupa.
Jelas saja hal itu berhasil membuat Zeshan naik darah, ingin sekali dia pukul.
"Santai, Shan," ucapnya berlagak tak berdosa dan kembali duduk seperti sedia kala.
Setelah sebelumnya sempat bercanda, kali ini Zain menatapnya serius bahkan sembari bersedekap dada. "Ehm, aku ingin bertanya sesuatu padamu?"
Setelah dirasa semakin serius, Zeshan sampai mencari posisi nyaman untuk mendengar kelanjutannya. "Tanya apa?"
"Sebagai laki-laki, aku harap kau bisa gentleman, Zeshan."
"Hah? Apa maksudmu?" tanya Zeshan jelas saja bingung tatkala mendapati pernyataan semacam itu.
"Jangan pura-pura bodoh, kau kira aku bisa dibohongi? Devanka habis menangis ... dan aku menemukan kalian dengan posisi seperti tadi."
"Hem lalu?"
"Bisa-bisanya balik bertanya, katakan padaku ... kau memaksanya dengan kekerasan?" selidik Zain dan Zeshan yang mulai mengerti kemana arah pembicaraan pria itu jelas saja naik darah.
"Sembarangan, aku bukan dirimu, Zain!!" bantah Zeshan yang tak terima tatkala Zain asal menuduhnya.
"Jangan mengungkit masa lalu, yang kubahas sekarang kau ... dan sebagai saksinya, aku bisa menyimpulkan kau memaksanya."
"Memaksa katamu? Memaksanya untuk apa? Asal kau tahu, yang justru mengajak ciuman adalah Devanka ... bukan ak_"
"Shuut!! Kau pikir aku akan percaya?"
"Jelas harus percaya, karena faktanya begitu!!" balas Zeshan tak mau kalah.
Zain mengambil napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya perlahan. "Devanka masih kecil, mana mungkin dia berani melakukan itu. Dicium saja mungkin gemetar dan sekarang kau bilang dia yang mengajak? Mustahil, Zeshan!!"
"Apanya yang mustahil, Zain? Jangan samakan dengan Nadin ... istriku berbeda dan kau tidak mengenal sisi lain di dalam dirinya!!" ucap Zeshan penuh penekanan dan sialnya Zain masih menolak sadar, sungguh menyebalkan.
"Whatever, aku sudah mengatakannya pada Mommy dan kau jelaskan sendiri nanti ... aku hanya melakukan tugas dari Mommy untuk mengawasi kalian. Aku benar-benar tidak menyangka kau bisa berbuat sekejam itu, ini masuk ranah KDRT, Zeshan."
"What? Ya Tuhan, picik sekali otakmu ... KDRT apanya?"
Tanpa menjawab lagi Zain beranjak dari sofa dan meninggalkan si paling sabar yang tengah berusaha memberikan penjelasan itu.
"Zain tunggu!! Hapus pesannya, aku tidak melakukan KDRT gila!!"
Sayangnya, Zain seolah tutup telinga dan kekeuh dengan keputusannya. Entah ada dendam pribadi di masa lalu atau bagaimana, tapi pagi ini tampak jelas sebesar apa ambisi Zain untuk membuatnya terjebak kemarahan Mommy Amara.
"Terlambat, Mommy sudah baca," ungkapnya santai sekali sembari menjulurkan lidah tatkala memperlihatkan riwayat pesan singkatnya bersama Mommy Amara.
"Ya,Tuhan kau!!"
Benar-benar cari perkara, Zeshan sampai menarik rambut kuat-kuat menghadapi Zain yang salah sangka. Tak ubahnya bak memberikan pembelaan lantaran dituduh melakukan tindakan pidana, Zeshan bersikeras menolak pernyataan Zain.
Kendati demikian, pria gila yang memang tidak bisa ditebak kelakukannya itu berlalu pergi begitu saja sementara Zeshan yang ditinggal kini hanya bisa memijat pelipisnya.
"Kak ...." Belum tiga menit pasca kepergian Zain, sang istri menghampiri Zeshan dengan membawa Nadeo dalam pelukanya.
"Iyaa? Kenapa?"
"Tadi Mommy telepon, beliau bilang mau datang," tutur Devanka dan mulai membuat kepala Zeshan semakin sakit saja.
"Mommy bilang apa saja? Maksudmu ada tanya kamu macam-macam?"
"Tidak, cuma kasih tahu mau datang dan bilang jangan Kemana-kemana sebelum Mommy datang," jelas Devanka terlihat biasa saja karena dia memang tidak mengerti duduk permasalahannya.
Sama sekali dia tidak tahu apa yang kini tengah sang suami pikirkan. Karena memang sejak tadi Devanka fokus pada Nadeo di kamar pasca menjemputnya dari pelukan Zain, mana dia tahu jika suaminya dituduh KDRT akibat ulahnya yang menantang Zeshan untuk mengulang ciuman.
"Kenapa memangnya, Kak?"
"Ah? Tidak apa-apa, ayo masuk ... kita tunggu Mommy di dalam saja."
"Tapi kok pucat gitu? Kakak sakit ya?"
"Pucat? Masa iya pucat?" Zeshan mengerutkan dahi.
"Iya, tanya sama Deo ... Daddy pucat, 'kan, Sayang?" Demi meyakinkan Zeshan, Devanka meminta persetujuan dari Nadeo juga.
Hal itu sontak ditanggapi Nadeo dengan anggukan, sembari memerhatikan wajah Zeshan dia dengan tegas berkata. "Iya, Daddy cepelti vampil ... tatut!!"
"Deo takut?" Pengkuan Nadeo sangatlah lucu bagi Devanka dan jelas saja dia terkekeh.
"Iyaa, lali, Onty lali!!" ajak Nadeo yang ternyata Devanka ikuti dan kini tinggalah Zeshan yang menatap keduanya dengan tatapan sendu dan menerka nasibnya beberapa waktu ke depan. "Dasar tidak adil, bisa-bisanya yang dia selamatkan cuma Nadeo ... yang terancam keselamatannya aku, Devanka, suamimu!"
.
.
- To Be Continued -